Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Situs Arkeologi

Paestum, Kota Peninggalan Yunani di Italia

Foto : afp/ Charles ONIANS
A   A   A   Pengaturan Font

Ketika menjajah wilayah Romawi, orang Yunani mendirikan sebuah kota. Disebut dengan Paestum, tempat ini menjadi salah satu situs arkeologi yang paling banyak dikunjungi di dunia.

Paestum yang juga dikenal dengan nama Yunani aslinya sebagai Poseidonia adalah wilayah koloni Yunani di masa lampau yang didirikan di pantai barat Italia. Lokasinya kota kuno itu berada sekitar 80 kilometer selatan Kota Napoli, Italia, saat ini.

Kota yang makmur dulu pernah menjadi pusat perdagangan. Sebelum orang Yunani datang, kota ini pertama kali ditaklukkan oleh bangsa Lucanian. Setelah itu kemudian kota ini menjadi koloni Romawi dengan nama baru dari bahasa Latin yaitu Paestum.

Kota ini menjadi koloni Romawi yang penting pada abad ke-3 sebelum masehi (SM). Saat ini kota ini adalah salah satu situs arkeologi yang paling banyak dikunjungi di dunia karena memiliki tiga kuil besar Yunani yang terpelihara dengan baik.

Riwayat bangsa Yunani dikuasai bangsa Yunani yang berada di seberang lautan terjadi pada abad ke-7 SM. Pada saat itu terjadi gelombang kedua penjajahan Yunani terjadi di Magna Graecia pada sekitar tahun 600 SM.

Penjajah dari Sybaris di Italia selatan mendirikan koloni atau negara kota (polis) Poseidonia yang artinya "suci bagi Poseidon" yang merupakan dewa penguasa laut. Tempat ini dipilih karena tanahnya subur dengan akses darat melalui perbukitan Lucanian dan akses laut melalui pelabuhan.

Menurut sejarawan kuno Strabo, para penjajah pertama kali membangun benteng di pantai sebelum kemudian pindah ke pedalaman untuk membangun kota sendiri. Koloni ini makmur sehingga pada abad ke-6 SM terdapat tempat suci penting dengan nama Foce del Sele dan kuil-kuil monumental yang didedikasikan untuk Dewi Yunani Hera dan Athena.

Kota tersebut direncanakan dengan pola kisi-kisi yang tepat dan dikelilingi oleh tembok. Keberadaannya mendapat keuntungan dari agora yang besar dan menjadi cukup kaya untuk mencetak mata uangnya sendiri dan memperluas kendali teritorialnya ke pedesaan yang lebih luas. Akhirnya, Poseidonia mengelola dataran antara Sungai Sele di utara dan Tanjung Agropoli di selatan.

Paestum paling terkenal saat ini karena tiga kuil megahnya yang merupakan salah satu contoh arsitektur Yunani kuno terbaik yang masih ada di mana pun. Ada dua kuil Doric yang didedikasikan untuk Hera, merupakan bagian dari tempat suci Kuil Hera I yang juga dikenal sebagai Basilika, dan Kuil Hera II yang juga dikenal sebagai Kuil Neptunus.

Kuil ketiga yang didedikasikan untuk Athena juga dikenal sebagai Kuil Ceres. Kuil tertua adalah Hera I yang dibangun sekitar tahun 550 SM. Bahannya berupa batu bangun batu kapur lokal berwarna coklat yang berukuran 54 x 24 meter.

Tidak seperti kuil Doric, setiap fasad memiliki 9 kolom dengan 18 kolom di sepanjang sisi panjangnya. Kuil Athena dibangun antara 510 dan 500 SM. Tidak seperti biasanya, kolom luarnya berordo Doric sedangkan kolom pronao dalam berordo Ionic. Fasadnya terdapat enam kolom bergalur sedangkan sisi panjangnya memiliki 13 kolom.

