Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Eric Yuan

Pebisnis Baru Tiongkok-Amerika Paling Terkenal di Silicon Valley

Foto : Foto: Istimewa

Eric Yuan

A   A   A   Pengaturan Font

Sebagai pendiri dan kepala eksekutif Zoom, aplikasi identik dengan konferensi video bagi orang banyak yang harus menerapkan jarak sosial, Eric Yuan telah menikmati apa yang bisa digambarkan sebagai kekayaan yang "memalukan". Minggu ini, untuk pertama kali, nilai kepemilikan pribadi di perusahaan yang ia dirikan sembilan tahun lalu, telah meningkat di atas 10 miliar dollar AS dan membawanya ke jajaran miliarder langka dari Silicon Valley.

Cuma publik menjadi aneh saat melihat dia masih bisa membuat kesalahan yang sama dengan pemula amatir yang belum cakap dengan teknologi. Pada sebuah konferensi dengan Wall Street, minggu lalu, untuk mengumumkan penghasilan terbaru perusahaannya, pria berusia 50 tahun itu lupa menghidupkan suaranya hingga ia tampak seperti memainkan adegan pantomim di layar di seluruh dunia. Padahal, dia Kepala Eksekutif Zoom. Untung, investor masih menerima pesan itu, mengangkat saham Zoom ke tingkat yang baru.

Dengan 300 juta pengguna pertemuan setiap hari, pada puncaknya di bulan April, krisis telah mendorong Yuan menjadi pusat perhatian, menandai kenaikannya sebagai pemimpin kelahiran Tiongkok langka, yang baru saja memulai bisnis di Silicon Valley. Namun, perubahan itu juga membuat perusahaannya diawasi dan menimbulkan kecaman atas pelanggaran keamanan dan privasi.

Meskipun sejumlah besar insinyur kelahiran Tiongkok yang menjaga Silicon Valley telah berusaha, hanya sedikit yang berhasil menjadi bos perusahaan teknologi lokal terkemuka. Yuan lahir di Provinsi Shandong, di Tiongkok timur, dan belajar matematika dan ilmu komputer, sebelum pindah ke AS pada 1990-an untuk menjadi insinyur di layanan konferensi WebEx.

Setelah diakuisisi oleh Cisco, isyarat karier muncul di dalam jaringan peralatan raksasa itu. Hanya karena Cisco menolak untuk mendukung idenya tentang aplikasi konferensi video sederhana yang dirancang untuk ponsel, dia keluar dan membangun perusahaannya sendiri.

Yuan muncul sebagai pemimpin bisnis baru Tiongkok-Amerika paling terkenal di Silicon Valley, saat ketegangan antara AS dan Tiongkok meningkat, dengan pasar teknologi menjadi sumber utama gesekan. Menambah ketidaknyamanannya, hampir sepertiga dari tenaga kerja Zoom berbasis di Tiongkok, jenis pengaturan yang dulunya wajar untuk sebuah perusahaan global yang bercita-cita tinggi, tetapi sekarang tampaknya merupakan suatu kewajiban.

Setelah pandemi membuat Zoom menjadi kebutuhan rumah tangga, disusul dengan apa yang dikatakan oleh Yuan sebagai "desas-desus yang mengecewakan dan informasi yang keliru" soal keraguan tentang kesetiaannya, dan kecurigaan tentang Tiongkok telah menjadikan Zoom sebagai pos terdepan untuk kegiatan mata-mata yang disponsori negara.

Bulan lalu, ia mengeluarkan pernyataan yang memastikan soal identitas AS-nya. Yuan pindah menjadi warga negara AS pada 2007 dan menegaskan bahwa Zoom adalah perusahaan AS.

Setelah baru-baru ini melakukan perjalanan ke Tiongkok, ia mengatakan kepada salah satu kenalannya, Santi Subotovsky, bahwa ia sekarang merasa lebih betah di AS.

"Anak-anaknya lahir dan besar di sini, ia mengidentifikasi diri dengan budaya ini," ujar Subotovsky. "Dia sudah lama di sini, tapi aksennya tidak hilang," tambah salah satu pendukung modal ventura awal Zoom itu.

Keluarga yang Utama

Minat pribadinya adalah menjadi eksekutif bisnis di mana saja. Bagi Yuan, waktu untuk keluarga adalah yang terpenting, dan bola basket adalah hobi. Dia menyebut mendiang bintang pemain basket, Kobe Bryant, pemain (dan investor Zoom) Andre Iguodala, serta pengusaha blak-blakan dan pemilik Dallas Mavericks, Mark Cuban, sebagai idolanya. Yuan mengatakan dia melahap banyak buku bisnis untuk mencari kiat bagaimana menjalankan perusahaan sendiri dengan lebih baik.

Dia jelas merasa tidak nyaman dengan lintas-geopolitik yang ada. Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times, tahun lalu, Yuan meramalkan bahwa kepentingan bersama akan merekatkan AS dan Tiongkok. Dia memastikan masa depan kedua ekonomi terbesar itu tetap cerah dan saling berhubungan erat. Sekarang, perkiraaan itu terlihat semakin tidak mungkin.

Yuan mengatakan bahwa sikapnya sejak tiba di AS telah dibentuk oleh didikan ayahnya tentang apa yang diperlukan untuk berhasil di negara baru. "Kerja keras dan tetap rendah hati," katanya.

Seorang peneliti yang menunjukkan kelemahan dalam perangkat lunak Zoom mengatakan bahwa ia dengan cepat mendapat email pribadi dari Yuan yang menyatakan terima kasih karena telah menemukan kekurangan itu. "Dia adalah pemimpin yang jujur, dia tidak menyembunyikan diri dari kontroversi," kata investor modal ventura dan anggota dewan direksi, Carl Eschenbach. SB/financialtimes/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top