Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Pembebasan Kuba Ciptakan Perang Spanyol-AS

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Hingga 1890 satu-satunya koloni Spanyol yang belum memperoleh kemerdekaan adalah Kuba dan Puerto Rico. Pembebasan Kuba memaksa AS terlibat perang dengan Spanyol, yang dipicu oleh tenggelamnya kapal USS Maine.

Bagi Amerika Serikat AS), perang Spanyol-Amerika (The Spanish-American War) merupakan konflik militer internasional signifikan kedua setelah perang melawan Meksiko pada 1846. Keduanya menjadi tonggak penting dalam perkembangan negara ini menjadi kekuatan adidaya.

Perang Spanyol-Amerika yang berlangsung antara 25 April sampai 12 Agustus 1898,bukan sekedar membela hak-hak pemberontak Kuba untuk memperjuangkan kebebasan dari Spanyol. Di balik itu Amerika Serikat (AS), memiliki kepentingan yang jauh lebih besar dalam memperluas jangkauan globalnya.

Perang itu bukan hanya berhasil merebut wilayah, tetapi juga karena membuat masyarakat dunia mengakui bahwa AS adalah kekuatan militer yang tangguh. Menteri Luar Negeri John Hay kala itu menyebut sebagai "perang kecil yang luar biasa". Sejak itu AS secara signifikan mengubah keseimbangan kekuatan dunia, tepat ketika abad ke-20 dimulai.

Sebenarnya Perang Spanyol-Amerika tidak ada hubungannya dengan urusan luar negeri antara AS dan Spanyol, namun lebih pada kendali Spanyol atas Kuba. Negara Eropa itu telah mendominasi Amerika tengah dan selatan sejak akhir abad kelima belas. Namun, pada 1890, satu-satunya koloni Spanyol yang belum memperoleh kemerdekaannya adalah Kuba dan Puerto Rico.

Sebelum perang terjadi, pejuang kemerdekaan Kuba dalam gerakan "Cuba Libre" telah mencoba untuk mengakhiri kendali Spanyol atas tanah mereka namun tidak berhasil. Pada 1895, pemberontakan serupa untuk kemerdekaan meletus di Kuba. Untuk kesekian kali pasukan Spanyol di bawah komando Jenderal Valeriano Weyler menekan pemberontakan.

Yang paling terkenal adalah kebijakan konsentrasi ulang dimana pasukan Spanyol memaksa pemberontak dari pedesaan ke kamp-kamp yang dikontrol militer di kota-kota. Kekerasan yang terjadi membuat banyak orang meninggal.

Seperti pemberontakan sebelumnya, orang AS sebagian besar bersimpati pada perjuangan pemberontak Kuba, terutama karena tanggapan Spanyol sangat brutal. Membangkitkan retorika kemerdekaan yang sama dengan yang mereka gunakan untuk melawan Inggris selama revolusi Amerika, beberapa orang dengan cepat bersatu dalam perjuangan Kuba untuk kebebasan.

Pengusaha pengiriman barang dan pengusaha, mendukung intervensi AS untuk melindungi kepentingan mereka sendiri di wilayah tersebut. Demikian pula, gerakan "Cuba Libre" yang didirikan oleh José Martí, yang dengan cepat mendirikan kantor di New York dan Florida, semakin membangkitkan minat pada tujuan pembebasan.

Provokasi

Para pemberontak memandang Angkatan Laut AS yang diperbarui sebagai kekuatan yang dapat menjadi sekutu yang kuat bagi Kuba. Selain itu, jurnalisme kuning yang mencapai puncak pada 1890-an, di mana surat kabar sepertiNew York Journalyang dipimpin oleh William Randolph Hearst, danNew York Worldyang diterbitkan oleh Joseph Pulitzer, bersaing untuk mendapatkan pembaca dengan cerita-cerita sensasional.

Penerbit-penerbit ini, dan banyak lainnya yang mencetak berita untuk drama dan efek maksimum, tahu bahwa perang akan memberikan salinan yang sensasional. Ketika berita sensasional mengipasi keinginan publik untuk mencoba angkatan laut baru mereka sambil mendukung kebebasan, satu tokoh kunci tetap tidak bergerak.

Presiden William McKinley, meskipun memimpin angkatan laut baru yang kuat, juga menyadari bahwa armada baru dan tentara belum teruji. Mempersiapkan tawaran pemilihan ulang pada 1900, McKinley dengan memulai perang dengan Spanyol atas Kuba.

McKinley secara terbuka menegur Spanyol atas tindakannya melawan para pemberontak, dan mendesak Spanyol untuk menemukan solusi damai di Kuba. Tetapi Negeri Matador itu tetap menolak tekanan publik untuk intervensi militer AS.

Keengganan McKinley untuk melibatkan AS berubah pada Februari 1898. Ia telah memerintahkan salah satu kapal perang angkatan laut terbaru, USS Maine, untuk berlabuh di lepas pantai Kuba untuk mengamati situasi, dan bersiap untuk mengevakuasi warga AS dari Kuba jika diperlukan.

Hanya beberapa hari setelah tiba, pada tanggal 15 Februari, sebuah ledakan menghancurkan Maine, menewaskan lebih dari 250 pelaut Amerika. Wartawan "media kuning" langsung membuat berita utama bahwa ledakan itu adalah hasil dari serangan Spanyol dan akibatnya semua orang AS harus bersatu untuk berperang.

