Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
EKONOMI

Peluang Koreksi Lanjutan Terbuka

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pelemahan rupiah terhadap dollar AS diperkirakan berlanjut, hari ini (17/3). Tingginya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) masih menjadi tekanan eksternal yang kuat bagi aset berisiko, termasuk rupiah.

"Memang publikasi trade balance masih belum bisa meredam volatilitas pasar. Tekanan masih tinggi, terkait sangat erat dengan pergerakan yield US treasury 10 year," kata Analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Selasa (16/3).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) sebesar 2,01 miliar dollar AS pada Februari 2021. Nilai ekspor tumbuh 8,56 persen (yoy), sementara nilai impor tumbuh 11,86 persen (yoy) pada Februari 2021.

Imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun sendiri saat ini masih tercatat di level yang cukup tinggi di kisaran 1,6 persen.

Rully menuturkan pelaku pasar juga tengah menanti hasil rapat bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), setelah Presiden AS Joe Biden mengesahkan paket stimulus senilai 1,9 triliun dollar AS. "Pasar menunggu sinyal dari The Fed besok," ujar Rully.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top