![Pembiayaan Infrastruktur Sedot Likuiditas Emiten Bank](https://koran-jakarta.com/images/article/phpe6_e0u_resized.jpg)
Pembiayaan Infrastruktur Sedot Likuiditas Emiten Bank
![Pembiayaan Infrastruktur Sedot Likuiditas Emiten Bank](https://koran-jakarta.com/images/article/phpe6_e0u_resized.jpg)
EMITEN BICARA INDUSTRI - Kepala Ekonom Bank BNI, Ryan Kiryanto (tengah) bersama Pengamat Ekonomi INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara (kiri) dan Kepala Riset PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengikuti diskusi Emiten Bicara Industri di Jakarta, Selasa (29/1). Diskusi ini mengangkat tema Meneropong Wajah Perekonomian Indonesia 2019 yang membicarakan tentang sentimen yang ada di pasar dan pengaruhnya, baik yang sifatnya positif hingga yang berpotensi membawa dampak negatif.
Penerbitan surat utang pemerintah menjadi salah satu pemicu tergerusnya likuiditas bank.
JAKARTA - Likuiditas emiten perbankan semakin tergerus karena banyaknya penyaluran kredit dilakukan ke sektor infrastruktur. Selain itu, penerbitan surat utang pemerintah juga menjadi salah satu pemicu tergerusnya likuiditas perbankan karena tingkat imbal hasil yang diberikan menarik bagi investor.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), Ryan Kiryanto, mengatakan melejitnya loan to deposit ratio (LDR) di tahun lalu karena didorong oleh pembiayaan yang secara spasial banyak sekali di sektor infrastruktur secara luas, seperti pembangunan jalan tol, konstruksi, dan pembangunan pabrik utilities, baik dikerjakan oleh private sector maupun BUMN.
"Hampir sebagian besar pembiayaan itu masuk ke infrastruktur terutama bank BUMN, bahkan beberapa bank swasta papan atas juga ikut berkontribusi dalam forum sindikasi ataupun konsorsium untuk infrastruktur. Ini yang membuat likuiditas tergerus ke sektor itu," ungkapnya, di Jakarta, Selasa (29/1).
Secara individual bank, sebagian bank kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) II dan BUKU III tingkat LDR posisi LDR sudah jauh di atas 90 persen. Mengacu pada hal itu fleksibilitas bank BUKU IV dan BUKU III dalam menghimpun dana relatif lebih mudah. Misalnya, beberapa bank itu mempunyai market line atau kredit line, baik sesama perbankan di dalam maupun sumber pendanaan dari luar negeri.
Menurut Ryan, saat ini para pelaku pasar memandang bahwa Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lebih konservatif memproyeksikan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK). "Sekarang ini loan growth melampaui funding growth," tegasnya. Secara industri, tingkat LDR perbankan sudah berada di atas 94 persen sehingga kondisi likuiditas di 2019 cukup mengkhawatirkan.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya