Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Misi Vatikan I Paus Fransiskus Turuti Imbauan untuk Hindari Penyebutan Istilah “Rohingya”

Paus Serukan Penghormatan HAM

Foto : REUTERS/Osser vatore Romano

Pertemu an Paus-Suu Kyi l Pemimpin gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, didampingi pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, saat menemui warga Myanmar dan jajaran korps diplomatik di Naypyitaw, Myanmar, Selasa (28/11). Paus Fransiskus berada di Myanmar untuk membalas kunjungan Suu Kyi ke Vatikan pada Mei lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

Dalam pertemuan dengan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, Paus Fransiskus menyerukan agar petinggi Myanmar berkomitmen untuk menegakan keadilan, HAM, serta menghormati setiap kelompok etnik beserta identitasnya.

NAYPYITAW - Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Ibu Kota Naypidaw, menyerukan pada para pemimpin mayoritas Buddha di Myanmar, agar berkomitmen untuk menegakan keadilan, hak asasi manusia, serta menghormati setiap kelompok etnik beserta identitasnya. Seruan itu disampaikan dalam konferensi pers bersama setelah Paus bertemu empat mata dengan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, di Istana Kepresidenan di Naypyitaw, pada Selasa (28/11).

"Masa depan Myanmar harus damai, sebuah perdamaian dengan landasan menghormati martabat dan hak asasi manusia (HAM) setiap anggota masyarakatnya, menghormati setiap kelompok etnik dan identitasnya, menghormati tatanan demokrasi dimana setiap individu maupun kelompok bisa saling memberikan kontribusi bagi kebaikan bersama," kata Paus Fransiskus.

Pemimpin Gereja Katolik Roma itu pun mengatakan bahwa Myanmar saat ini sedang menglami konflik sipil dan permusuhan yang sudah berlangsung terlalu lama sehingga menciptakan perpecahan. Dalam pernyataannya, Paus tak secara spesifik mengarah pada kelompok suku minoritas di Myanmar yaitu warga Rohingya.

"Proses menciptakan perdamaian dan rekonsiliasi nasional hanya bisa ditingkatkan melalui sebuah komitmen untuk keadilan dan menghormati HAM. Perbedaan agama tidak boleh menjadi pusat perpecahan dan sikap tidak saling percaya. Sebaliknya, kumpulkan kekuatan untuk bersatu, saling memanfaatkan, toleransi dan harapan yang sama untuk membangun negara," imbuhnya.

Paus Fransiskus mengunjungi Myanmar setelah di negara itu terjadi eksodus lebih dari 620.000 penduduk warga Rohingya dari Negara Bagian Rakhine ke wilayah selatan Bangladesh menyusul pecahnya operasi militer di Rakhine. Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyebut operasi militer yang digelar militer Myanmar itu sebagai sebuah aksi pembersihan etnik.

Pihak militer Myanmar membantah semua tudingan dan dan pemerintahan di Naypyitaw sampai saat ini secara tegas tidak mengakui Rohingya sebagai warga negara Myanmar, dan menyebut mereka sebagai penduduk haram asal Bangladesh. Mereka bahkan menolak penggunaan istilah Rohingya. Walhasil Paus Fransiskus pun tidak sekalipun mengucapkan istilah Rohingya dalam pidatonya.

Pengikisan Kepercayaan

Sementara itu, Suu Kyi, terkait krisis di Rakhine mengeluhkan telah terjadi sebuah pengikisan kepercayaan diantara komunitas-komunitas di Negara Bagian Rakhine. Sama seperti Paus Fransiskus, Suu Kyi tidak mengkaitkan hal itu pada ratusan ribu pengungsi suku Rohingya, yang melarikan diri sejak operasi militer meletup disana.

"Banyak tantangan yang dihadapi pemerintahan kami dan situasi di Negara Bagian Rakhine telah menjadi perhatian dunia. Kami sedang berusaha mengatasi masalah yang sudah lama terjadi, masalah sosial, ekonomi dan politik, yang semua itu telah mengikis kepercayaan, rasa saling pengertian, harmoni dan kerja sama diantara komunitas-komunitas yang beragam di Rakhine. Dukungan masyarakat Myanmar dan teman-teman baik kami, yang berharap melihat kami meraih kesuksesan, adalah dukungan yang sangat berharga," kata Suu Kyi.

Suu Kyi adalah peraih anugerah Nobel Perdamaian pada 1991 dan pahlawan demokrasi, yang selama bertahun-tahun berusaha menaklukkan pemerintahan junta yang berkuasa di negaranya. Dia mendapat kecaman dari dunia internasional karena ragu atas laporan-laporan pelanggaran HAM terhadap penduduk warga Rohingya dan sikapnya yang tidak mau mengutuk militer Myanmar yang sudah menjalankan operasi militer di Rakhine.

Usai pertemuan dengan Suu Kyi, Paus Fransiskus pada Rabu (29/11) akan menggelar misa massal dengan sekitar 150 ribu umat Katolik di Myanmar. Pada Kamis, Paus Fransiskus akan melanjutkan perjalanannya ke Bangladesh untuk meninjau kamp pengungsi Rohingya di sana.uci/Rtr/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top