Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pasar Semarangan Tinjomoyo

Pasar Unik dengan Transaksi Elektronik

Foto : foto-foto: henri Pelupessy
A   A   A   Pengaturan Font

Siapa yang menyangka, jika dulu, kebun binatang berubah menjadi hutan wisata dan kini berubah menjadi Pasar Semarangan. Eks kebun binatang dan hutan wisata yang lama mangkrak dan terkenal menyeramkan itu, kini menjadi tempat asyik untuk bercanda bersama pasangan atau keluarga.

Pasar Semarangan Tinjomoyo (PST) ini berada di hutan dengan kondisi geografis perbukitan. Kemiringan bukit ini adalah 15 hingga 45 persen. Suasananya yang sangat alami, sejuk, dan memanjakan mata.Hutan Wisata Tinjomoyo ini juga memiliki sungai sehingga kesan alami kian terasa.

Semarang memang dataran rendah dan hutan Tinjomoyo ini hanya berada di ketinggian 160 hingga 235 meter di atas permukaan laut. Namun suasana yang penuh vegetasi besar membuat betah bagi siapa saja berlama-lama. Selain itu, hutan ini juga rumah yang nyaman bagi sejumlah burung.

Pasca diresmikannya PST ini,kawasan tersebutberubah menjadi tempat favorit warga Semarang menghabiskan malam minggu. PST digelar setiap Sabtu pukul 15.00 hingga 21.00 WIB.

Beragam barang dagangan dijajakan di atas meja bambu pada 25 booth yang ada. Ribuan pengunjung nampak memadati helatan tersebut.Dekorasi bergaya etnik sambut para pengunjung PST sejak menginjakkan kaki di pintu masuk, para pedagang dan penjaga stan juga senantiasa gunakan atribut sesuai tema budaya yang diusungnya.

Pengunjungterlihat asyik berjalan-jalan di kompleks hutan seluas 5.000 meter persegi tersebut.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, pentingnya sinergitas antara sejumlah pihak dalam menyulap tempat yang awalnya bukan apa-apa menjadi suatu potensi penunjang perekonomian daerah.

"Kadin terlibat, warga setempat, juga pemerintah. Alhamdulillah, Tinjomoyo yang dulu dikenal sebagai tempat sepi dan seram karena tidak ada aktivitas keramaian, hari ini masyarakat tumplek blek di sini. Mungkin nanti event-nya seminggu sekali, tiga atau empat kali. Masyarakat juga bisa ikut merawat hutan ini semoga nantinya semakin baik dan menjadi tempat nyaman," ujarnya.

Menurutnya, PST memang sengaja dikonsep secara unik. Segala transaksi yang dilakukan di PST sama sekali tak melibatkan sistem tunai, melainkan elektronik.

"Yang penting punya handphone, tinggal isi rupiahnya. Memang kita kerja sama dengan BNI lewat Yap atau Tapcash, tapi tak menutup kemungkinan buka kerja sama dengan bank lain," katanya.

Penggunaan transaksi non tunai ini, sejalan dengan rencana pemerintah pusat hingga daerah, terutama dalam memangkas anggaran yang banyak terpakai untuk merawat uang kertas maupun logam.

"Nah, kalau cashless seperti ini bisa dihemat untuk percepatan pembangunan," ujarnya.

Yang tidak kalah menariknya, PST ini, seluruh kuliner lintas budaya mulai dari kuliner Jawa, Tiongkok, India, bahkan ala Eropa.Juga terdapat stan kebudayaan dan hobi yang berjajar.

Tempat Rekreasi Keluarga

Kota Semarang memiliki warisan akulturasi budaya berbagai negara, lanskap alam yang indah, dan kelengkapan akomodasi. Banyak aset berpotensi yang direvitalisasi demi meningkatkan kunjungan wisatawan.

Hutan Kota Tinjomoyo yang disulap menjadi PST adalah satu buktinya.Dulu, Tinjomoyo dikenal sebagai kebun binatang. Lalu setelah Pemkot Semarang memindahkan kebun binatang ke Mangkang, lahan seluas 57,5 hektar bekas kebun binatang tersebut sempat terbengkalai. Namun, Hendrar Prihadi memutuskan menghidupkannya kembali dengan membangun jembatan yang terputus. Lahan kosong yang sempat terlantar diubah menjadi hutan kota yang menjadi tempat rekreasi keluarga.

