Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pemimpin Dunia Berkumpul di PBB Saat Ketegangan di Timur Tengah Meningkat

Foto : Deccanchronicle/AFP

Puluhan pemimpin dunia berkumpul sehari Saat ketegangan situasi Timur Tengah meningkat.

A   A   A   Pengaturan Font

PBB - Bentrokan yang meningkat antara Israel dan Hizbullah akan membayangi penampilan terakhir Presiden AS Joe Biden di acara tahunan penting PBB pada hari Selasa (24/9) ketika para diplomat bergegas untuk mencegah perang di kawasan itu.

Berkumpulnya puluhan pemimpin dunia, terjadi sehari setelah serangan udara Israel di Lebanon menewaskan lebih dari 490 orang, menurut otoritas setempat.

Ketika para pemimpin dunia berkumpul di Manhattan hari Senin (23/9) untuk menghadiri serangkaian pidato tahunan dan diplomasi tatap muka, anggota Dewan Keamanan PBB Prancis menyerukan pertemuan darurat mengenai krisis yang melanda Timur Tengah.

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia "sangat khawatir" karena fokus bergeser dari Gaza ke Lebanon, dan diplomat utama Uni Eropa Josep Borrell memperingatkan "kita hampir terlibat dalam perang besar-besaran."

Sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat, kembali memperingatkan terhadap invasi darat besar-besaran ke Lebanon, dengan seorang pejabat senior AS berjanji untuk membawa gagasan "konkret" untuk de-eskalasi ke PBB minggu ini.

Tidak jelas kemajuan apa yang dapat dicapai untuk meredakan situasi di Lebanon karena upaya untuk menengahi gencatan senjata di Gaza, yang terus-menerus digempur Israel sejak Oktober 2023, belum membuahkan hasil.

"Gaza, Ukraina, dan Sudan akan menjadi isu dominan," kata Richard Gowan dari lembaga pemikir International Crisis Group. Dia memperkirakan banyak pemimpin akan "memperingatkan PBB akan menjadi tidak relevan secara global jika tidak dapat membantu mewujudkan perdamaian."

Lebih dari 100 kepala negara dan pemerintahan dijadwalkan berpidato selama acara utama PBB, yang akan berlangsung hingga Senin.

Di Luar Kendali

Sejak pertemuan tahunan tahun lalu, ketika perang saudara Sudan dan invasi Russia ke Ukraina mendominasi, dunia telah menghadapi ledakan krisis.

"Tantangan internasional bergerak lebih cepat daripada kemampuan kita untuk menyelesaikannya," Guterres memperingatkan menjelang pertemuan tersebut.

Serangan 7 Oktober oleh kelompok Islam Palestina Hamas terhadap Israel dan kekerasan yang terjadi setelahnya di Timur Tengah telah mengungkap perpecahan yang mendalam di badan global tersebut.

Dengan pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan presiden Palestina Mahmud Abbas yang diharapkan berpidato di hadapan Majelis Umum minggu ini, mungkin akan ada momen-momen yang mudah memanas.

Pada hari Selasa, perwakilan dari Turki, Yordania, Qatar, Iran dan Aljazair dijadwalkan naik podium untuk mendesak gencatan senjata Gaza setelah hampir satu tahun perang.

Ukraina juga akan menjadi agenda hari Selasa ketika Presiden Volodymyr Zelensky menyampaikan pidato di pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang perang Russia di Ukraina.

"Saya mengundang semua pemimpin dan negara untuk terus mendukung upaya bersama kita demi masa depan yang adil dan damai," kata Zelensky kepada PBB pada hari Senin.

"Putin telah mencuri banyak hal, tetapi dia tidak akan pernah mencuri masa depan dunia."

Di Balik Layar

Tidak jelas apakah pertemuan diplomatik akbar itu dapat mencapai apa pun bagi jutaan orang yang terperosok dalam konflik dan kemiskinan di seluruh dunia.

"Setiap diplomasi nyata untuk mengurangi ketegangan akan dilakukan di belakang layar," kata Gowan.

"Ini mungkin merupakan kesempatan bagi diplomat Barat dan Arab untuk melakukan pembicaraan diam-diam dengan Iran mengenai perlunya menghentikan situasi regional yang semakin tidak terkendali."

Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani telah menyerukan pertemuan mendesak para pemimpin Arab di sela-sela Majelis Umum PBB mengenai krisis di Lebanon.

Guterres memperingatkan akan "kemungkinan mengubah Lebanon (menjadi) Gaza lain".


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top