Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebutuhan Pokok

Pasokan Pangan Berlimpah, DKI Kembali Deflasi

Foto : istimewa

Trisno Nugroho

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Bank Indonesia Kantor Perwakilan DKI Jakarta mencatatkan adanya penurunan harga-harga kebutuhan pokok di Ibu kota. Hal ini menyebabkan terjadinya deflasi hingga 0,13 persen.

"Tekanan harga di Provinsi DKI Jakarta pada bulan kesembilan tahun 2018 kembali turun. Perkembangan harga-harga di Jakarta pada September 2018 membawa Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,13 persen (month to month/mtm)," ujar Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan DKI Jakarta, Trisno Nugroho, Senin (1/10).

Kendati tidak sedalam deflasi nasional (0,18 persen mtm), katanya, angka deflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya yang mengalami inflasi (0,08 persen mtm). Dengan perkembangan ini, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 2,07 persen (ytd) atau 2,88 persen (yoy). "Deflasi terutama disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan," katanya

Kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar 1,11 persen (mtm). Walau harga beras mengalami kenaikan, sebagian besar harga pangan strategis lainnya turun cukup dalam, seperti daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah dan bawang merah. Penurunan harga berbagai komoditas tersebut tercermin dari deflasi subkelompok daging dan hasil-hasilnya serta subkelompok bumbu-bumbuan (4,83 persen mtm dan 3,80 persen mtm).

"Penurunan harga yang cukup dalam ini disebabkan oleh masih berlimpahnya pasokan yang masuk ke Ibu Kota. Selain itu, tidak adanya momen khusus selama September 2018 juga turut menjaga tingkat permintaan bahan makanan yang berlebih," ungkapnya.

Menurutnya, kelompok pengeluaran lainnya yang tercatat mengalami deflasi adalah kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,35 persen (mtm), terutama disebabkan penurunan tarif angkutan udara.

"Usainya perhelatan Asian Games 2018 dan tidak adanya momen khusus yang dapat mendorong aktivitas perjalanan masyarakat selama September 2018, menyebabkan permintaan akan jasa transportasi udara relatif menurun," tegasnya.

Bulan Oktober ini, pihaknya memperkirakan akan mengalami inflasi. Harga beras diprakirakan naik seiring mulai masuknya musim tanam, sehingga pasokan ke Ibu Kota cenderung berkurang. Tarif jalan tol JORR yang naik dari 9.500 rupiah menjadi 15.000 rupiah per 29 September 2018, juga akan turut memberikan kontribusi pada inflasi Oktober 2018. Termasuk kenaikan harga minyak internasional berpotensi diikuti dengan kenaikan harga bahan bakan minyak (BBM) di Indonesia, dan meningkatkan inflasi.

pin/P-5


Redaktur : M Husen Hamidy
Penulis : Peri Irawan

Komentar

Komentar
()

Top