Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
GAGASAN

Para Pahlawan Olahraga

Foto : KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

Awalnya, tak sedikit yang pesimistis akan pelaksanaan Asian Games, termasuk peluang prestasi atlet-atlet dalam merebut medali emas. Namun, kesuksesan pembukaan Asian Games yang begitu gegap gempita berhasil menjawab pesimisme tersebut.

Demikian juga, dalam perjalanan pelaksanaan pesta olahraga terbesar Asia tersebut, emas demi keping emas berhasil direbut para pahlawan olahraga. Ini semua membungkam sebagian orang yang meragukan kemampuan atlet-atlet kita. Dengan hampir berakhirnya pelaksanaan Asian Games, Indonesia sangat mungkin menduduki peringkat empat. Ini memenuhi target pemerintah untuk masuk 10 besar.

Bahkan, perolehan emas jauh melampaui target 16 emas. Sampai tiga hari menjelang berakhirnya Asian Games, kontingen Indonesia sukses mendulang 30 keping emas. Tanpa bermaksud mengecilkan emas cabang-cabang lain, perolehan prestasi luar biasa dicapai cabang pencak silat yang menyabet 14 keping emas.

Ini sejarah yang telah ditorehkan para pahlawan olahraga. Seluruh bangsa harus berterima kasih kerja keras dan perjuangan tanpa lelah para pahlawan olahraga. Perjuangan selama berada di pelatnas telah membuahkan hasil maksimal. Mereka yang belum berhasil harus terpacu untuk mengikuti jejak kawankawan yang telah sukses mendulang emas.

Masih banyak kesempatan untuk melakukannya baik di Sea Games tahun depan yang rencananya dilaksanakan di Filipina, maupun event lain. Namun target yang lebih berat adalah Olimpiade Tokyo 2020. Para atlet peraih emas Asian Games kali ini memiliki tugas lebih berat lagi karena mereka harus berlaga di Olimpiade Tokyo.

Ajang ini tentu jauh lebih berat dari Asian Games karena persaingan menjadi tingkat dunia, tak lagi kawasan Asia. Seluruh atlet terbaik dunia tumplek bleg di Tokyo. Maka seperti ungkapan Jonatan Christie, pahlawan tunggal putra bulu tangkis, setelah turun dari panggung, dia bukan siapa-siapa lagi. Ini sebuah ungkapan rendah hati.

Dia bilang harus sudah mulai latihan lagi karena sepekan lagi ada kejuaraan yang harus diikuti. Hendaklah itu pula yang dilakukan para atlet. Mereka harus segera latihan dan latihan. Tak ada waktu untuk berleha-leha atau terlena dengan genggaman emas. Cukup sudah eforia Asian Games. Tatap Olimpiade Tokyo dengan latihan jauh lebih keras lagi.

Asian Games menjadi tolok ukur menatap pertandingan lebih berat lagi, Olimpiade. Selama ini bulu tangkis menjadi andalan utama meraih medali di Olimpiade (emas). Semoga saja dengan raihan 30 emas (data 28/8) sebelum ditutup di Asian Games kali ini, pemerintah memiliki lebih banyak alternatif yang dapat diandalkan di Olimpiade. Masih ada dua tahun untuk menempa para pahlawan Asian Games kali ini agar lebih trengginas tampil dan juga mampu menjadi pahlawan Olimpiade.

Bonus dan hadiah-hadiah dari berbagai pihak para pemegang medali Asian Games semoga saja lebih memacu lagi semangat untuk berlatih lebih keras lagi. Sebab emas Olimpiade tentu akan diapresiasi dengan hadiah yang lebih besar lagi daripada hadiah Asian Games. Seperti ungkapan peraih medali emas taekwondo putri, Defia Rosmaniar.

Dia mengatakan, hanya fokus berlatih dan berlatih karena hadiah akan mengikuti dengan sendirinya bila seorang atlet prestasi sukses meraih prestasi. Dia tidak memikirkan hadiah, tetapi fokus mengejar prestasi. Pernyataannya ini memang benar. Jangan berpikir hadiah. Fokus saja pada prestasi karena setiap orang yang berprestasi pasti akan menerima hadiah.

Para juara berhak menerima apresiasi. Memang seorang juara hendaknya tidak berpikir hadiah, tetapi terus fokus mengejar prestasi yang semakin tinggi. Dari juara daerah, juara nasional, juara Sea Games, juara ASEAN Games, juara Olimpiade atau juara dunia. Itulah jenjang yang semestinya menjadi bidikan para olahragawan Indonesia.

Rasanya bukan juara atau olahragawan sejati kalau motif utamanya mengejar hadiah. Seorang olahragawan sejati hanya fokus membidik prestasi/juara. Maka, benar sekali ucapan Defia tadi yang tentu juga menjadi pandangan para juara dari Indonesia.

Optimalkan

Para pengurus organisasi olahraga dari tiap cabang hendaknya segera memulai pelatnas untuk menjangkau Olimpiade Tokyo. Waktu dua tahun harus dioptimalkan untuk berlatih. Jangan lagi ada program pelatnas dadakan tiga empat bulan menjelang Olimpiade. Hal itu tidak cukup karena semakin lama pelatnas akan tambah bagus.

Sebab dengan begitu para atlet bisa mengadakan banyak latih tanding atau dikirim ke berbagai turnamen untuk menjajal kekuatan hasil pelatnas. Tanpa ada latih tanding atau mengikuti turnamen-turnamen, hasil pelatnas atau latihan tidak dapat diukur. Itu pula yang selama ini sering menjadi kekuarangan atlet-atlet yang dipersiapkan ke event akbar.

Dengan kegemilangan hasil Asian Games tentu saja para atlet semakin tinggi antusiasmenya dalam menjalani pemusatan latihan. Selain itu, dukungan bangsa dan negara juga akan semakin tinggi. Negara akan mempersiapkan segala keperluan para atlet agar nyaman dan bisa fokus menjalani persiapan Olimpiade.

Yang tak kalah penting, semoga saja pemerintah sebagaimana dinyatakan Presiden Joko Widodo, tidak terlalu lama dalam mencairkan hadiah yang telah dijanjikan bagi para atlet yang memperoleh medali (emas). Hal itu penting untuk menambah motivasi mereka menjalani pemusatan latihan. Sebab beberapa waktu lalu, para atlet cukup lama menunggu pencairan hadiah.

Erni Damayanti, Penulis aktivis sosial

Komentar

Komentar
()

Top