Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pakar: Naegleria Fowleri, Amoeba Pemakan Otak yang Harus Diwaspadai

Foto : Istimewa

Naegleria fowleri adalah protozoa yang dapat menginfeksi melalui hidung kemudian menembus otak dalam waktu singkat.

A   A   A   Pengaturan Font

SURABAYA - Pakar Parasitologi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Dwi Peni Kartikasari berpesan kepada masyarakat untuk mewaspadai risiko infeksi Naegleria fowleri, meskipun kasus tersebut jarang terjadi, Kamis (12/1). Akhir Desember lalu, dunia dihebohkan dengan kasus kematian pertama warga Korea Selatan akibat infeksi Naegleria fowleri dalam kurun waktu kurang dari dua minggu.

"Sebenarnya penemuan kasus infeksi ini sudah ada sejak bertahun-tahun lalu. Ada sekitar 300-an kasus sehingga dapat dikatakan kasus yang jarang terjadi dan menariknya, sebagian besar kasus itu pasiennya berkontak langsung dengan air tawar," ujar dosen Fakultas Kedokteran ini.

Seperti julukannya, lanjut Peni, Naegleria fowleri adalah protozoa yang menyebabkan kematian sel otak atau disebut juga nekrosis. Itu hanya dapat menginfeksi melalui hidung yang kemudian menembus otak dalam waktu singkat.

"Onset kerjanya yang cepat inilah penyebab lebih banyak kasus kematian daripada kasus sembuh," terang dia lewat keterangan tertulis.

"Hanya ada beberapa orang yang sembuh karena dapat dideteksi sejak awal sehingga mendapat terapi yang optimal dan lebih dini. Kemarin salah satu survival yang tidak mengalami kerusakan otak itu karena menggunakan kombinasi obat antiprotozoa dan terapi hipotermia," ungkap Peni.

Gejala infeksi oleh Naegleria fowleri mirip dengan penyakit meningitis, sehingga cepat atau lambat, masyarakat yang terinfeksi akan datang ke rumah sakit. "Akan terjadi peningkatan suhu disertai dengan sakit kepala yang hebat dan muntah. Setelahnya, pasien akan mengalami kaku di bagian leher, gangguan kesadaran dan keseimbangan," paparnya.

Masyarakat diharapkan selalu waspada ketika akan berkontak langsung dengan air tawar, terutama yang berasal langsung dari alam. "Kalau berenang, ya, airnya tidak perlu dihirup melalui hidung. Juga perlu dipastikan bahwa kolam renangnya telah diberi kaporit," ucapnya.

Selain itu, lanjutnya, seperti saran dari CDC (Centers for Disease and Control and Prevention) Amerika Serikat, jika airnya akan digunakan, misalnya untuk berwudhu, boleh direbus dahulu apabila tidak yakin. Ia juga menyarankan masyarakat agar cepat ke rumah sakit jika mengalami demam disertai sakit kepala yang hebat dan muntah sehingga penanganan dapat dilakukan sedini mungkin.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top