Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Paparan Ponsel Pintar Ganggu Pertumbuhan Anak

Foto : ISTIMEWA

» Seorang anak tengah dinasehati oleh kedua orang tuanya, terkait penggunaan ponsel pintar (smartphone). Penggunaan ponsel pintar pada anak yang melebihi batas waktu proporsional (maksimal 2 jam) dapat mengganggu pertumbuhan dan kemampuan sosialisasi anak terhadap lingkungan, baik keluarga maupun sosialnya.

A   A   A   Pengaturan Font

Ruang interaksi tatap muka tergantikan layar ponsel pintar/smartphone, semua orang melakukan hal serupa tak terkecuali anak-anak yang sejak dini mungkin dibekali smartphone orang tuanya. Lantas bagaimana dampaknya terhadap tumbuh kembangnya?

Kemajuan teknologi smartphone menghasilkan gap generasi yang nyata, antara mereka yang lahir pada 1980- an dan awal 1990an (disebut milenium) dan mereka yang lahir pada 1995 yang disebut iGen atau generasi pertama yang menghabiskan seluruh masa remaja mereka dengan smartphone.

Meskipun iGen banyak menunjukan karakteristik positif seperti jauh dari budaya seksualitas yang berat dan penggunaan alkohol secara aktif, tapi nyatanya tren kesehatan mental mereka justru memprihatinkan.

Dalam survei yang dilakukan American Freshman Survey, persentase mahasiswa yang mengatakan bahwa mereka "merasa tertekan" meningkat dua kali lipat antara 2009 dan 2016. Bahkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS, juga melaporkan terjadi peningkatan tajam angka bunuh diri remaja selama periode waktu yang sama. Ketika smartphone menjadi umum. Pola ini tentu mencurigakan, namun saat ini sulit untuk mengetahui apakah tren ini disebabkan atau dipicu smartphone atau yang lainnya.

Yang pasti dampak smartphone terhadap anak jelas memprihatinkan, khususnya pada pola keterampilan anak di lingkup ruang sosialnya. Itu artinya jika iGen kurang berlatih berinteraksi dengan sesamanya di lingkungan nyata, keterampilan sosial mereka mungkin akan terganggu.

Ketika dikonfirmasi Koran Jakarta terkait informasi tersebut Kasandra Putranto, psikolog pun menegaskan anak perlu juga melatih keterampilan dan kecerdasan intelektual emosional sosial dan spiritual secara maksimal, "mereka yang gagal mengembangkan ketrampilan ini diperkiakan akan sulit bersaing di masa depan di tengah kompetisi yang semakin tinggi," ungkapnya.

Tren paparan smartphone pada anak diperkirakan sudah merasuki generasi penerus Indonesia. Menurut survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) terkait pengguna internet pada 2016, sebanyak 12,5 juta anak dikisaran umur 15-19 tahun diketahui aktif berinternet, bahkan menurut survei ini, sebanyak 768 ribu anak dengan umur 10-14 tahun juga terdeteksi pengguna aktif internet. Dan tak dipungkiri akses internet kebanyakan dilakukan pasti menggunakan smartphone, karena keberadaan alat ini paling dekat dilingkup kehidupan anak.

Kasandara menceritakan, yang diperlu diketahui para orang tua, anak yang terpapar gadget berpotensi mengalami kecanduan gadget dan akan kehilangan kesempatan belajar yang mengganggu fungsi intelektual sosial dan emosionalnya.

Batasi Penggunaannya

Penggunaan gadget, termasuk smartphone, komputer, game, TV lebih dari 2 jam sehari akan mengakibatkan gangguan terhadap fungsi belajar, konsentrasi bahkan perilaku, seperti marah jika diminta berhenti, panik jika tidak bisa mengakses gadget, cenderung menghabiskan waktu berjam-jam hanya dengan gadget.

"Gangguan fisik, intelektual, konsentrasi, daya belajar, emosi sampai sosial dapat membuat anak mengalami kegagalan akademis dan terasing dari pergaulan," jelas Kasandara.

