Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

OCA Minta Indonesia Fokus pada Keamanan

Foto : ANTARA/Nova Wahyudi

Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan Rumah Susun Hak Milik (Rusanami) Wisma Atlet, di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (9/5). Pembangunan tiga tower Rusunami Wisma Atlet untuk Asian Games 2018 tersebut ditargetkan rampung Juni 2018.

A   A   A   Pengaturan Font

Indonesia diminta untuk fokus pada persoalan keamanan, transportasi, dan penyelesaian pekerjaan arena pertandingan jelang gelaran Asian Games 2018.

JAKARTA - Dewan Olimpiade Asia (OCA) meminta Indonesia untuk fokus pada tiga hal menjelang penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus - 2 September mendatang.

"Kami yakin penyelenggaraan Asian Games 2019 akan sukses. Tapi, ada tiga hal yang harus menjadi perhatian panitia penyelenggara yaitu keamanan, transportasi, dan penyelesaian pekerjaan arena pertandingan," kata Komite Bidang Koordinasi OCA Tsunekazu Takeda dalam jumpa pers Rapat ke-9 Koordinasi Komite Asian Games di Jakarta, Rabu (9/5) kemarin.

Namun, Takeda mengaku puas setelah mendapatkan komitmen dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono tentang penyelesaian infrastruktur Asian Games ke-18 itu pada akhir Juni nanti.

Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC) Erick Thohir mengatakan harapan penyelesaian pekerjaan renovasi ataupun pembangunan arena Asian Games itu termasuk arena cabang squash di komplek Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, lapangan bisbol di Rawamangun, Jakarta, dan lapangan sepak takraw di Jakabaring, Palembang.

"Sudah ada keputusan hasil rapat, murid-murid sekolah di Jakarta akan diberi tugas khusus untuk mengerjakan makalah atau kegiatan tentang Asian Games," kata Erick yang menyebut potensi pengurangan kemacetan Jakarta sebesar 20 persen.

OCA juga menyarankan INASGOC untuk selalu membuat rencana cadangan terkait aspek transportasi Asian Games terutama bagi para atlet dan ofisial yang akan mengikuti pertandingan di Jakarta. Namun, Erick mengaku belum ada keputusan terkait pengaturan jam kerja perkantoran saat penyelenggaraan Asian Games di Jakarta, pada Agustus.

"Terbosan lain oleh Pemerintah DKI Jakarta adalah perluasan kebijakan ganjil-genap yang selama ini hanya berlaku di sekitar jalan Sudirman. Itu adalah antisipasi untuk kemacetan di Jakarta," kata Erick.

Erick menambahkan OCA akan berada di Indonesia selama dua pekan selepas penyelenggaraan rapat terakhir koordinasi komite itu. "Kehadiran OCA di Indonesia itu untuk memastikan percepatan persiapan," katanya.

Bebas Penamaan

INASGOC memasatikan arena-arena pertandingan dan non-pertandingan Asian Games akan bebas dari penamaan perusahaan swasta, terutama non-sponsor resmi. "Sesuai peraturan dari Dewan Olimpade Asia (OCA), tidak ada 'ambush marketing'. Mohon maaf, arena-arena itu tidak akan ada mereknya," kata Erick Thohir.

INASGOC, menurut Erick, akan menjaga penyelenggaraan Asian Games dari kegiatan promosi secara tersembunyi perusahaan-perusahaan yang bukan menjadi sponsor Asian Games ke-18, termasuk penamaan arena.

"Total dana pemasukan dari sponsor kepada kami mencapai 800 miliar rupiah. Jika kami dinilai wanprestasi, kami akan mendapatkan sengketa dan sponsor tidak akan membayar ke kami. Itu artinya, kami akan kembali minta anggaran dari negara," kata Erick.

Sebelumnya, Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK-GBK) Gatot Tetuko mengatakan lembaganya belum memutuskan pengubahan nama arena pertandingan sebagai hasil kerjasama dengan pihak swasta.

"Kami belum memutuskan iya atau tidak dengan siapapun, apalagi kontrak. Kami memang mempertimbangkan pengelolaan GBK setelah Asian Games. Salah satunya, setiap arena bersifat multi-fungsi bahkan kegiatan non-olahraga," kata Gatot.

GBK, lanjut Gatot, belum mempunyai regulasi terkait penamaan arena olahraga oleh pihak ketiga atau sponsor meskipun selalu membuka peluang untuk menjalin kerja sama.

"Kami selalu berpikir keras karena GBK telah dibangun begitu hebat. Biaya operasional untuk Stadion Utama saja mencapai Rp30 miliar setiap tahun dan untuk seluruh komplek GBK mencapai 120-130 miliar rupiah dalam setahun," kata Gatot.

Gatot mengatakan biaya operasional itu telah meningkat empat kali lipat dibanding biaya operasional GBK sebelum renovasi jelang Asian Games 2018. ion/Ant/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Sriyono, Antara

Komentar

Komentar
()

Top