Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesehatan Masyarakat

Pemerintah Perlu Fasilitasi Karantina Pasien Monkeypox

Foto : Istimewa

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman menyarankan, pemerintah perlu memfasilifasi karantina pasien monkeypox atau cacar monyet. Selain penting untuk mencegah penularan, karantina juga menunjukkan kemampuan pemerintah dalam proses penanganan.

"Ini akan sangat bermanfaat. Pentingnya, supaya yang tadinya ragu-ragu, ya bisa terbuka. Sekaligus ini juga membangun dan menunjukan kepada publik," ujarnya kepada Koran Jakarta, Minggu (21/8).

Dicky menerangkan, proses karantina dan pelacakan kasus sangat penting dalam penanganan monkeypox, plus vaksinasi dan terapi. Adapun kuota fasilitas karantina menyesuaikan dengan kemampuan pemerintah.

Dia menyebut, satu bulan pertama menjadi waktu sangat krusial dalam penanganan monkeypox. Selain untuk menyembuhkan pasien, penting juga untuk mempelajari penyakit tersebut. "Dalam konteks Indonesia, kita tahunya text book dalam kasus negara lain. Walaupun tidak ada perbedaan signifikan, tapi kita harus punya data yang kuat dalam artian studi atau pengamatan dan keberhasilan yang dilakukan di Indonesia," jelasnya.

Lebih lanjut, Dicky menilai, karantina mandiri untuk penyakit monkeypox sangat berisiko. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan orang-orang terdekat pasien belum mengetahui proses pencegahan penularan.

"Ini juga bicara memantau bagaimana kesehatan mereka. Mumpung belum banyak, sebaiknya difasilitasi pemerintah," tandasnya.

Temuan Kasus
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), memastikan satu warga negara Indonesia terkonfirmasi menderita monkeypox. Pasien tersebut merupakan seorang laki-laki berusia 27 tahun, dengan riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia, dan Perancis sebelum tertular.

"Berdasarkan penelusuran, pasien berpergian ke luar negeri antara tanggal 22 Juli hingga tiba kembali di Jakarta pada 8 Agustus 2022. Pasien mulai mengalami gejala awal monkeypox di tanggal 11 Agustus 2022," ujar Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril.

Dia menambahkan, setelah berkonsultasi ke beberapa fasilitas kesehatan, pasien masuk ke salah satu rumah sakit milik Kemenkes pada tanggal 18 Agustus. Hasil test PCR pasien terkonfirmasi positif pada malam hari tanggal 19 Agustus.

"Saat ini pasien dalam keadaan baik, tidak sakit berat dan ada cacarnya atau ruam-ruamnya di muka, di telapak tangan dan kaki. Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit, tapi cukup isolasi mandiri," tambahnya.

Dia menghimbau masyarakat agar tidak panik karena daya tular dan fatalitas cacar monyet sangat rendah dibandingkan dengan Covid-19. Sebagai gambaran, saat ini ada 39,718 kasus konfirmasi cacar monyet diseluruh dunia.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top