Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pengembangan Destinasi Harus Diperkuat

Foto : Istimewa

Ilistrasi - Wisatawan berfoto di pantai. 

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Sektor pariwisata menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Untuk itu, hal terpenting dari sektor pariwisata Indonesia adalah memperkuat destinasi di dalam negeri.

Hal itu disampaikan Direktur Utama InJourney, Dony Oskaria saat menjadi pembicara pada acara Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2023 dengan tema "Prospek Pariwisata dan Investasi Industri Hospitality di Tahun Politik".

Menurutnya, pembenahan dan penguatan destinasi di Tanah Air menjadi cara untuk menarik wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia yang tahun ini ditargetkan sebanyak 7,4 juta wisman.

Dengan begitu, diharapkan jumlah wisman yang masuk ke Indonesia lebih banyak dibanding jumlah orang Indonesia yang berwisata ke luar negeri.

"Kahadiran wisman ini penting agar neraca pariwisata kita menjadi positif. Untuk itu kita perkuat destinasi di dalam negeri, dan hal yang juga sangat penting adalah peran wisatawan nusantara (wisnus) dalam memperkuat ekonomi nasional. Karena wisnus perannya adalah pemerataan ekonomi ke destinasi-destinasi wisata di daerah, makanya kita dorong pergerakan wisnus," kata Dony dalam keterangan tertulisnya, Jumat (20/1).

Untuk itu, InJourney pun terus mengembangkan destinasi pariwisata dengan tujuan meningkatkan pergerakan wisnus maupun kunjungan wisman.

Dalam hal ini, InJourney membangun dan mengembangkan destinasi, antara lain di lima destinasi pariwisata super prioritas dan kawasan Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang).

"Kami mengembangkan Semarang sebagai integrated old town yang memang menjadi luar biasa. Sekitar 82% gedung lama yang ada di sana milik BUMN kita renovasi, jadikan sebuah atraksi yang luar biasa, ada shopping mall, hotel, kafe dan restoran. Sehingga, ini menjadi daya tarik utama," paparnya.

Terkait pengembangan destinasi, Artotel Group yang salah satu bisnisnya bergerak di bidang perhotelan juga terus memainkan perannya. CEO Artotel, Erastus Radjimin mengatakan, untuk menumbuhkan destinasi wisata dibutuhkan pula pengembangan hotel yang memadai.

Hal tersebut cepat ditangkap oleh Artotel Group saat membangun daerah Sanur di Bali dan kini terus berkembang menjadi destinasi wisata yang menarik serta kekinian.

"Sekitar 8 tahun lalu Sanur demografinya itu 50 tahun ke atas. Pertama kali kita bangun, kita lumayan nekat. Kita dikomentari banyak orang, mereka bilang harusnya kita bangun hotel buat orang tua jangan buat anak muda, tapi kita tidak begitu. Kita bangun Artotel Sanur dengan konsep modern, temporary, inspired local hotel. Saat itu kita kaget tiba-tiba demografinya jadi mayoritas 30-40 tahun," paparnya.

Erastus juga memandang transisi terjadi di Sanur secara perlahan. Kini, Sanur menjadi destinasi seperti Uluwatu. Pihaknya juga menyambut positif gebrakan pemerintah dengan mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur yang menggandeng Mayo Clinic Hospital.

Pada kesempatan sama, Presiden Federation of ASEAN Travel Associations (FATA) yang juga Ketua Umum Astindo Pauline Suharno menilai Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN kurang fokus dalam berpromosi. Menurut dia, pariwisata Indonesia tertinggal dengan negara lain seperti Vietnam padahal sumber daya alam dan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia luar biasa.

"Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan wisatawan dalam memilih berwisata di negara ASEAN terlebih ketika pandemi menyerang. Selain faktor keamanan dan kenyamanan, harga tiket pesawat juga menjadi perhatian," katanya.

Pauline pun menyoroti masih tingginya harga tiket penerbangan ke Indonesia maupun penerbangan di domestik. Menurut dia, salah satu solusinya adalah melalui pemberian insentif.

"Negara lain berupaya membawa sebanyak mungkin corporate incentive. Pengelola bandara juga memberikan insentif ke maskapai supaya mau terbang ke sana," tutupnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Mohammad Zaki Alatas

Komentar

Komentar
()

Top