Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pakar: Deforestasi Perburuk Banjir Mematikan di Brazil

Foto : AFP/Getty Images/Carlos Fabal

Jalanan yang terendam banjir di lingkungan Sarandi di Porto Alegre, negara bagian Rio Grande do Sul, Brazil pada 5 Mei 2024.

A   A   A   Pengaturan Font

PORTO ALEGRE - Banjir yang melanda Brazil bagian selatan diperburuk oleh penggundulan hutan, yang sebagian besar disebabkan oleh pertanian kedelai, menurut para ahli yang mendesak negara tersebut untuk memulihkan hutan dan sistem akar penahan air yang luas.

Negara bagian pertanian utama, Rio Grande do Sul, telah dilanda bencana iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya selama tiga minggu terakhir, kota-kota dan daerah pedesaan diguyur hujan lebat yang menyebabkan lebih dari 150 orang tewas dan sekitar 100 orang hilang.

Ini adalah peristiwa cuaca ekstrem keempat yang terjadi di kawasan ini dalam waktu kurang dari setahun, sebuah fenomena yang menurut para ilmuwan didorong oleh perubahan iklim, juga penggundulan hutan.

"Ada komponen global dalam perubahan iklim, dan juga komponen regional, yaitu hilangnya vegetasi asli. Hal ini meningkatkan intensitas banjir," kata ahli biologi Eduardo Velez dari MapBiomas, sebuah organisasi yang menggunakan citra satelit untuk melacak deforestasi.

Menurut kelompok tersebut, Rio Grande do Sul kehilangan 22 persen vegetasi aslinya, atau 3,6 juta hektare dari tahun 1985 hingga 2022.

Lahan liar tersebut sebagian besar telah digantikan oleh ladang padi, kayu putih, dan terutama kedelai, dimanaBrazilmerupakan produsen dan eksportir terbesar di dunia.

Lingkaran Setan

Hutan asli membantu memastikan air meresap ke dalam tanah, mencegahnya terakumulasi di permukaan, kata Jaqueline Sordi, ahli biologi dan jurnalis yang berbasis di wilayah tersebut yang berspesialisasi dalam isu-isu iklim.

Vegetasi juga menahan tanah pada tempatnya, membantu mencegah erosi dan tanah longsor.

Warna coklat tua air yang membanjiri ibu kota negara bagian, Porto Alegre, dan 90 persen kota di Rio Grande do Sul, "menunjukkan berton-ton tanah yang tersapu" akibat hujan, kata Velez kepada AFP.

Dalam lingkaran setan, lumpur tersebut kini terakumulasi di dasar sungai, menjadikannya lebih dangkal. Oleh karena itu lebih besar kemungkinan terjadinya banjir di lain waktu.

"Selain merelokasi penduduk (dari daerah berisiko tinggi) dan membangun kembali infrastruktur, sangatlah penting untuk memiliki kebijakan dalam memulihkan vegetasi asli," kata Velez.

Rio Grande do Sul "segera" perlu merestorasi lebih dari satu juta hektare hutan agar hutan dapat menjalankan peran lingkungannya secara memadai, menurut studi tahun 2023 yang dilakukan oleh kelompok pembangunan berkelanjutan Instituto Escolhas.

Namun Velez mengatakan masih belum ada rencana "kelas berat" untuk melakukan hal tersebut di Rio Grande do Sul, meskipun ada kesepakatan yang ditandatangani tahun lalu dengan negara bagian lain di Brazilselatan dan tenggara untuk menghutankan kembali 90.000 hektar pada tahun 2026.

Buka Mata Masyarakat

Di tingkat nasional, deforestasi melonjak di bawah pemerintahan mantan presiden sayap kanan Jair Bolsonaro, seorang skeptis terhadap perubahan iklim dan sekutu sektor agribisnis yang berkuasa dari tahun 2019 hingga 2022.

"Mendapatkan izin (untuk menebangi tumbuh-tumbuhan) menjadi lebih mudah, dan Rio Grande do Sul berperan besar" dalam memperoleh manfaat dari izin tersebut, kata Sordi.

Anggota dewan kota setempat dari Partai Liberal Bolsonaro, Sandro Fantinel, menimbulkan kontroversi pekan lalu dengan mengatakan wilayah tersebut harus menebang lebih banyak pohon di sekitar jalan, dengan alasan beratnya pohon dan akar yang membengkak karena air telah menyebabkan tanah longsor selama banjir.

Sordi mengatakan bencana seperti yang terjadi saat ini berpotensi "membuka mata masyarakat" terhadap bukti ilmiah perubahan iklim dan "tanda-tanda peringatannya".

"Terkadang kita hanya memperhatikan saat masalah datang."


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top