Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kudeta di Myanmar

Pemberontak Rakhine Bentrokan dengan Militer

Foto : Myanmar Now

Langgar Gencatan Senjata l Pasukan pemberontak Arakan Army berbaris di sebuah kamp di Laiza, Negara Bagian Kachin, Myanmar, pada 2017 lalu. Pada Rabu (10/11), juru bicara kelompok pemberontak ini melaporkan bahwa pasukan junta telah melanggar gencatan senjata setelah bentrok untuk pertama kalinya dengan Arakan Army.

A   A   A   Pengaturan Font

YANGON - Pasukan junta Myanmar bentrok untuk pertama kalinya dengan pejuang dari kelompok militan utama di Negara Bagian Rakhine sejak terjadinya kudeta.

"Bentrokan ini melanggar gencatan senjata untuk menjaga perdamaian di wilayah barat sejak kudeta," kata seorang juru bicara pemberontak pada Rabu (10/11).

Beberapa hari setelah kudeta, junta menegaskan kembali komitmen untuk gencatan senjata dengan pemberontak Arakan Army (AA) yang telah berjuang untuk mendapatkan otonomi bagi penduduk etnis Rakhine di negara bagian itu.

Gencatan senjata itu membuat pasukan junta tak harus menghadapi pasukan bela diri lokal yang bermunculan di seluruh negeri untuk menentang militer.

"Sekitar pukul 11:00 kemarin, terjadi bentrokan selama beberapa menit di utara Maungdaw," kata juru bicara AA. "Bentrokan itu terjadi setelah pasukan militer Myanmar memasuki daerah itu. Sejauh ini belum ada rincian tentang korban jiwa," imbuh dia.

Seorang saksi mata lokal menerangkan pada laman Myanmar Now bahwa ia melihat datangnya tambahan pasukan junta ke lokasi bentrokan dan saksi mata itu khawatir bahwa bentrokan akan terus terjadi.

Bentrokan antara AA dan militer pada 2019 membuat lebih dari 200.000 orang mengungsi di seluruh negara bagian.

Negara Bagian Rakhine yang menjadi tempat tinggal bagi warga Rohingya dan mayoritas etnis Rakhine yang sebagian besar beragama Buddha, telah menjadi sumber konflik selama beberapa dekade. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top