Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Stabilitas Moneter

Pelemahan Rupiah Masih Disebabkan soal Plafon Utang AS

Foto : Sumber: US Treasury - AFP
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pelemahan rupiah terhadap dollar AS pada pembukaan perdagangan Kamis (25/5) pagi masih disebabkan belum tercapainya perundingan soal plafon utang atau debt ceiling Amerika Serikat di parlemen AS.

"(Karena belum ada kesepakatan), pelaku pasar mengambil langkah risk off," kata analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Kamis (25/5).

Seperti dikutip dari Antara, Rully mengatakan selain itu, faktor lainnya adalah rilis notulen pertemuan the Fed yang belum memastikan jadwal waktu penghentian penurunan suku bunga.

Substansi dalam rilis pertemuan bank sentral AS tersebut adalah penguatan pasar tenaga kerja AS yang masih berlanjut, lalu tren laju inflasi AS menurun dengan kecepatan yang sangat lambat. Kemudian juga ketahanan sistem perbankan agak terganggu yang tecermin dari beberapa bank regional yang mengalami kesulitan akibat tren kenaikan suku bunga.

"(Substansi selanjutnya adalah) pendapat para pejabat the Fed yang terpecah terkait keberlanjutan kenaikan suku bunga ke depan," ucapnya.

Pada pembukaan perdagangan, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah 0,35 persen atau 52 poin menjadi 14.952 rupiah per dollar AS dari sebelumnya 14.900 rupiah per dollar AS.

Di pasar Asia, dilaporkan kurs dollar AS naik karena kebuntuan dalam negosiasi untuk menaikkan plafon utang AS membuat investor waspada terhadap aset-aset berisiko karena pukulan terhadap ekonomi global akan terjadi jika pemerintah AS gagal bayar.

Praktisi pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pembicaraan antara kedua partai politik di AS, Republik dan Demokrat, berlanjut tentang pencabutan plafon utang pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dollar AS.

"Setiap kemajuan tampaknya sulit dimenangkan dan hanya ada sedikit tanda kesepakatan akan tercapai dalam waktu dekat," ucap Ibrahim dalam keterangan tertulisnya.

Selama seminggu terakhir, sejumlah pejabat The Fed disebut telah berbicara dengan sikap hawkish tentang kebijakan moneter Bank Sentral AS. Sikap ini menunjukkan perhatian utama terhadap kebijakan moneter dalam denominasi dolar AS.

Empat Kemungkinan

Sementara itu, pakar ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, mengatakan ada empat kemungkinan yang dapat terjadi jika the Fed terus menaikkan suku bunga sementara BI menahan suku bunga acuan 7 hari.

Pertama, tambah Bambang, pengaruhnya terhadap nilai tukar, mata uang AS otomatis menguat terhadap rupiah bila kebijakan menaikkan suku bunga oleh the Fed dibiarkan terjadi. Kedua, aliran modal, investor asing akan tergerak menarik kembali investasinya dari negara-negara dengan suku bunga rendah, termasuk Indonesia.

Ketiga, pergerakan investasi dan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih dinamis. Keempat, kaitannya dengan stabilitas keuangan.

Direktur Celios, Bhima Yudisthira, mengatakan BI masih dirasa perlu menaikkan suku bunga sebagai antisipasi terhadap risiko utang AS yang meningkat.

Keputusan BI menahan suku bunga hanya akan membuat rupiah melemah, meski dipandang ditahannya suku bunga cukup akomodatif terhadap penyaluran kredit ke sektor riil. "Kita sama-sama lihat hasil keputusan AS soal batas utang, semoga tidak deadlock dan default karena imbasnya suku bunga BI diperkirakan bakal naik 50-75 bps," tegasnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top