Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemanasan Global

PBB: 2023 Ditetapkan Jadi Rekor Tahun Terpanas

Foto : AFP/FABRICE COFFRINI

Ketua WMO, Petteri Taalas

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Tahun ini akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, kata PBB pada Kamis (30/11), seraya menuntut tindakan segera untuk mengendalikan pemanasan global dan membendung malapetaka yang terjadi setelahnya.

Organisasi Meteorologi Dunia PBB memperingatkan bahwa tahun 2023 telah memecahkan banyak rekor iklim, dengan cuaca ekstrem yang meninggalkan jejak kehancuran dan keputusasaan.

"Ini adalah hiruk-pikuk pemecahan rekor yang memekakkan telinga," kata Ketua WMO, Petteri Taalas. "Tingkat gas rumah kaca mencapai rekor tertinggi. Suhu global mencapai rekor tertinggi. Kenaikan permukaan air laut mencapai rekor tertinggi. Es di lautan Antartika mencapai rekor terendah," imbuh dia.

WMO menerbitkan laporan sementara Keadaan Iklim Global tahun 2023 ketika para pemimpin dunia berkumpul di Dubai untuk menghadiri konferensi iklim COP28 di tengah meningkatnya tekanan untuk mengekang polusi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

Sekjen PBB, Antonio Guterres, mengatakan rekor terpanas ini seharusnya membuat para pemimpin dunia merinding. "Tahun ini kita telah menyaksikan masyarakat di seluruh dunia dilanda kebakaran, banjir, dan suhu yang sangat panas. Kita memiliki peta jalan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 Celsius dan menghindari kekacauan iklim yang terburuk. Akan tetapi kita juga membutuhkan para pemimpin untuk menjadi pemicu pada COP28 dalam perlombaan untuk menjaga batas 1,5 Celsius derajat tetap hidup," kata Guterres melalui pesan video.

Pertaruhannya semakin besar, dengan para ilmuwan memperingatkan bahwa kemampuan untuk membatasi pemanasan ke tingkat yang dapat dikelola, kini semakin sulit dilakukan.

Laporan Final

WMO akan menerbitkan laporan final Keadaan Iklim Global tahun 2023 pada paruh pertama tahun 2024. Namun dikatakan bahwa perbedaan antara 10 bulan pertama tahun ini dan 2016 serta 2020 yang sebelumnya menduduki puncak peringkat sebagai tahun-tahun terpanas sepanjang sejarah, sangat kecil kemungkinannya bahwa dua bulan terakhir akan mempengaruhi peringkat tersebut.

"Ini lebih dari sekedar statistik," kata Taalas, seraya memperingatkan bahwa kita semua berisiko gagal dalam perlombaan untuk menyelamatkan gletser dan mengendalikan kenaikan permukaan laut. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top