Kuil Doric Hera II dibangun 460 SM dan merupakan kuil yang paling terpelihara dari ketiga kuil tersebut. Juga dibangun dari batu kapur, ukurannya sedikit lebih besar dari Kuil I. Fasadnya mempunyai enam kolom bergalur dan sisi-sisinya yang panjang 14. Di dalamnya, dua baris kolom Doric yang ramping membagi menjadi tiga lorong dan pernah ditopang oleh atap bergerigi dari kayu dan ubin.

Runtuhnya Kejayaan

Pada akhir abad ke-5 SM, Poseidonia mengalami kemunduran setelah diserang oleh penduduk asli Samnite-Oscan yang dikenal sebagai Lucanian pada 410 SM. Sekarang di bawah kendali Lucanian, bersama dengan sebagian besar wilayah Campania, Poseidonia terus berkembang dalam hal artistik, terutama memproduksi tembikar bergambar merah dalam jumlah besar.

Lukisan makam yang masih ada pada periode ini juga membuktikan keterampilan seniman Poseidonia. Lembaran yang diambil dari makam ini sekarang dapat dilihat di museum arkeologi Paestum. Di antara lukisan dinding fresco atau teknik lukisan mural yang paling terkenal yang dilukis pada 480 SM.

Lukisan tersebut menggambarkan bangsawan yang sedang berbaring di sebuah simposium dan dari pelat langit-langit, seorang penyelam muda melompat dari platform ke dalam kolam.

Kontrol Lucanian atas kota ini sendiri dipertahankan hingga abad ke-3 SM, meskipun terjadi pemberontakan singkat yang dipimpin oleh raja Epirus, Alexander I.

Kota ini menjadi sepenuhnya berbudaya dan berbahasa Oscan selama berabad-abad tetapi kontrol politik Poseidonia sekali lagi berpindah tangan dengan kedatangan orang Romawi. Selanjutnya Paestum dikuasai oleh bangsa Romawi.

Pada 273 SM, Roma, yang memperluas wilayahnya ke selatan hingga ke Semenanjung Italia, mendirikan koloni Latin di lokasi tersebut. Nama tersebut kemudian diubah menjadi Paestum, yang berasal dari nama Lucanian yaitu Paistom.

Dengan adanya hak Latin dan diizinkan untuk terus mencetak mata uangnya sendiri (suatu hak istimewa yang tidak biasa), kota ini sekali lagi menjadi makmur meskipun mendapat ancaman langsung dari bangsa Kartago selama Perang Punisia abad ke-3 SM.

Menurut Livy, Paestum memberi emas dan kapal untuk upaya perang Romawi sehingga memperoleh status istimewa dibandingkan koloni lain. Pada abad ke-2 SM, kekayaan ekonomi Paestum menurun karena relatif tidak dikenal, terutama karena adanya jalan raya Romawi yang baru yang dibangun pada sekitar 133 SM. Dengan nama Via Popilia, jalan ini membentang dari Rhegion ke Capua, melewati kota.

Namun, pada tahun 71 M, koloni kedua didirikan dan prasasti yang masih ada membuktikan bahwa kota tersebut mendapatkan kembali setidaknya sebagian dari kejayaannya yang hilang. Namun, pada akhir abad ke-1 M, tampaknya masa Paestum sebagai kota besar Romawi telah berakhir.

Dipengaruhi oleh gempa bumi dan letusan Vesuvius pada 79 M, yang menghancurkan Pompeii, sistem sanitasi kota tersebut rusak parah dan beberapa bangunan menunjukkan bukti tidak pernah diperbaiki kembali. Pada abad-abad berikutnya, ukuran dan kekayaan kota ini menyusut drastis dan perlahan-lahan mulai menghilang.

Terjadinya hujan lebat dan buruknya drainase membuat kota ini mendapat reputasi sebagai tempat yang tidak sehat untuk ditinggali. Tanahnya menjadi berawa penyakit menjadi habitat yang baik bagi nyamuk Anopheles yang membawa parasit Plasmodium. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top