Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Transisi Energi - Kapasitas Terpasang Tenaga Hidro 6,7 GW

Optimalkan Potensi Tenaga Hidro

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah mendorong pemanfaatan secara optimal tenaga hidro dalam upaya mempercepat transisi energi Indonesia mencapai net zero emission (NZE) pada 2060. Sebab, potensi tenaga hidro di Tanah Air sangat berlimpah.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menyatakan pembangkit listrik tenaga hidro berkontribusi bagi sistem ketenagalistrikan di Indonesia selama lebih dari 100 tahun.

"Saat ini, peran tenaga hidro menjadi semakin penting dalam upaya percepatan transisi energi Indonesia mencapai NZE pada 2060," katanya saat pembukaan sesi plenary pada World Hydropower Congress (WHC) 2023 di Bali, Selasa (31/11).

Dia menambahkan Indonesia memiliki potensi tenaga hidro sebesar 95 gigawatt (GW). Saat ini, kapasitas terpasang telah mencapai 6,7 GW. Pada 2030, pengembangan pembangkit tenaga hidro ditargetkan mencapai lebih dari 10 GW.

"Selanjutnya, akan ditingkatkan mencapai 72 GW sampai 2060. Sementara untuk pumped storage akan mencapai 4,2 GW," ujarnya.

Menurut Arifin, pemerintah juga memprioritaskan pengembangan transmisi supergrid untuk meningkatkan konektivitas antarpulau dengan mendorong pemanfaatan sumber energi hidro dan energi terbarukan lainnya.

"Tenaga hidro adalah salah satu energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai base load dan juga sebagai solusi bagi intermitensi dari variabel energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin pada jaringan listrik," tuturnya.

Saat ini, sedang berlangsung pembangunan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga hidro di Indonesia, yaitu PLTA Jatigede berkapasitas 110 megawatt (MW) dan PLTA Asahan (174 MW), yang ditargetkan mencapai commercial operation date (COD) pada 2024.

Kemudian, PLTA Peusangan 1 dan 2 (88 MW) serta PLTA Merangin (350 MW) yang akan COD pada 2025, serta PLTA Batang Toru (520 MW) yang COD pada 2026.

"Untuk meningkatkan peran tenaga hidro pada sistem kelistrikan, Indonesia juga mengembangkan pumped storage pertama, Upper Cisokan yang berkapasitas 1.040 MW, yang memanfaatkan aliran air Sungai Cisokan, Jawa Barat," ujar Arifin.

Pemerintah juga berencana mengembangkan industri hijau di Kalimantan dengan memanfaatkan tenaga hidro.

Terdapat dua proyek tenaga hidro berskala besar yang sedang disiapkan, yakni PLTA Kayan dengan kapasitas 9.000 MW, yang akan menyuplai listrik untuk industri manufaktur. Selanjutnya, PLTA Mentarang berkapasitas 1.375 MW, yang akan memberikan suplai listrik untuk industri.

Kendala Pemanfaatan

Sementara itu, Presiden RI Joko Widodo mengatakan Indonesia mempunyai lebih dari 4.400 sungai yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan sangat potensial untuk dijadikan pembangkit listrik tenaga air. Sebanyak 128 di antaranya adalah sungai besar, seperti Sungai Mamberamo di Papua dengan potensi 24.000 megawatt, Sungai Kayan memiliki potensi 13.000 megawatt.

Namun, kata Jokowi, Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan, salah satunya terkait lokasi sumber hydropower yang posisinya jauh dari pusat kebutuhan listrik.

Menghadapi permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia telah membuat cetak biru percepatan jalur transmisi yang menyambungkan listrik dari lokasi pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat pertumbuhan industri, sehingga nilai kemanfaatannya menjadi lebih tinggi.

"Selain itu, tantangan lainnya adalah pendanaan dan alih teknologi, di mana ini membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan membutuhkan kolaborasi dengan seluruh kekuatan ekosistem hidro di dunia," katanya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top