Dilansir dari The Independent, di AS, seorang bocah berusia 13 tahun terpaksa masuk panti rehabilitasi karena sangat ketergantungan dengan smartphone-nya. Kedua orangtuanya pun memboyong sang anak ke panti rehabilitasi Restart Life Centre di wilayah Seattle, AS.

Panti rehabilitasi ini memiliki program pemulihan intensif bagi anak-anak dan remaja yang tak bisa lepas dari perangkat elektronik. Tak tanggung-tanggung, program pemulihan anak-anak tersebut bisa berlangsung lebih dari delapan tahun lamanya.

Memang smartphone untuk sebagian orang tua menjadi senjata ampuh untuk membuat anak tenang, dan hal ini dilakukan terus menerus hingga tak menutup kemungkinan, secara sadar atau tidak Anda sudah membiarkan si anak kecanduan ponsel canggih ini.

"Agar kejadian anak kecanduan smartphone tidak terjadi, lebih baik mencegah daripada mengobati. Maksimal dua jam sehari untuk segala bentuk gadget," tegasnya.

Sejatinya gadget dapat menghibur pengguna, khususnya anak-anak. Hanya saja, penggunaan gadget secara berlebihan bisa menghilangkan naluri alami dari anak.

Artinya para orang tua tidak musti menjauhi anak dari gadget, cukup dibatasi dalam hal penggunaan karena tak dipungkiri smartphone juga memiliki manfaat yang tidak bisa dikesampingkan, misal menjadi bahan rujukan untuk anak belajar atau sekedar menjadi media hiburan.

"Kuncinya adalah seimbang dan sejak dini dibiasakan. Berikan juga anak kesempatan mengembangkan hobi di luar ruangan untuk mengimbangi. Seperti kegiatan olah raga, seni, dan terutama yang bisa memberikan kebanggaan," tandas Kasandra. ima/R-1

Perhatikan Dampak yang Ditimbulkan

Seiring perkembangan teknologi, smartphone kini tidak hanya digunakan orang dewasa, tapi juga anak-anak. Biasanya mereka menggunakan smartphone untuk bermain game, bahkan ada beberapa anak yang sudah aktif di media sosial. Penggunaan smartphone bagi anak juga memiliki beberapa dampak buruk untuk kesehatan dan psikis anak. Berikut beberapa dampak buruk smartphone bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak.

1. Menjadikan Anak Antisosial

Terlalu banyak memegang smartphone dapat membuat anak jauh dari interaksi sosial. Mereka mungkin menggunakan smartphone untuk bersosialisasi dengan teman-teman melalui media sosial. Tapi, hal tersebut justru menjauhkan mereka dari aktivitas sosial yang sebenarnya, yaitu mengobrol dan berinteraksi dengan orang yang berada di hadapan mereka.

2. Merusak Mata

Jelas penggunaan gadget atau smartphone yang berlebih dapat melemahkan mata anak-anak. Jangan heran kalau saat ini anda sering melihat anak-anak yang sudah memakai kacamata tebal. Paparan sinar radiasi yang berlebih dari layar smartphone dapat menyebabkan berbagai kerusakan mata bahkan rabun jauh di usia dini.

3. Merusak Perkembangan Otak

Pada saat menggunakan smartphone, anak akan terbiasa untuk mengklik dari satu pilihan ke pilihan lain. Kebiasaan ini akan melatih otak anak untuk mengumpulkan potongan kecil dari setiap informasi. Akibatnya, anak jadi sulit fokus pada satu topik besar dan mudah berpindah dari satu topik ke topik lain.

3. Malas Bergerak

Smartphone juga menjerat anak-anak dengan game online yang membuat kecanduan. Akibatnya, anak jadi lebih sering bermalas-malasan di sofa atau kasur untuk bermain game online melalui smartphone. Anak jadi terlalu malas untuk melakukan aktivitas di luar rumah, bahkan untuk bermain bersama teman sebaya mereka. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top