Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Keuangan - RDK Bulanan OJK Nilai Kondisi Likuiditas di Pasar Keuangan Masih Terjaga

OJK Deteksi Tak Ada "Rush"

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak mendeteksi adanya potensi penarikan dana simpanan nasabah secara besar-besaran atau rush, menyusul gangguan terhadap stabilitas keamanan domestik dan ekonomi dalam beberapa waktu terakhir.

"Tidak ada itu, semua dalam kondisi baik," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (23/5). Instabilitas keamanan dan ekonomi yang dimaksud adalah maraknya aksi teror, dan juga tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang terus berlanjut hingga menyentuh level depresiasi 4,53 persen hingga 21 Mei 2018 atau secara year to date (ytd).

Penarikan simpanan di bank juga dinilai bisa terjadi dengan maraknya seremonial politik, pemilihan kepala daerah secara serentak pada tahun ini. OJK masih optimistis perbankan dapat menyalurkan fungsi intermediasinya sesuai target pertumbuhan kredit di Rencana Bisnis Bank (RBB) sebesar 12,22 persen (yoy).

Menurut data OJK per Maret 2018, terdapat perlambatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi 7,66 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibanding Februari 2018 sebesar 8,44 persen. Wimboh mengklaim penurunan itu karena investor melakukan penyesuaian ulang portofolio investasi, termasuk di instrumen pendanaan perbankan.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, menyebutkan gangguan keamanan dan juga depresiasi nilai tukar rupiah memang sepatutnya menjadi perhatian regulator. Gangguan keamanan terkait aksi teror bom, kata Agus, memberikan pengaruh kepada investor walaupun minim.

"Aksi teroris bom itu bisa berdampak negatif kalau dipelintir-pelintir, dan ini bisa buat dana keluar," ujar Agus beberapa waktu lalu. Sedangkan depresiasi rupiah disebabkan permasalahan struktural yakni masih defisitnya neraca transaksi berjalan. Tahun ini, BI memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan di 2,3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar 23 miliar dollar AS.

Likuiditas Terjaga

Sementara itu, Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia masih dalam kondisi terjaga. Tekanan yang terjadi di pasar keuangan lebih dipicu oleh sentimen global, terkait dengan normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan lebih agresif, dan direspons dengan kenaikan imbal hasil di pasar surat utang AS.

Yield obliges AS bertenor 10 tahun sempat mencapai 3,11 persen, level tertinggi sejak 2011, yang pada gilirannya mendorong investor untuk melakukan portfolio rebalancing, khususnya dengan melakukan penyesuaian investasi di emerging markets termasuk Indonesia.

Di sisi intermediasi, sampai April 2018, kinerja sektor jasa keuangan masih tumbuh positif. Kredit perbankan dan piutang pembiayaan tumbuh masing-masing sebesar 8,94 persen secara yoy dan 6,36 persen yoy. DPK perbankan tumbuh 8,06 persen secara yoy. Premi asuransi jiwa dan asuransi umum/ reasuransi tumbuh tinggi masing-masing sebesar 38,44 persen secara yoy dan18,61 persen secara yoy.

Penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai 49,6 triliun rupiah, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 45,1 triliun rupiah, dengan terdapat tambahan 10 emiten baru. Total dana kelolaan investasi meningkat dan per April 2018 mencapai 739,71triliun rupiah.

bud/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Vitto Budi, Antara

Komentar

Komentar
()

Top