Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Forum Davos

Olaf Scholz: Russia Harus Gagal agar Perang Berakhir

Foto : AFP/FABRICE COFFRINI

Kanselir Jerman, Olaf Scholz

A   A   A   Pengaturan Font

DAVOS - Saat berpidato di Forum Ekonomi Dunia (WEF) Davos pada Rabu (18/1), Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengatakan bahwa invasi Russia ke Ukraina pada Februari 2022 telah membuat dunia kacau balau.

"Di awal 2022, banyak orang mengharapkan lonjakan (ekonomi) atau setidaknya dorongan substansial untuk transisi ekonomi kita menuju netralitas iklim, tapi kemudian muncul 24 Februari," kata Kanselir Scholz merujuk pada tanggal dimulainya invasi Russia ke Ukraina.

Menurut Scholz, perang tersebut berdampak pada semua, terutama bagi Ukraina.

Scholz menjadi satu-satunya pemimpin G7 yang berpidato di WEF tahun ini. Saat berpidato, Scholz menyebut bahwa Russia telah gagal total dalam mencapai tujuan imperialismenya.

"Ukraina membela dirinya dengan keberanian yang mengesankan," tutur dia.

Scholz juga mengatakan bahwa Russia harus gagal agar konflik di Eropa timur berakhir. "Itulah sebabnya kami terus menyuplai sistem senjata ke Ukraina, bersama dengan mitra kami," ujar dia.

Scholz merinci beberapa senjata yang telah dikirimkan Jerman ke Ukraina sejauh ini, termasuk di antaranya misil IRIS-T, salah satu misil termutakhir yang lebih canggih dan kendaraan lapis baja Marders.

Dorongan dari beberapa sekutu NATO terkait pengiriman tank Leopard 2 dari Jerman untuk Ukraina tidak disinggung oleh Scholz. Meski begitu, topik tersebut kemungkinan besar akan dibahas secara tertutup dalam pertemuan para menteri pertahanan NATO yang dijadwalkan pada Jumat (20/1) di Pangkalan Udara Ramstein AS di Jerman.

"Marshall Plan"

Di saat yang sama, Kanselir Scholz juga mengungkap bahwa Jerman telah menyediakan lebih dari 12 miliar Euro untuk Ukraina dan memastikan akan terus mendukung negara itu selama diperlukan.

Dia juga menyerukan agar sektor swasta memainkan peran kunci dalam sebuah rencana baru bernama Rencana Marshall (Marshall Plan) untuk Ukraina. Rencana tersebut sebelumnya direkomendasikan oleh Scholz dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Oktober lalu.

Saat berpidato, Kanselir Scholz menyatakan bahwa Jerman kini sepenuhnya independen dari energi Russia.

"Dalam beberapa bulan, Jerman telah membuat dirinya benar-benar independen dari gas Russia, minyak Russia, dan batu bara Russia," ungkap Scholz, seraya menyinggung tentang beberapa terminal penyimpanan gas alam cair (LNG) baru yang saat ini sudah beroperasi atau yang tengah direncanakan di Jerman.

"Kabar baik ini adalah untuk keamanan energi kita, dan tetangga kita di Eropa," kata dia. "Saya dapat memastikan bahwa pasokan energi kita untuk musim dingin kali ini aman," imbuh dia.

Meski menyinggung tentang perang Russia di Ukraina, pidato Scholz di WEF tahun ini lebih banyak berbicara tentang perubahan iklim, energi hijau dan transisi industri, serta tujuan Jerman mencapai netralitas iklim pada tahun 2045.

Menurut Scholz, dengan melonjaknya harga energi akibat invasi Russia ditambah semakin banyaknya bencana alam di seluruh dunia, menjadi jelas bahwa masa depan hanya milik energi terbarukan.

Meskipun Jerman menjadi salah satu pemimpin dunia dalam hal pangsa listrik dari energi terbarukan, kemajuannya dalam hal ini mengalami stagnasi dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian disebabkan adanya penolakan politik dan publik terkait pembangunan turbin angin darat.

Menurut Scholz, transisi hijau seharusnya tidak menjadi akhir dari kekuatan industri, tetapi menjadi awal yang baru.DW/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top