Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pemain Iran Dibayangi Sanksi Buntut Tolak Nyanyi Lagu Kebangsaan di Piala Dunia

Foto : Arab News/AP

Pemain Timnas Iran saat menunggu lagu kebangsaan negaranya diputar jelang pertandingan Grup B Piala Dunia 2022 melawan Inggris, Senin malam (21/11).

A   A   A   Pengaturan Font

Pemain Timnas Iran dikabarkan terancam mendapatkan sanksi dari negara mereka setelah menolak menyanyikan lagu kebangsaan di laga perdana Grup B Piala Dunia 2022 di Stadion Khalifa, Al Rayyan, pada Senin malam (21/11).

Saat itu, 11 pemain Iran pertama yang bermain di pertandingan melawan Inggris hanya diam saat lagu kebangsaan Iran diputar di Stadion Internasional Khalifa. Akibatnya, aksi pemain Iran itu membuahkan konflik baru.

Tak sedikit pihak yang memprotes aksi pemain Iran itu, terlebih dari negara mereka sendiri. Salah satu pihak yang mengecam aksi tersebut yakni Ketua Dewan Kota Teheran Mehdi Chamran.

"Kami tidak akan pernah membiarkan siapa pun menghina lagu kebangsaan dan bendera kami. Peradaban Iran memiliki sejarah beberapa ribu tahun, peradaban ini setua total peradaban Eropa dan Amerika," dikutip dari The Guardian, Kamis (24/11).

Selain itu, seorang anggota parlemen konservatif di Kurdistan menyerukan agar tim nasional digantikan oleh pemuda yang setia dan revolusioner yang bersedia menyanyikan lagu kebangsaan mereka.

Tim Melli, sebutan tim nasional, sebelumnya telah menuai kritik dari pengunjuk rasa karena bahkan berkompetisi di Qatar, dan rekaman mereka membungkuk di depan Presiden Ebrahim Raisi pada pertemuan pelepasan mengundang lebih banyak kemarahan.

Sementara itu, Kayhan, surat kabar pro-rezim, mengutuk pengunjuk rasa Iran karena mendukung lawan tim nasional mereka.

"Selama berminggu-minggu media asing telah melakukan perang psikologis-media yang kejam dan belum pernah terjadi sebelumnya melawan tim ini. Kampanye ini tidak menyia-nyiakan upaya untuk menciptakan jarak antara rakyat Iran dan anggota tim sepak bola nasional Iran, serta menghasilkan dikotomi palsu," tulis Kayhan.

"Gerakan media politik ini, terutama warga London, dengan dukungan dan koordinasi patriot lokal, dari selebritas film dan olahraga hingga media berantai dan saluran Telegram, dan bahkan tokoh politik reformis, telah bergandengan tangan untuk menyerang para pemain."

Surat kabar itu melaporkan bahwa pelatih kepala Iran, Carlos Queiroz, telah mempertanyakan motif para suporter yang menentang tim.

"Saya harus memberi tahu mereka yang tidak ingin mendukung tim nasional bahwa lebih baik tinggal di rumah, tidak ada yang membutuhkan mereka," tuturnya.

Mantan pemain sepak bola internasional Iran Ali Latifi mengatakan bahwa para pemain menghadapi dilema apakah akan menunjukkan dukungan untuk protes yang berkelanjutan di negara mereka atau hanya fokus pada sepak bola.

"Ketika beberapa penonton mencemooh, tim menderita," ujarnya.

"Meskipun tidak disiarkan di radio, para pemain mendengarnya dan itu memengaruhi suasana hati mereka," lanjutnya.

Sebelumnya, Para pemain Tim Nasional Iran tidak ikut menyanyikan lagu kebangsaan mereka yang dikumandangkan saat memulai pertandingan pertamanya di Piala Dunia 2022 melawan Inggris pada Senin (21/11). Ini sebagai bentuk dukungan bagi pengunjuk rasa anti-pemerintah di negara mereka.

Dilansir dari AFP, kapten Alireza Jahanbakhsh jelang pertandingan mengatakan, tim akan memutuskan bersama apakah akan menolak atau tidak menyanyikan lagu kebangsaan untuk menunjukkan solidaritas atas demonstrasi yang telah mengguncang rezim di Iran. Terlihat, para pemain Iran berdiri tanpa ekspresi dan wajah muram saat lagu kebangsaan mereka berkumandang di Stadion Internasional Khalifa di Doha.

Iran telah diguncang oleh protes nasional selama dua bulan sejak tewasnya wanita berusia 22 tahun Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral pada 16 September. Amini, seorang wanita Iran asal Kurdi, meninggal tiga hari setelah penangkapannya di Teheran atas dugaan pelanggaran peraturan berpakaian Republik Islam untuk wanita, termasuk kewajiban berjilbab.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top