Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea

PBB Minta Korut Tetap Buka Saluran Diplomatik

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

SEOUL - Ada sebuah sebuah kebutuhan mendesak untuk mencegah terjadinya kesalahan perhitungan dan membuka pintu-pintu untuk mengurangi risiko konflik. Demikian disampaikan ketua Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bidang politik, Jeffrey Feltman saat mengunjungi Ibu Kota Pyongyang, Korea Utara (Korut) pekan ini.

Pernyataan itu disampaikan Feltman setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Korea Utara (Korut) Ri Yong-ho, dan Wakil Menteri Luar Negeri Korut, Pak Myong- guk, dan dipublikasi setelah Feltman tiba di Ibu Kota Beijing, Tiongkok.

Dalam pertemuan itu, Feltman menekankan pentingnya mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB. Hal ini harus diimbangi pula dengan komitmen dunia internasional untuk mencapai solusi perdamaian.

"Dia (Feltman) juga mengatakan hanya ada satu jalan keluar yakni solusi diplomatik, yang bisa dicapai melalui sebuah dialog. Kondisi saat ini sudah kritis. Feltman dan dua diplomat Korut sudah sepakat bahwa kondisi saat ini adalah situasi paling menegangkan dan membahayakan perdamaian serta keamanan dunia saat ini," demikian bunyi pernyataan PBB.

Pemerintah Korut masih mengembangkan program senjata nuklir dan misilnya sebagai bentuk perlawanan terhadap sanksi-sanksi PBB. Keputusan ini mengundang kecaman internasional. Korut terakhir kali melakukan uji coba misil balistik antarbenua pada 29 November lalu, yang diklaimnya sebagai senjata berteknologi paling canggih karena mampu menghantam wilayah daratan AS.

Pemerintah Korut seperti dipublikasi kantor berita KCNA memperlihatkan itikad untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea. Bukan hanya itu, Pyongyang pun menyadari dampak negatif dari sanksi-sanksi aliran terhadap bantuan-bantuan kemanusiaan kepada Korut.

"PBB sangat khawatir terkait ketegangan di Semenanjung Korea dan beritikad untuk bekerja sama meredakan ketegangan berdasarkan hukum PBB mengenai keamanan dan perdamaian intenasional," demikian diwartakan KCNA. Dalam pemberitaannya, KCNA menyebutkan pula para pejabat senior Korut dan Feltman sepakat kunjungan utusan PBB ini telah memperdalam pemahaman dan mereka pun setuju agar komunikasi semacam ini dilakukan secara rutin.

Latihan Lacak Misil

Sementara itu pada Minggu (10/12), Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) sepakat untuk menggelar latihan melacak misil selama dua hari, yang dimulai pada Senin (11/12). Angkatan Bersenjata Jepang mengatakan langkah ini dilakukan menyusul naiknya ketegangan di kawasan yang dipicu oleh perkembangan teknologi senjata Korut.

Dengan dilakukannya latihan bersama ini, itu artinya latihan bersama oleh ketiga negara tersebut sudah enam kali dilakukan. Tidak ada penjelasan apakah sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) akan dkerahkan dalam latihan bersama melacak misil itu. THAAD telah menciptakan permusuhan antaran Tiongkok dan Korsel karena Beijing was-was kekuatan radarnya bisa terbongkar dan hal ini pun mengancam keamanan Tiongkok keseluruhan.
uci/Rtr/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top