Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pasca-Banjir, Krisis Kemanusiaan ke-2 Membayangi Libya

Foto : Japan Times/Reuters

Tim penyelamat dari Mesir membawa jenazah saat mereka berjalan melewati lumpur di antara bangunan yang hancur akibat banjir di Derna, Libya, pada Rabu.

A   A   A   Pengaturan Font

DERNA - Kelompok-kelompok bantuan memperingatkan meningkatnya risiko penyebaran penyakit pasca-banjir yang dapat memperburuk krisis kemanusiaan di Libya. Hal itu seiring dengan hampir pupusnya harapan untuk menemukan lebih banyak korban selamat.

Banjir yang terjadi pada Minggu (10/9) menenggelamkan kota pelabuhan Derna, menghanyutkan ribuan orang dan rumah ke laut setelah dua bendungan di bagian hulu jebol akibat tekanan hujan deras yang dipicu badai kuat.

Para pejabat memberikan keterangan berneda-beda terkait jumlah korban yang tewas. Salah satu pejabat menyebutkan setidaknya 3.840 orang tewas.

Organisasi-organisasi bantuan seperti Islamic Relief dan Doctors Without Borders (MSF) telah memperingatkan, di masa mendatang kita bisa menyaksikan penyebaran penyakit dan kesulitan besar menyalurkan bantuan kepada mereka yang paling membutuhkan.

Islamic Relief memperingatkan akan adanya "krisis kemanusiaan kedua" setelah banjir, yakni meningkatnya risiko penyakit yang ditularkan melalui air, serta kekurangan makanan, tempat tinggal dan obat-obatan.

"Ribuan orang tidak punya tempat untuk tidur dan tidak punya makanan," kata Salah Aboulgasem, wakil direktur pengembangan mitra organisasi tersebut.

"Dalam kondisi seperti ini, penyakit dapat menyebar dengan cepat karena sistem air terkontaminasi," tambahnya."Kota ini berbau kematian. Hampir semua orang kehilangan seseorang yang mereka kenal."

Sementara itu MSF mengatakan pihaknya mengerahkan tim ke wilayah timur untuk menilai air dan sanitasi.

"Dengan kejadian seperti ini kita benar-benar khawatir terhadap penyakit yang berhubungan dengan air," kata Manoelle Carton, koordinator medis MSF di Derna. Pengkoordinasian bantuan menurutnya "kacau".

Namun Palang Merah dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, jenazah korban bencana alam jarang menimbulkan ancaman kesehatan.

Permohonan Bantuan

Seorang jurnalis AFP di Derna mengatakan lingkungan pusat di kedua sisi sungai, yang biasanya mengering pada saat-saat seperti ini, tampak seolah-olah ada roller uap yang melewatinya, menumbangkan pepohonan dan bangunan serta melemparkan kendaraan ke pemecah gelombang pelabuhan.

Stephanie Williams, seorang diplomat AS dan mantan utusan PBB untuk Libya, mendesak mobilisasi global untuk mengoordinasikan upaya bantuan setelah banjir dalam sebuah postingan di media sosial.

Dia memperingatkan tentang "kecenderungan kelas penguasa Libya yang predator menggunakan dalih 'kedaulatan' dan 'kepemilikan nasional' untuk mengarahkan proses tersebut dengan cara mereka sendiri dan demi kepentingan pribadi".

Dalam konferensi pers Jumat malam, Ahmed al-Mesmari, juru bicara orang kuat militer Khalifa Haftar yang berbasis di timur, menyebutkan "kebutuhan besar untuk rekonstruksi".

PBB meluncurkan permohonan dana lebih dari 71 juta dolar AS untuk membantu ratusan ribu orang yang membutuhkan dan memperingatkan "sejauh mana masalahnya" masih belum jelas.

"Kami tidak tahu sejauh mana masalahnya," kata kepala bantuan PBB Martin Griffiths pada Jumat di Jenewa, ketika ia menyerukan koordinasi antara dua pemerintahan yang bersaing di Libya - pemerintah yang didukung PBB dan diakui secara internasional di Tripoli, dan satu pemerintahan yang berbasis di Tripoli timur yang dilanda bencana.

Tim dari Bulan Sabit Merah Libya "masih mencari korban selamat dan membersihkan mayat dari puing-puing di daerah yang paling rusak" di Derna, kata juru bicaranya Tawfik Shoukri kepada AFP.

Tim lain berusaha menyalurkan bantuan yang dibutuhkan kepada keluarga-keluarga di bagian timur kota, yang terhindar dari banjir terburuk namun terputus melalui jalan darat, tambahnya.

Tingkat kehancuran yang "sangat tinggi" di kota tersebut, katanya, namun menolak menyebutkan berapa jumlah korbannya.

Meski sebagian besar khawatir jumlah korban tewas akan jauh lebih tinggi, Tamer Ramadan dari Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengatakan masih ada harapan untuk menemukan korban selamat. Namun ia juga menolak memberikan angka pasti.

Sementara itu Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan "lebih dari 38.640" orang kehilangan tempat tinggal di Libya timur, 30.000 di antaranya berada di Derna.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top