Selasa, 11 Mar 2025, 14:00 WIB

Pemangkasan Rating Goldman Sachs Dinilai Kurang Baik Bagi Pasar

CFA, Asia Lead of the Sustainable Investing and Innovation Platform (SI&IP) Goldman Sachs Neil S. Mascarenhas.

Foto: ANTARA

JAKARTA - Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy menyampaikan pemangkasan rating yang dilakukan oleh Goldman Sachs terhadap pasar saham dan obligasi Indonesia, dalam jangka pendek akan berdampak kurang baik.

Sebagaimana diketahui, bank investasi asal Amerika Serikat (AS) itu, memangkas peringkat sejumlah aset investasi mereka di Indonesia, utamanya yang ada di pasar saham dan surat utang.

“Dalam jangka pendek, prospek tentunya kurang baik,” ujar Budi saat dihubungi, di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, faktor yang mendorong Goldman Sachs untuk memangkas rating, di antaranya risiko fiskal Indonesia yang semakin meningkat seiring adanya berbagai insentif yang ditawarkan oleh pemerintah dan adanya pembentukan BPI Danantara.

“Faktor yang membuat downgrade adalah risiko fiskal yang semakin naik, akibat pembentukan Danantara dan berbagai insentif yang ditawarkan Presiden,” ujar Budi.

Seiring dengan itu, ia merekomendasikan agar pemangku kebijakan harus lebih berhati-hati dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tengah melemahnya daya beli masyarakat, menurunnya jumlah kelas menengah, serta stagnasi rasio pajak.

“Pemerintah harus bijak dan hati- hati dalam mengelola APBN, di tengah- tengah menurunnya daya beli, menyusutnya kelas menengah, serta rendah dan stagnannya tax ratio kita,” ujar Budi.

Goldman Sachs memotong peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight, sedangkan di pasar obligasi, mereka juga menyesuaikan peringkat untuk surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun hingga 20 tahun menjadi netral dari sebelumnya termasuk disukai.

Para analis Goldman Sachs menilai risiko itu berpusat pada kekhawatiran atas kondisi ekonomi, setelah Presiden Prabowo mengumumkan serangkaian langkah pemerintah, termasuk realokasi anggaran, pembentukan dana kekayaan negara, serta perluasan kebijakan perumahan untuk keluarga berpenghasilan rendah, yang diproyeksikan akan dapat memperburuk defisit.

Strategist Goldman Sachs Timotius Moe menyebutkan bahwa laba perusahaan yang lebih rendah dan likuiditas sistem perbankan yang lebih ketat sebagai tekanan tambahan pada pasar.

"Penundaan yang tidak biasa anggaran bulanan Indonesia pada Januari membuat para investor mengajukan pertanyaan tentang keadaan keuangan pemerintah pasca langkah kebijakan yang diambil Prabowo," ujar Timotius.

Menurunnya peringkat saham dan obligasi Indonesia melanjutkan penilaian serupa dari Morgan Stanley pada akhir bulan lalu, yang telah memangkas peringkat saham Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia dari equal weight menjadi underweight.

Dalam laporannya, imbal hasil atau return on equity (ROE) Indonesia menunjukkan momentum penurunan, terutama karena memburuknya lingkungan pertumbuhan bagi sektor cyclical domestik.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: