Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Ekonomi Global I Indonesia Punya Potensi Wujudkan Kemandirian Pangan dan Energi

Penanganan Krisis Pangan dan Energi Makin Rumit

Foto : ISTIMEWA

ESTHER SRI ASTUTI Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undip, Semarang - Jadi, solusinya adalah kemandirian pangan dan energi. Indonesia punya potensi untuk mewujudkan kemandirian pangan dan energi.

A   A   A   Pengaturan Font

» Jika tidak ditangani, krisis global akan berubah menjadi bencana kemanusiaan bagi negara-negara berkembang.

» Multilateralisme adalah cara penyelesaian krisis terbaik saat ini terutama krisis pangan dan energi.

JAKARTA - Penanganan krisis global akibat lonjakan harga pangan dan energi dinilai semakin rumit karena masalahnya makin kompleks akibat sumber krisisnya terjadi di negara lain seperti di Russia dan Ukraina.

Peneliti Senior Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam, yang diminta pendapatnya dari Jakarta, Minggu (10/7), mengatakan ekonomi juga semuanya terkoneksi dengan apa yang terjadi di negara lain sehingga ada potensi saling kebergantungan.

"Pertahanan dan kedaulatan pangan dan energi dalam negeri memang akan menjadi kunci, tetapi kerja sama internasional dan multilateral akan bisa menjadi salah satu jalan ikhtiar preventif dan pengurai masalah yang timbul dan berasal dari luar negeri dan kawasan internasional," kata Surokim.

Sementara itu, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, mengatakan multilateralisme atau kerja sama dengan beberapa negara adalah cara terbaik penyelesaian krisis.

Namun demikian, perlu diingat pula ada contagious effects yang harus dipertimbangkan jika multilateralisme semakin tinggi.

Bila kerja sama antarnegara makin erat, ada kemungkinan satu negara bisa tertular krisis dari negara lain karena mereka saling berhubungan, terutama dalam bidang perdagangan.

"Jadi, solusinya adalah kemandirian pangan dan energi. Indonesia punya potensi untuk mewujudkan kemandirian pangan dan energi," tegasnya.

Indonesia, papar Esther, kaya dengan sumber daya alam (SDA) dan mineral. Kondisi tersebut didukung dengan iklim tropis yang cocok untuk pertanian dan kelautan. Begitu juga sumber minyak, batu bara, mineral, lainnya melimpah.

Pesan Penting

Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, pada Minggu (10/7), mengatakan multilateralisme masih menjadi cara penyelesaian krisis yang terbaik saat ini, terutama krisis pangan dan energi.

Retno saat berpidato pada pembukaan pertemuan kedua Sherpa G20, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, mengatakan dua isu yang menjadi fokus diskusi secara garis besar pada pertemuan antar-Menteri Luar Negeri G20 yang berlangsung di Bali, beberapa waktu lalu, salah satunya adalah multilateralisme. Kedua, mengenai krisis pangan energi yang saat ini sedang melanda.

Dia mengaku senang melihat antusiasme para peserta pertemuan tersebut untuk memperkuat multilateralisme.

"Dari banyaknya pernyataan yang dibuat, saya melihat adanya pesan penting, yakni bahwa multilateralisme kian diuji oleh situasi global," kata Retno.

Meski demikian, dia mengatakan bahwa semua pihak tampak menyetujui bahwa multilateralisme tetap menjadi cara terbaik untuk menangani berbagai tantangan global.

"Multilateralisme telah menunjukkan kekuatannya dengan menumbuhkan kolaborasi dan memastikan kita tetap bertahan pada masa pandemi," kata Retno.

Pada kesempatan itu, dia mengingatkan perlunya penanganan yang cepat. Jika tidak ditangani, krisis tersebut akan berubah menjadi bencana kemanusiaan dan negara-negara berkembang akan menjadi yang paling terdampak.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam sambutannya pada pembukaan 2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengatakan Indonesia menawarkan tiga proposal untuk bekerja bersama dalam mencari solusi menghadapi tantangan global yang multidimensi.

Airlangga menguraikan tiga proposal itu adalah pertama, kepercayaan dan saling menghormati di antara anggota G20 sebagai kunci untuk memajukan dialog dan konsensus.

Kedua, negara G20, kata Airlangga, harus melihat ke depan untuk memberikan pertumbuhan dan ketahanan ekonomi global. Pada saat yang bersamaan berusaha menemukan solusi mengatasi tantangan yang mendesak.

Dengan niat baik dan tekad yang kuat, G20 akan memajukan prioritas Kepresidenan RI dan juga mengatasi krisis yang muncul.

Ketiga adalah agenda 2030 dengan menjadikan sustainable development goal's (SDG's) harus menjadi pedoman G20, terutama dalam membantu meningkatkan kehidupan di negara-negara berkembang yang dianggap rentan.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top