Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Orang Tua Perlu Paham Gejala DBD yang Berpotensi Mengancam Jiwa

Foto : ISTIMEWA

nyamuk aedes aegypti

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA -Dengue atau demam berdarah (DBD) merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Keparahan dari penyakit ini dapat merenggut nyawa dibandingkan dengan demam Dengue biasa sehingga perlu diwaspadai.

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI selama Semester I 2022, secara kumulatif terdapat 52.313 kasus Dengue di kabupaten atau kota di 34 provinsi Indonesia. Angka tersebut merupakan peningkatan hingga lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, sebesar 19.156 pada Juni 2021.

Ketua UKK Infeksi & Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), mengatakan, orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam meminimalkan jumlah kasus dengue. Para orang tua diharapkan mewaspadai adanya individu yang terjangkit dengue di lingkungan rumah, sekolah, tempat penitipan anak, maupun tempat bermain anak.

"Apabila anak demam, berilah banyak minum, istirahat, dan segera ke layanan kesehatan untuk memastikan apakah ia terinfeksi oleh virus dengue. Apabila anak anda dengue, upayakan setiap hari dapat berkonsultasi ke dokter dan waspadalah apabila anak memasuki fase penurunan demam yaitu di hari ke-3 sampai 7 sakit," ujar dia dalam diskusi virtual Perlindungan Keluarga dari Bahaya Demam Berdarah Dengue, Rabu (20/7).

Pada fase penurunan, anak mungkin menunjukkan tanda bahaya seperti muntah-muntah, nyeri perut hebat, perdarahan hidung atau tempat lain, tangan teraba lembab/anyep, gelisah, kejang, atau sulit dibangunkan. Apabila ditemukan tanda bahaya ini diharapkan segeralah membawa anak ke rumah sakit atau puskesmas sebelum berlanjut menjadi berat (severe dengue) yang mengancam kehidupan, akibat terjadinya kebocoran plasma hebat, perdarahan berat dan kerusakan organ.

Terkait hal ini, pemerintah telah menargetkan penurunan angka kejadian Dengue hingga kurang dari 10 per 100.000 penduduk pada 2024 dan nol kasus kematian akibat Dengue pada 2030. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah melakukan berbagai upaya, antara lain melakukan penguatan sistem surveilans serta manajemen kejadian luar biasa.

Upaya lainya adalah penguatan tatalaksana secara komprehensif, meningkatkan partisipasi dari kemandirian masyarakat, meningkatkan komitmen pemerintah pusat maupun daerah serta partisipasi mitra dan multi sektor. Selanjutnya mengembangkan kajian penelitian serta inovasi untuk penetapan kebijakan pengendalian dengue ke depannya.

"Kami optimis bahwa dengue dapat dikendalikan dan angka kejadian hingga kematian dapat ditekan secara signifikan. Hal ini tentunya dapat tercapai jika seluruh masyarakat dari berbagai sektor turut berpartisipasi dalam pencegahan Dengue dimulai dari lingkungan masing-masing," ujar dia.

General Manager PT Takeda Indonesia Andreas Gutknecht, mengatakan, target pemerintah mencapai Zero Dengue Death pada 2030 perlu didukung dengan peningkatan kesadaran orang tua maupun anak-anak akan bahaya dengue. Seperti diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara dengan hiperendemik dengue di mana kasus dengue cenderung mengalami peningkatan saat peralihan musim hujan ke musim kemarau.

"Karena itu, orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan akan gejala dengue serta ciri yang menyertainya. Seluruh anggota keluarga memiliki risiko yang sama terjangkit dengue, tidak terbatas pada umur, jenis kelamin, di mana mereka tinggal, maupun gaya hidup," ujar dia.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top