Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Angkutan Laut

Pengguna Jasa Pesimistis terhadap Indonesian SEA

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah tengah merumuskan solusi untuk mengatasi hambatan distribusi logistik. Namun, para pengguna jasa angkutan laut pesimistis pembentukan program bernama Indonesian Shipping Enterprises Alliance (Indonesian SEA) dapat berjalan sukses disebabkan kekurangan space kapal dan kontainer.

Ketua Umum Dewan Pemakai Jasa Angkutan Laut Indonesia (Depalindo), Toto Dirgantoro mengatakan imbas pandemi Covid-19 terhadap sektor angkutan laut dan logistik global saat ini memang tidak bisa dilakukan upaya apapun. Semua negara hanya bisa bersikap menunggu sampai kondisi Covid-19 betul-betul mereda sehingga pergerakan kapal global kembali normal. Di sisi lain, pelayaran nasional hingga kini tidak memiliki kontainer untuk keperluan ekspor nasional.

"Kalau masalah ketiadaan space kapal kita harus sama-sama pelajari. Kondisi ini menimpa secara global bukan cuma Indonesia. Bahkan di Long Beach sendiri kapal semua harus menunggu sampai 8 hari, belum dinegara lainnya juga demikian. Sehingga kargo kita bertumpuk akibat ritase kapal tidak berputar. Bisa dibayangkan kondisi itu ini karna Pandemi Covid -19 yang masih berlangsung saat ini. Begitu juga yang terjadi di Singapura semua kapal antre," kata Toto yang dihubungi, Senin (11/10).

Sekjen Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) itu menjabarkan, sekalipun saat ini Indonesia menyiapkan kapal untuk angkutan ekspor nasional, armada tersebut tetap harus menunggu sandar dan pelayanan di beberapa negara tujuan ekspor akibat antrean belum terurai.

"Apalagi Tiongkok juga gencar memperbanyak kapal-kapalnya, tetapi di pelabuhan negara itu juga pelayanan masih antre. Jadi, saya berpandangan tidak ada solusi soal ini sampai ini (antrean kapal) terurai sampai tidak ada lagi kapal yang menunggu lama di beberapa pelabuhan global," kata Toto.

Lakukan Pemetaan

Karena itu, katanya, Depalindo dan GPEI menyarankan supaya Kementerian Perhubungan memetakan lama waktu tunggu kapal di Tiongkok, Long Beach, Kaisung dan Shenzhen maupun di Singapura guna mengurai persoalan keterbatasan space kapal dan kontainer untuk ekspor nasional.

"Kami juga mendengar di luar negeri banyak pelayaran sedang bangun kapal saat ini tetapi baru akan kelar pada 2022 dan 2023. Padahal, kondisi kelangkaan space kapal dan kontainer global ini juga dialami hampir semua negara di dunia," kata Toto.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan saat ini dibutuhkan berbagai langkah konkret dan sinergi baik antara pemerintah bersama seluruh stakeholder pelayaran nasional untuk memastikan pelayanan distribusi ekspor barang tidak terhambat.

"Kami mengusulkan salah satu upaya yang dapat menjadi solusi untuk mengatasi hambatan distribusi logistik untuk kegiatan ekspor lewat Indonesian SEA," katanya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Mohammad Zaki Alatas

Komentar

Komentar
()

Top