Jum'at, 13 Des 2024, 08:30 WIB

Pasar Fokus ke Data Inflasi Produsen AS, Berikut Ini Proyeksi IHSG Jelang Akhir Pekan

Foto: istimewa

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi terkoreksi lanjutan, jelang akhir pekan ini. Sentimen eksternal diperkirakan masih dominan mempengaruhi pergerakan IHSG, mengingat absennya faktor dari dalam negeri.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat pasar tengah menantikan rilis data inflasi produsen atau producer price index (PPI) di Amerika Serikat (AS). Herditya memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Jumat (13/12), rawan kembali terkoreksi, meskipun terbatas dengan level support di 7.340 dan resistance 7.457.

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (12/12) sore, ditutup melemah 70,51 poin atau 0,94 persen ke posisi 7.394,24. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 15,66 poin atau 1,76 persen ke posisi 874,89.

“Bursa regional Asia didominasi penguatan setelah data inflasi AS sesuai dengan perkiraan dan memperkuat peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada pekan depan," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Inflasi AS secara tahunan meningkat dari sebelumnya 2,6 persen year on year (yoy) menjadi 2,7 persen (yoy) dan secara bulanan meningkat dari sebelumnya 0,2 persen month to month (mtm) menjadi 0,3 persen (mtm) sesuai ekspektasi pasar.

Sementara itu, inflasi inti tetap pada level 3,3 persen (yoy) dan 0,3 secara bulanan sesuai dengan ekspektasi pasar. Hasil yang sesuai ekspektasi pasar meningkatkan probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed menjadi 97 persen untuk pemangkasan 25 basis poin (bps).

Dibuka menguat, IHSG bergerak ke teritori negatif hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua IHSG betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tiga sektor meningkat dengan sektor barang konsumen non primer paling tinggi yaitu 0,55 persen, diikuti oleh sektor energi dan sektor barang baku yang masing- masing naik sebesar 0,13 persen dan 0,02 persen.

Sedangkan delapan sektor terkoreksi dimana sektor kesehatan turun paling dalam yaitu minus 1,82 persen, diikuti oleh sektor transportasi & logistik dan sektor keuangan yang masing-masing turun minus sebesar 1,49 persen dan minus 1,32 persen.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.211.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan 19,72 miliar lembar saham senilai 12,11 triliun rupiah. Sebanyak 227 saham naik, 360 saham menurun, dan 359 tidak bergerak nilainya.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Antara, Muchamad Ismail

Tag Terkait:

Bagikan: