Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pandemi Pengaruhi Peringatan Bom Hiroshima

Foto : AFP/Philip FONG

Kenang Korban Bom - Wali Kota Hiroshima, Kazumi Matsui (kanan) dan perwakilan keluarga korban bom atom, turut serta dalam upacara peringatan mengenang dijatuhkannya bom atom 75 tahun lalu di Taman Perdamaian, Hiroshima, Jepang, pada Kamis (6/8). Peringatan hari bersejarah ini tak dihadiri banyak orang karena sedang terjadinya pandemi virus korona.

A   A   A   Pengaturan Font

HIROSHIMA - Pada Kamis (6/8) Jepang memperingati 75 tahun serangan bom atom pertama di dunia di Kota Hiroshima. Peringatan untuk mengenang korban bom atom pada tahun ini tak terlalu besar karena sedang berjangkitnya pandemi virus korona.

Pada peringatan tahun ini, hanya penyintas, keluarga serta segelintir pejabat asing yang hadir untuk berdoa pada korban dan menyerukan perdamaian di dunia. Sementara kehadiran publik dibatasi dan mereka diminta untuk menyaksikan upacara lewat siaran langsung secara daring. Tepat pukul 8.15 pagi, para hadirin semuanya mengheningkan cipta.

Serangan bom atom di Hiroshima tercatat membunuh sekitar 140 ribu jiwa. Tiga hari setelah serangan di Hiroshima, Amerika Serikat juga menjatuhkan bom atom di Kota Nagasaki dan serangan ini menewaskan 74 ribu jiwa.

Seorang penyintas bernama Keiko Ogura, 83 tahun, bulan lalu berkata pada awak media bahwa ketakutan atas pandemi virus korona yang terjadi saat ini pernah ia rasakan saat peristiwa ledakan bom Hiroshima.

"Saya ingat pernah merasakan ketakutan itu setelah ledakan bom dan tak ada satu orang pun yang luput (dari ketakutan itu)," kenang Ogura sembari menyerukan warga di seluruh dunia untuk secara bersama-sama melawan tantangan yang sama.

"Apakah itu virus korona atau senjata nuklir, cara untuk melawannya yaitu melalui solidaritas diantara umat manusia," imbuh dia.

Seruan Denuklirisasi

Usai upacara, Wali Kota Hiroshima, Kazumi Matsui, berpidato yang isinya menentang soal nasionalisme sempit yang memicu terjadinya Perang Dunia II. Tak hanya itu, Wali Kota Matsui juga menyerukan pada masyarakat dunia agar secara bersama-sama menghadapi ancaman-ancaman global seperti pandemi virus korona.

"Kita tak boleh membiarkan penderitaan di masa lalu terulang kembali. Warga sipil harus menolak nasionalisme yang sempit dan bersatu melawan semua ancaman," kata Matsui.

Tak hanya itu, Matsuimengatakan bahwa Jepang mempunyai peran unik untuk turut membantu mengakhiri penggunaan senjata pemusnah massal. "Sebagai satu-satunya negara yang mengalami serangan nuklir, Jepang harus membujuk masyarakat internasional untuk bersatu dengan semangat Hiroshima. Untuk itu, saya meminta pemerintah Jepang memenuhi permintaan korban bom nuklir untuk meneken dan menjadi mitra Perjanjian Larangan Senjata Nuklir (TPNW 2017)," imbuh Matsui.

Pernyataan Matsui itu mewakili pandangan miring para penyintas bom Hiroshima dan Nagasaki yang mencurigai sikap mendua pemerintah Jepang saat ini karena meski memiliki konstitusi pasifis dan menolak senjata atom, Tokyo tidak meratifikasi perjanjian antinuklir.

Turut memberikan sambutan dalam peringatan bom Hiroshima ini adalah Perdana Menteri Shinzo Abe. Ia sebelumnya menuai kritik atas upayanya untuk memulihkan pasal-pasal pasifis yang tercantum dalam konstitusi Jepang. Dalam sambutannya, PM Abe berjanji dengan sepenuh jiwa untuk merealisasikan dunia tanpa persenjataan nuklir dan perdamaian yang abadi.

Sementara itu Sekjen PBB, Antonio Guterres, yang pidatonya disiarkan lewat pesan video, juga mewanti-wanti soal bahaya persenjataan nuklir. "Satu-satunya cara untuk menghilangkan risiko nuklir secara keseluruhan yaitu dengan menghilangkan seluruh persenjataan nuklir," pungkas Guterres.AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top