PBNU: Moderasi Beragama Perangi Radikalisme
Pengurus LAKPESDAM PBNU M. Najih Arromadloni.
"Masyarakat tentu masih ingat bahwa Indonesia sempat mengalami turbulensi politik yang cukup keras karena permainan kelompok radikal yang menggoyang stabilitas nasional. Beberapa kali perhelatan pemilihan umum, baik di tingkat daerah maupun nasional, diwarnai dengan kerasnya politik identitas dan menjurus pada dikotomi murahan yang isinya 'si baik melawan si jahat'," ujar Najih.
Salah satu contohnya adalah peristiwa demonstrasi 212 di tahun 2016, persis sebelum Pilkada DKI dilangsungkan pada 20 April 2017. Politisasi agama yang dilakukan saat itu ternyata bisa menimbulkan efek berantai sedemikian besar.
Najih menguraikan, peristiwa demonstrasi 212 menjadi titik balik yang membuka mata banyak orang, bahwa ada persoalan intoleransi dan radikalisme yang harus ditangani dengan segera.
Menurutnya, kesadaran dan kewaspadaan yang terbangun dari kaum moderat yang aktif di masyarakat seperti kiai, santri, dan aktivis moderasi beragama juga ikut berkontribusi pada penetapan keputusan hukum ini.
Redaktur : Sriyono
Komentar
()Muat lainnya