Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Imbas Korona

Pemulung di TPST Bantar Gebang Makin Sulit

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI), Bagong Suyoto, mengatakan di saat pandemi korona (Covid) kehidupan pemulung di TPTS Bantar Gebang, Bekasi, dan TPA Sumurbatu semakin sulit. Mereka sulit menjual hasil memulung karena pabrik daur ulang tutup. Bagong menjelaskan, sejak ada pandemi korona, harga pumungut sampah terus anjlok.

Sejak akhir 2019, harga-harga pungutan pemulung terjun bebas hingga 50 persen lebih. Kondisi ini diperparah ketika wabah Covid-19 berlangsung, sejumlah bandar dan pabrik daur ulang tutup. Meskipun ada barang, tapi tidak ada pembeli.

"Akibatnya, sampah pungutan pemulung dibeli dengan harga semaunya, atau pada tingkat harga semakin rendah. Dan pendapatan pemulung mesorot tajam, belum pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, kecuali ketika terjadi banjir sampah impor ke Indonesia tahun 1990-an," jelas Bagong dalam pernyaataan tertulis yang diterima Koran Jakarta, Kamis (7/5).

Menurut Bagong, kehidupan kini bak sudah jatuh ketiban tangga. Pada kondisi sulit, pemulung harus mencari utang sana sini, seperti pada pelapak atau rentenir. "Utang ke rentenir dikenai bunga sangat tinggi, 10-20 persen. Biasanya sudah dipotong uang adaministrasi 15-10 persen. Mereka terjerat dengan bunga utang," ujarnya.

Bagong mengatakan nasib lebih parah dialami pemulung pendatang. Mereka dilarang pulang kampung, tetapi belum tentu bantuan dari pemerintah pusat dan daerah. Meskipun sudah ada bantuan, seperti Kementerian PUPR membagikan 1.000 paket sembako, belum semua pemulung kebagian.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : M Husen Hamidy
Penulis : M Husen Hamidy

Komentar

Komentar
()

Top