Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kinerja Ekspor I IMF Proyeksi Ekonomi Tiongkok Tumbuh 5,4% Tahun 2023

Pemerintah Diminta Segera Antisipasi Dampak Melemahnya Ekonomi Tiongkok

Foto : Sumber: BPS - KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah diminta segera menyiapkan langkah antisipasi dari dampak melemahnya ekonomi Tiongkok. Perlunya antisipasi tersebut karena Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor utama produk-produk Indonesia dengan pangsa sekitar 20 persen.

Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudisthira, yang diminta pendapatnya dari Jakarta, Selasa (21/11), mengatakan efek pelambatan ekonomi Tiongkok harus segera diantisipasi dengan beberapa strategi.

Hal yang pertama pemerintah harus memitigasi dampak pelambatan ekonomi Tiongkok itu terhadap industri dalam negeri yang berorientasi ekspor, misalnya produsen nikel olahan, bauksit, emas, dan crude palm oil (CPO).

"Ketika hasil assesment menunjukkan adanya pelemahan permintaan ekspor maka diperlukan mitigasi dalam bentuk paket kebijakan atau stimulus," katanya.

Kedua, perlu segera melakukan diversifikasi tujuan ekspor ke negara alternatif misalnya yang paling dekat penetrasi ke pasar negara-negara Asean, dan negara-negara di Kepulauan Pasifik.

Strategi ketiga adalah mengurangi kebergantungan impor untuk mewaspadai banjir impor dari Tiongkok dengan harga murah bisa terjadi pada 2024 mendatang.

"Kalau ekonomi domestik Tiongkok melambat, banyak gudang over kapasitas maka salah satu pengalihan, ekspornya ke Indonesia. Ini bisa mematikan industri lokal dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)," ungkap Bhima.

Secara terpisah, Kepala Laboratorium Ekonomi Bisnis, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Aloysius Gunadi Brata, mengatakan kontraksi ekspor Indonesia ke Tiongkok mesti diantisipasi secara baik karena kemungkinan pertumbuhan ekonomi Tiongkok merosot.

Rilis Dana Moneter Internasional (IMF) tanggal 7 November 2023, misalnya menyebutkan bahwa tahun ini ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh 5,4 persen, tetapi tahun depan diduga akan melambat menjadi 4,6, sebagai akibat dari berlanjutnya persoalan pasar properti dan lemahnya permintaan eksternal.

"Tentu Tiongkok akan berupaya mengatasi hal ini. Namun demikian, karena sekitar 20 persen ekspor Indonesia adalah ke Tiongkok, pelambatan ekonomi Tiongkok dapat berdampak terhadap ekonomi Indonesia. Komoditas ekspor yang perlu diwaspadai tentu termasuk yang terkait dengan properti seperti bahan baku besi dan baja yang merupakan salah satu dari komoditas utama ekspor Indonesia ke Tiongkok," papar Aloysius.

Bersamaan dengan itu, Aloysius memandang perlu mendorong ekspor komoditas-komoditas lainnya yang tidak terlalu sensitif terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Hal itu merupakan bentuk dari penguatan diversifikasi komoditas ekspor.

Selain itu, dia juga mendorong diversifikasi pasar ke negara-negara tetangga seperti Asean yang selama ini menjadi pasar ekspor terbesar kedua produk Indonesia.

Asean selama ini telah menjadi pasar ekspor terbesar Indonesia setelah Tiongkok, namun pasarnya pun diperkirakan tidak dalam kondisi yang prima.

FDI Menurun

Dalam seminar Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Selasa (21/11), Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Abdurohman, mengatakan sebagai negara yang punya hubungan dagang kuat dengan Tiongkok, maka pemerintah RI mewaspadai dampak pelemahan ekonomi Tiongkok itu.

Perekonomian Tiongkok, jelasnya, terus mengalami perlambatan sebagai imbas dari melemahnya sektor properti serta penanaman modal asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) yang juga menurun.

Pelemahan kedua sektor tersebut berdampak signifikan lantaran keduanya menjadi mesin utama penggerak ekonomi Tiongkok.

"Berbeda dengan Amerika Serikat (AS) dan Indonesia di mana ekonomi lebih banyak didorong oleh konsumsi. Perekonomian Tiongkok lebih banyak didorong oleh investasi, dan ini yang menjadi akar persoalan Tiongkok saat ini. Banyak investasi yang lari ke sektor properti, sementara sektor tersebut sedang mengalami banyak krisis," jelas Abdurohman.

Di Indonesia sendiri, kinerja ekspor mencatatkan perlambatan pada kuartal III lalu, di mana kinerja ekspor terkontraksi sebesar 4,26 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III, sementara impor terkontraksi 6,18 persen yoy.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top