Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesepakatan Brexit

Pembicaraan untuk Akhiri Kebuntuan Brexit Gagal

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Oposisi dari Partai Buruh Inggris menghentikan pembicaraan kompromi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dengan Perdana Menteri Theresa May yang telah berjalan selama enam pekan. Informasi itu disampaikan juru bicara PM May, pada Jumat (17/5).

"PM May tidak dapat mencapai kesepakatan penuh dengan Partai Buruh," ucap juru bicara itu.

Sementara itu dilaporkan pula bahwa alasan oposisi untuk menghentikan pembicaraan kompromi karena menyalahkan kelemahan dan ketidakstabilan dalam pemerintahan pimpinan PM May.

"Diskusi saat ini telah berjalan sejauh yang bisa dilakukan," kata pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, dalam sepucuk surat yang ditujukan pada PM May, merujuk pada terjadinya kesenjangan kebijakan penting antara kedua belah pihak.

"Meningkatnya kelemahan dan ketidakstabilan pemerintah May berarti tidak ada kepercayaan dalam mengamankan apa pun yang mungkin disepakati di antara kami," imbuh Corbyn.

Karena penghentian pembicaraan kompromi itu, pemimpin oposisi mengatakan mereka akan terus menentang kesepakatan pemerintah di parlemen mengenai Brexit, meskipun Corbyn akan dengan hati-hati mempertimbangkan proposal yang ingin diajukan pemerintah untuk memecahkan kebuntuan.

Kegagalan kompromi itu diutarakan setelah PM May pada Kamis (16/5) sepakat untuk menetapkan jadwal pengunduran dirinya pada awal bulan depan setelah dilakukan voting ke-4 kesepakatan Brexit, apapun hasilnya.

Anggota parlemen Inggris telah tiga kali menolak kesepakatan Brexit yang diusulkan PM May dengan Brussels, dan hal itu semakin melemahkan otoritasnya dan memaksanya untuk mendekati kubu Partai Buruh.

Rencananya anggota parlemen Inggris akan melakukan voting untuk keempat kalinya pada awal Juni mengenai syarat penarikan diri Inggris dari Uni Eropa (UE).

Kubu Partai Buruh, yang lebih menyukai hubungan ekonomi yang lebih dekat dengan UE setelah Brexit, khawatir dengan mundurnya PM May, mungkin penggantinya tidak akan memegang janji kesepakatan yang telah diperjuangkan May.

Jajak pendapat YouGov menjagokan mantan Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, sebagai pengganti May. Johnson pada Kamis (16/5) lalu telah menyatakan kesediaannya untuk memperebutkan posisi PM Inggris. ang/AFP/BBC/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top