Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Peneliti Berhasil Kembalikan Ingatan yang Hilang

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang banyak terjadi pada orang tua. Melalui percobaan pada sel tikus tua, peneliti berhasil mengembalikan ingatan yang hilang yang berpotensi untuk pengobatan pada manusia. 

Dalam rangka mengatasi penyakit Alzheimer yang banyak diderita orang tua, para ilmuwan dari University of Cambridge dan University of Leeds, Inggris, dengan dukungan dana dari Alzheimer's Research UK, Medical Research Council, European Research Council dan Czech Science Foundation, telah melakukan penelitian pada tikus percobaan.
Hasil penelitian yang diterbitkan pada jurnal Molecular Psychiatry edisi 16 Juli lalu menunjukkan terjadinya perubahan matriks ekstraseluler otak perancah (scaffolding) di sekitar sel saraf penyebab hilangnya memori seiring bertambahnya usia.
Hal ini berarti hasil penelitian bisa dikembangkan untuk perawatan dalam mencegah kehilangan ingatan pada orang-orang seiring bertambahnya usia.
Mereka menemukan tentang peran jaring perineuronal (perineuronal nets/PNN) dalam neuroplastisitas atau kemampuan otak untuk belajar, beradaptasi dan untuk membuat ingatan. Senyawa ini adalah struktur seperti tulang rawan yang sebagian besar mengelilingi neuron penghambat di otak.
Fungsi utama PNN adalah untuk mengontrol tingkat plastisitas atau kondisi tidak elastis di otak. Plastisitas pada manusia umumnya muncul pada usia sekitar lima tahun. Senyawa mematikan periode plastisitas yang dengan mengoptimalkan koneksi otak. Menariknya sebagian plastisitas dapat membuat otak lebih efisien.
PNN mengandung senyawa yang dikenal sebagai kondroitin sulfat, beberapa di antaranya, seperti kondroitin 4-sulfat. Senyawa ini bersifat menghambat kerja jaringan, menghambat neuroplastisitas lainnya, sama seperti kondroitin 6-sulfat, yang bersifat meningkatkan neuroplastisitas.
Seiring bertambahnya usia, keseimbangan senyawa ini berubah, dan ketika kadar kondroitin 6-sulfat menurun, kemampuan seseorang untuk belajar dan membentuk ingatan baru berubah, sehingga menyebabkan penurunan ingatan.
Para peneliti di kedua universitas menyelidiki apakah memanipulasi komposisi kondroitin sulfat dari PNN dapat memulihkan neuroplastisitas dan mengurangi defisit memori terkait usia. Untuk melakukan hal tersebut tim memilih tikus berusia 20 bulan yang dianggap sangat tua, dan menggunakannya untuk serangkaian tes.
Hasil perlakuan pada tikus menunjukkan terjadi defisit memori mereka dibandingkan dengan tikus muda dengan usia enam bulan. Cara yang dilakukan dengan menguji pengenalan pada suatu objek pada sebuah labirin berbentuk huruf Y dan dibiarkan menjelajahi dua objek identik di ujung kedua lengan.
Setelah beberapa saat, tikus sekali lagi ditempatkan di labirin, tetapi kali ini satu sisi berisi objek baru, sementara yang lain berisi salinan objek berulang. Para peneliti mengukur jumlah waktu yang dihabiskan tikus untuk menjelajahi setiap objek untuk melihat apakah ia mengingat objek yang dijumpai sebelumnya.
"Tikus yang lebih tua jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengingat objek tersebut," kata peneliti dari School of Biomedical Sciences di University of Leeds, Dr Jessica Kwok seperti dikutip laman Science Daily edisi 22 Juli lalu.
Tim tersebut kemudian menguji tikus yang menua menggunakan "vektor virus" untuk mengirimkan materi genetik ke dalam sel. Hasilnya virus mampu menyusun kembali jumlah 6-sulfat kondroitin sulfat ke PNN. Cara ini ternyata dapat memulihkan memori pada tikus yang lebih tua, ke tingkat yang mirip dengan yang terlihat pada tikus yang lebih tua.
"Kami melihat hasil yang luar biasa ketika kami merawat tikus yang menua dengan perawatan ini. Memori dan kemampuan untuk belajar dikembalikan ke tingkat yang tidak akan pernah mereka lihat sejak mereka masih muda," ujar Kwok.
Untuk mengeksplorasi peran kondroitin 6-sulfat dalam kehilangan memori, para peneliti membiakkan tikus yang telah dimanipulasi secara genetik sehingga mereka hanya mampu menghasilkan senyawa tingkat rendah untuk meniru perubahan penuaan.
Bahkan pada 11 pekan, tikus-tikus ini menunjukkan tanda-tanda kehilangan memori dini. Namun, peningkatan kadar kondroitin 6-sulfat menggunakan vektor virus memulihkan memori dan plastisitasnya ke tingkat yang serupa dengan tikus sehat.

Obat Potensial
Peneliti dari Pusat Perbaikan Otak John van Geest di Universitas Cambridge, Profesor James Fawcett mengatakan bahwa apa yang menarik tentang penelitian ini adalah meskipun penelitian hanya pada tikus, mekanisme yang sama harus beroperasi pada manusia karena molekul dan struktur otak manusia sama dengan yang ada pada tikus.
Pada manusia dengan pendekatan yang sama cara kemungkinan besar dapat untuk mencegah manusia mengembangkan kehilangan ingatan di usia tua. Apalagi tim bahkan telah mengidentifikasi obat oral potensial berlisensi untuk menghambat pembentukan PPN pada manusia.
Sama dengan yang terjadi pada tikus, obat tersebut dapat dapat mengembalikan memori yang terjadi pada orang tua sekaligus meningkatkan pemulihan cedera tulang belakang. "Para peneliti sedang menyelidiki apakah itu mungkin membantu mengurangi kehilangan memori pada model hewan dari penyakit Alzheimer," ungkap Fawcett.
Fawcett mengatakan, penggunaan vektor virus untuk memberikan pengobatan semakin banyak digunakan untuk mengobati kondisi neurologis manusia. Tim kedua di pusat penelitian baru-baru ini menerbitkan penelitian yang menunjukkan penggunaannya untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma dan demensia. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top