Dan saat ini, menjadikan kawasan tersebut sebagai area pasar digital yang dinamai PST, pasar tradisional yang Instagramble di alam terbuka, dengan sistem pembayaran nontunai. Pasar digital disebutnya merupakan salah satu perwujudan konsep Semarang sebagaismart and sustainable city.Dan satu lagi, masyarakat juga dapat menggunakan area PST untuk bersantai atau jogging.

Hendrar Prihadi terus berupaya meningkatkan aktivitas perdagangan dan jasa di Kota Semarang melalui pengembangan sektor pariwisata.Salah satu upayanya dengan melakukan revitalisasi aset-aset milik Pemkot Semarang yang luput dari perhatian pemerintah sebelumnya, untuk menjadi daya tarik wisata Kota Semarang. Salah satunya Hutan Wisata Tinjomoyo (HWT) dan Taman Lele (TL).

"Kalau pengembangannya bagus, maka jumlah pengunjung juga akan meningkat. Sehingga akan menambah pendapatan daerah," ujarnya.

Diharapkan pada 2019, kedua tempat wisata itu nantinya menjadi destinasi andalan Kota Semarang.

Sementara itu,Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jateng, Urip Sihabudin mengatakan, didirikannya PST di Hutan Kota Tinjomoyo tak lain guna mengincar para wisatawan domestik maupun asing, khususnya anak muda.

"Ini kan instagrammable. Dipilih hutan supaya tidak boring," katanya.

Pemkot Semarang juga menyediakan shuttle bus secara gratis menuju PST. Sarana transportasi ini diharapkan bisa mempermudah pengunjung. Selain itu juga ditambahkan shelter BRT di pintu masuk objek wisata Tinjomoyo.

"Akses ke PST bisa ditempuh menggunakan bus BRT Trans Semarang Koridor VI dengan (tarif normal) turun di shelter Unika Soegijapranoto, Bendan Duwur, kemudian dilanjutkan naik shuttle bus gratis," kata Kepala BLU UPTD Trans Semarang, Ade Bhakti.

Ikon Baru Kota Semarang

PST adalah pasar digital pertama di Indonesia. Selain penyebaran promosi via digital, cara transaksi pun dengan non tunai.

"Pertama di Indonesia, PST juga akan menjadi percontohan pasar digital yang ada di Indonesia, karena transaksi menggunakan non tunai," kata Wakil Walikota Semarang, Hevearita Gunarti Rahayu.

PST menjadi ikon baru wisata Kota Semarang. Potensi alam dengan sentuhan artistik dekorasi unik menjadi area kekinian, didukung promosi via media sosial.

"Kita kenalkan potensi khas Semarangan, ada kuliner nasi kethek, nasi lunyu, nasi jantung, mangut, geprek, patpong, dan lainnya," katanya.

PST nantinya akan terintegrasi dengan Kota Lama yakni Festival Oudestat, dan Pasar Bulu lantai tiga yang dipakai sebagai pasar moderen.

"Jadi ada tiga nuansa pasar digital, ada nuansa alam di Pasar Semarangan, pasar heritage di Oudestat Kota Lama, dan pasar urban market di Pasar Bulu," ujar dia.

Panitia PST, Mei Kristanti mengatakan, konsep yang diunggulkan yakni melibatkan semua kelompok sadar wisata se Kota Semarang. Berupaya menghidupkan kembali kejayaan hutan wisata Tinjomoyo yang mati suri.

"Mereka mengenalkan potensi asli daerahnya dari kuliner, dolanan anak, sampai produk kerajinan," katanya.

Pihaknya bersama komunitas Generasi Pesona Indonesia Jateng, berupaya menciptakan pasar-pasar digital baru sesuai program dari Kemenpar di 2018 ini. Guna menciptakan destinasi kekinian dan mudah dijangkau informasinya dari aspek digital.

"Akan ada 100 pasar digital di Indonesia sesuai program Kemenpar, salah satunya PST dan Pasar Karetan yang sudah ada," katanya.

SM/R-1

Komentar

Komentar
()

Top