Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Olimpiade Tokyo 2020 Digelar dengan Kekhawatiran Covid-19

Foto : Kazuhiro NOGI/AFP

Pembukaan Olimpiade I Kembang api menerangi langit di atas Stadion Olimpiade saat upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020, di Tokyo, Jumat (23/7).

A   A   A   Pengaturan Font

TOKYO - Olimpiade digelar dengan diliputi kekhawatiran akan ledakan Covid-19. Upacara pembukaan yang resmi digelar pada Jumat (23/7) pukul 18.00 WIB, bakal menyisakan pertanyaan besar mengingat adanya ancaman pandemi korona dan krisis ekonomi.

Ketika Shinzo Abe menjadi perdana menteri Jepang pada 2012, salah satu gebrakan dia adalah mendorong Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade 2020.

Abe ingin Olimpiade menjadi panggung guna menggaungkan pesan kepada dunia bahwa Jepang telah bangkit dari puluhan tahun stagnasi ekonomi, telah membuat transformasi besar dalam statusnya sebagai kekuatan demokrasi sejak menjadi tuan rumah Olimpiade Tokyo 1964, dan sebagai simbol rekonstruksi nasional setelah dihantam bencana tsunami dan nuklir sepuluh tahun silam.

Abe turun langsung mengkampanyekan Tokyo sampai berhasil menyisihkan Madrid dan Istanbul. Pada Jumat (23/7) pukul 18.00 WIB Olimpiade yang sudah diperjuangkan Abe itu pun bakal dibuka. Hanya 950 orang hadir di stadion guna menyaksikan upacara pembukaan itu. Perhelatan ini akan tetap seagung seperti yang sudah-sudah, namun bakal terus diganggu oleh pertanyaan, untuk apa semua ini? Toh seisi Tokyo lumpuh oleh keadaan darurat Covid-19 dan oleh krisis ekonomi selama satu setengah tahun terakhir.

Pun tak ada orang asing yang datang ke Jepang guna menyaksikannya, bahkan warga Jepang tak boleh masuk kawasan lomba, sementara orang-orang terkait Olimpiade, termasuk atlet, diisolir di dalam gelembung.

Olimpiade ini gagal mendapatkan dukungan penuh dari rakyat Jepang. Kaisar Naruhito saja tak mau menghadiri pembukaannya.

Pesan kebangkitan ekonomi pun menjadi tak masuk akal, apalagi Abe sudah lengser tahun lalu. "Saya tak mau lagi penyelenggara menggunakan kata 'rekonstruksi' untuk Olimpiade ini," kata Akihiro Ono seperti dikutip Asahi Shimbun, sehari sebelum upacara pembukaan.

Pengganti Abe, yakni Yoshihide Suga, tidak seperti pendahulunya. Dia melihat Olimpiade adalah simbol kemenangan dunia dalam perang melawan Covid-19. Namun, retorika ini terpupus oleh fakta bahwa Tokyo sendiri dalam keadaan darurat akibat meningkatnya kasus Covid-19. Suga sebenarnya maju kena, mundur kena. Membatalkan Olimpiade akan membuat Jepang makin besar menanggung rugi ekonomi dan politik.

Olimpiade ini, seperti disebut Universitas Oxford, adalah Olimpiade termahal sepanjang masa. Taksiran Desember tahun lalu menyebut angka 15 miliar dollar AS (Rp217,7 triliun). Tetapi setelah diaudit resmi membengkak menjadi 26 miliar dollar AS (Rp377,4 triliun). Padahal saat hak tuan rumah Olimpiade kepada Tokyo diumumkan pada 2013, proyeksi dana Olimpiade adalah "hanya" 7,5 miliar dollar AS (Rp108,8 triliun).

Membatalkan Olimpiade juga bisa membuat Jepang kehilangan muka, terutama di dunia internasional. ben/AFP/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Benny Mudesta Putra

Komentar

Komentar
()

Top