Penguasa Baru Suriah Serukan Warga Rayakan Kemenangan Revolusi
Seorang anak perempuan melompat dari patung mantan Presiden Hafez al-Assad saat warga Suriah yang bersuka cita berkumpul di sebuah jalan di Kota Sweida pada Jumat (13/12) untuk merayakan runtuhnya kekuasaan putranya, Bashar al-Assad.
Foto: AFP/LOUAI BESHARADAMASKUS - Pemimpin pemberontak Suriah pada Jumat (13/12) menyerukan kepada masyarakat di seluruh negeri untuk merayakan kemenangan revolusi, saat para pemimpin G7 berupaya untuk menjalin pendekatan bersama terhadap pemerintahan baru.
Lebih dari setengah abad pemerintahan brutal klan Assad berakhir secara tiba-tiba pada Minggu (8/12) lalu, setelah serangan kilat pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan Abu Mohammed al-Jolani menerjang seluruh negara itu dan merebut ibu kota.
Presiden terguling Bashar al-Assad melarikan diri dari Suriah, mengakhiri perang selama hampir 14 tahun yang menewaskan lebih dari 500.000 orang dan membuat jutaan orang mengungsi.
"Saya ingin mengucapkan selamat kepada rakyat Suriah atas kemenangan revolusi yang diberkahi dan saya mengajak mereka turun ke jalan untuk mengekspresikan kegembiraan mereka," kata Jolani alias Ahmed al-Sharaa di Telegram.
Kegembiraan warga terlihat di kota selatan Sweida, jantung minoritas Druze Suriah, tempat demonstrasi antipemerintah telah diadakan selama lebih dari setahun, dimana ratusan orang turun ke jalan pada Jumat, bernyanyi dan bertepuk tangan dalam kegembiraan.
"Kegembiraan kami tak terlukiskan," kata Haitham Hudeifa, 54 tahun. "Setiap provinsi merayakan kemenangan besar ini," imbuh dia.
Penggulingan Assad telah memungkinkan warga Suriah membanjiri penjara, rumah sakit, dan kamar mayat untuk mencari orang-orang terkasih yang telah lama hilang, berharap akan terjadi keajaiban atau setidaknya kejelasan nasib kerabat mereka.
Kelompok HTS yang berakar pada cabang Al-Qaeda di Suriah dan ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh banyak pemerintah Barat, sekarang menghadapi tantangan tentang cara mendekati kepemimpinan transisi baru negara itu.
Sementara itu para pemimpin negara G7 yang bertemu secara virtual pada Jumat sore mengatakan bahwa mereka siap mendukung transisi ke pemerintahan yang inklusif dan non-sektarian di Suriah. Mereka pun menyerukan perlindungan hak asasi manusia, termasuk hak asasi perempuan dan kaum minoritas, sambil menekankan pentingnya meminta pertanggungjawaban rezim Assad atas kejahatannya.
Di sebagian besar wilayah Suriah, fokus saat ini adalah mengungkap rahasia pemerintahan Assad, dan khususnya jaringan pusat penahanan dan dugaan lokasi penyiksaan yang tersebar di seluruh wilayah yang sebelumnya berada di bawah kendali pemerintah.
Pemimpin Suriah mengatakan pihaknya bersedia bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) dalam pencarian warga negara AS yang hilang di bawah pemerintahan Assad, termasuk jurnalis AS yang bernama Austin Tice, yang diculik pada tahun 2012.
Warga AS lainnya, Travis Timmerman, telah ditemukan hidup-hidup dan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan bahwa Washington DC sedang berupaya membawanya pulang.
Sikap AS
Sementara itu baat berbicara pada Kamis (12/12) di Yordania, Menlu Blinken menekankan pentingnya tidak memicu konflik tambahan setelah menyebutkan aktivitas militer Israel dan Turki di Suriah.
“Washington DC berharap untuk memastikan bahwa Suriah tidak digunakan sebagai pangkalan terorisme dan tidak menimbulkan ancaman bagi negara-negara tetangganya," ungkap Blinken, yang negaranya memiliki ratusan tentara di Suriah sebagai bagian dari koalisi melawan jihadis kelompok ISIS.
Saat berada di Ankara pada Jumat, Menlu Blinken mengatakan kepada Turki bahwa sangat penting untuk melawan kebangkitan kelompok ISIS di Suriah pasca jatuhnya kekuasaan Assad. Pernyataan tersebut disampaikan Blinken setelah pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, di Ankara.
“Negara kita bekerja sangat keras dan memberikan banyak hal selama bertahun-tahun untuk memastikan penghapusan kekhalifahan teritorial ISIS agar memastikan bahwa ancaman itu tidak muncul lagi,” kata Blinken dalam konferensi pers bersama. “Dan sangat penting bagi kita untuk terus melakukan upaya tersebut,” imbuh dia.
Sebagai tanggapan, Menlu Fidan mengatakan kepada Blinken bahwa Turki berkomitmen untuk memastikan stabilitas di Suriah secepat mungkin dan mencegah para pejuang ISIS mendapatkan pijakan di sana.
"Prioritas kami adalah memastikan stabilitas di Suriah sesegera mungkin, mencegah terorisme memperoleh wilayah, dan mencegah ISIS dan PKK mendominasi di sana," kata dia, mengacu pada Partai Pekerja Kurdistan, yang telah melakukan pemberontakan selama puluhan tahun terhadap Turki. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Regulasi Baru, Australia Wajibkan Perusahaan Teknologi Bayar Media Atas Konten Berita
- 2 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 3 RI Harus Antisipasi Tren Penguatan Dollar dan Perubahan Kebijakan Perdagangan AS
- 4 Terapkan SDGs, Perusahaan Ini Konsisten Wujudkan Sustainability Action Plan
- 5 Segera diajukan ke Presiden, Penyederhanaan Regulasi Pupuk Subsidi Masuk Tahap Final