Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pesta Demokrasi

Nicolas Maduro Menang di Pilpres Venezuela

Foto : AFP/Juan BARRETO

Rayakan Kemenangan l Presiden Venezuel, Nicolas Maduro, sedang merayakan kemenangan dalam pilpres di hadapan para pendukungnya pada Senin (21/5). Berkat kemenangan ini, Maduro akan berkuasa untuk masa jabatan 6 tahun kedua.

A   A   A   Pengaturan Font

CARACAS - Petahana Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, diwartakan pada Senin (21/5) telah dinyatakan sebagai pemenang pemilihan umum untuk memilih presiden yang digelar pada Minggu (20/5). Dalam hasil penghitungan suara pemilu sebanyak 93 persen, dinyatakan bahwa Maduro, 55 tahun, berhasil meraih 67,7 persen suara. Sementara pesaing utamanya yaitu Henri Falcon hanya berhasil meraup 21,2 persen suara. Sisanya diraih oleh kandidat lainnya yaitu Javier Bertucci.

Berkat kemenangan ini, Presiden Maduro akan berkuasa kembali untuk masa jabatan 6 tahun kedua hingga 2025.

"Tak pernah seorang calon presiden meraih 68 persen suara rakyat. Kami kembali berjaya dan menang kembali. Kami adalah kekuatan sejarah yang berhasil meraih popularitas," demikian pidato Presiden Maduro di Istana Kepresidenan Miraflores di Caracas, saat ia dinyatakan sebagai pemenang dalam pilpres.

Atas keluarnya hasil pemilu itu, lawan politik Maduro menolaknya dan menuntut agar pemilu segera diulang pada pengujung tahun ini. "Kami tak mengakui keabsahan proses pemilu ini. Bagi kami pemilu belum terlaksana. Kami akan menggelar pemilu baru di Venezuela," kata Falcon.

Karena krisis ekonomi yang amat akut, pemilu di Venezuela diperkirakan hanya diikuti oleh 46 persen populasi 20 juta warga yang sudah memiliki hak suara. Pemilu ini diboikot oleh oposisi dan dikecam oleh komunitas internasional.

Maduro berkuasa saat Venezuela, sebuah negara penghasil minyak yang kaya, pada 2013. Perlahan-lahan kekayaan Venezuela terkuras habis hingga terjadi hiperinfliasi, kekurangan bahan makanan dan obat-obatan, peningkatan angka kriminalitas, ketiadaan pasokan air bersih, listrik dan transportasi.

Semua masalah itu memicu terjadinya aksi kerusuhan dengan kerasan. Ratusan ribu warga Venezuela pun terpaksa harus kabur ke sejumlah negara Amerika Selatan dalam beberapa tahun terakhir karena krisis ekonomi tersebut.

Sikap AS

Sementara itu atas keluarnya hasil pilpres di Venezuela, pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan tidak akan mengakui hasil pemilu itu. Hal itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert.

"Pemilu yang digelar di Venezuela kemarin tidak sah. AS bersama negara-negara denokratis di seluruh dunia akan mendukung warga Venezuela dan kedaulatan hak mereka untuk memilih perwakilan melalui pemilu yang bebas dan adil," cuit Nauert di media sosial.

Sikap yang sama juga dilontarkan oleh Menlu AS, Mike Pompeo, yang menyatakan bahwa pemilu Venezuela sebagai sebuah tipuan. "Kami tak mengakuinya karena (pemilu) itu adalah sebuah tipuan," kata Menlu AS. "Pemilu tipuan tak akan memberikan perubahan apapun. Kami membutuhkan warga Venezuela yang menjalankan negeri mereka," pungkas Menlu Pompeo.

AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top