Seruan perang surat kabar dengan cepat muncul. Namun berdasarkan pemeriksaan baru-baru ini terhadap bukti pada masa itu telah membuat banyak sejarawan menyimpulkan bahwa ledakan itu kemungkinan besar merupakan kecelakaan karena penyimpanan mesiu di dekat ketel yang sangat panas.

Tetapi pada 1898, tanpa bukti yang jelas, surat kabar-surat kabar menyerukan perang. Halaman depanNew York Journalbahkan menggambarkan cerita kehancuran USS Maine. Media itu pun secara beranimenawarkan hadiah 50.000 dollar AS untuk menghukum para penjahat yang menyebabkan kematian 258 tentara AS.

McKinley melakukan satu upaya terakhir untuk menghindari perang, ketika akhir Maret, dia meminta Spanyol untuk mengakhiri kebijakannya yang memusatkan penduduk asli di kamp-kamp militer di Kuba, dan secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan Kuba. Spanyol menolak, membuat McKinley tidak punya banyak pilihan selain meminta deklarasi perang di Kongres.

Kongres menerima pesan perang McKinley, dan pada 19 April 1898, mereka secara resmi mengakui kemerdekaan Kuba dan memberi wewenang kepada McKinley untuk menggunakan kekuatan militer untuk menyingkirkan Spanyol dari pulau itu.

Perang Spanyol-Amerika berlangsung kira-kira sepuluh pekan, dengan hasil membebaskan Kuba dari kendali Spanyol. Namun konflik dengan Spanyol terus berlanjut karena AS ingin menguasai beberapa wilayah jajahan Spanyol di Pasifik sebagai sarana memperluas akses globalnya ke pasar Asia. hay/I-1

Amerika Merebut Filipina

Yang lebih mengejutkan bagi Spanyol, Perang Spanyol-Amerika (The Spanish-American War) bukan hanya membebaskan Kuba untuk melindungi kepentingan Amerika Serikat (AS) di laut Karibia. Namun negara itu mempersiapkannya perang di wilayah lain seperti Guam, Filipina, Samoa, dan Puerto Rico, untuk menciptakan kemampuan global.

Ahli strategi militer AS berusaha untuk melanjutkan visi Alfred Thayer Mahan, seorang perwira Angkatan Laut Amerika Serikat, geostrategist, dan pendidik yang menulisThe Influence of Sea Power Upon History(1600-1783) danide-idenya tentang pentingnya laut mempengaruhi kekuatan angkatan laut di seluruh dunia dan membantu mendorong pendirian kekuatan angkatan laut sebelum Perang Dunia I dan menganjurkan pengambilan Kepulauan Karibia, Hawaii, dan Kepulauan Filipina, sebagai pangkalan untuk melindungi perdagangan AS.

Visi Mahan tentang pangkalan angkatan laut tambahan di Samudra Pasifik, yang menjangkau hingga daratan Asia akan menguntungkan para industrialis AS yang berusaha memperluas pasar mereka ke Tiongkok.

Tepat sebelum meninggalkan jabatannya untuk menjadi sukarelawan sebagai letnan kolonel di kavaleri AS, Asisten Sekretaris Angkatan Laut Theodore Roosevelt memerintahkan kapal angkatan laut untuk menyerang armada Spanyol di Filipina yang yang berada di bawah kendali Spanyol.

Akibatnya, konfrontasi militer signifikan pertama terjadi bukan di Kuba tetapi di belahan dunia lain di Filipina, yang berada di Asia. Komodor George Dewey memimpin Angkatan Laut AS dalam kemenangan yang menentukan, menenggelamkan semua kapal Spanyol sementara hampir tidak ada kerugian AS.

Pada pertengahan Agustus 1898, pasukan AS telah merebut Manilla dan pasukan Spanyol yang tersisa telah menyerah. Saat perang ditutup, diplomat Spanyol dan Amerika membuat pengaturan untuk konferensi perdamaian di Paris, Prancis. Mereka bertemu pada Oktober 1898, dengan pemerintah Spanyol ingin mendapatkan kembali kendali atas Filipina, yang dinilai diambil secara tidak adil dalam perang yang tujuan awalnya untuk kemerdekaan Kuba.

Namun Presiden McKinley enggan melepaskan Filipina yang berguna secara strategis. Dia tentu tidak ingin mengembalikan pulau-pulau itu ke Spanyol, juga tidak ingin kekuatan Eropa lain turun tangan untuk merebutnya.

Akhirnya kedua belah pihak menyelesaikan Perjanjian Paris pada 10 Desember 1898. Hasilnya dunia internasional mengakui wilayah AS yang baru mencakup Filipina, Puerto Rico, dan Guam. Namun di dalam negeri AS, pendapat tidak bersatu dalam mendukung perjanjian itu maupun dalam gagasan AS imperialisme.

Kekuasaan AS di Filipina yang baru terbentuk tidak segera aman karena pemberontak Filipina, yang dipimpin oleh Emilio Aguinaldo, melawan pasukan AS yang ditempatkan di sana. Filipina pun terus berada di bawah kekuasaan AS sampai mereka menjadi pemerintahan sendiri pada tahun 1946. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top