Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Nice Berupaya Bangkit Setelah Setahun Serangan Teror

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Bagi Hanane Charrihi, 27 tahun, serangan teror di Kota Nice, Prancis, tahun lalu itu rasanya seperti kemarin. Dalam serangan itu, ibunda Charrihi yang bernama Fatimah, 55 tahun, menjadi satu dari 86 korban tewas. Serangan teror tersebut telah mendorongnya mendirikan sebuah organsisasi untuk memerangi terorisme.

Pada 14 Juli 2016, seorang pelaku terror dengan truk seberat 19 ton, menyeruduk kerumunan warga yang sedang asyik menyaksikan pertunjukan kembang api memperingati Hari Bastille. Fatimah menonton pertunjukan itu di jantung Kota Nice dengan ditemani cucunya.

Secara mengejutkan, truk maut itu menyeret Fatimah. Serangan teror tersebut diklaim oleh kelompok Islamic State (ISIS). Charriri yang tengah berada dirumah, amat terkejut saat mendapat kabar serangan aksi teror serta kematian ibundanya. "Malam itu, saya seperti orang lumpuh. Saya sangat terpukul," kata Charriri.

Meski mencoba bangkit, sampai sekarang masih sulit bagi Charriri untuk menerima kenyataan. Dia masih sering bertindak seolah-oleh ibunya masih hidup dan mencoba melindunginya.

Peringatan satu tahun serangan teror di Nice bagi Charriri dan keluarganya seperti menabur garam pada luka yang masih basah. Peringatan ini akan membawa kembali kesedihan, melankolis dan kemarahan. Meski begitu, dia bertekad akan tetap menghadiri peringatan 1 tahun serangan teror tersebut yang diselenggarakan pada Jumat (14/7) sore pukul 16.00.

"Peringatan ini penting karena kami jelas tidak bisa melupakan musibah ini, tetapi saya juga ingin membantu menyampaikan pesan toleransi dan perdamaian. Saya berharap Presiden (Emmanuel Macron), juga akan menyampaikan sebuah pidato persatuan," ujarnya.

Kehadiran Macron

14 Juli sekarang menjadi tanggal yang tidak akan dilupakan bagi Charriri dan masyarakat Prancis lainnya. Rencananya, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, akan bertolak ke Nice, untuk hadir dalam peringatan satu tahun serangan teror di kota di wilayah Mediterania tersebut.

Dalam peringatan setahun serangan teror di Nice, Presiden Macron akan menyampaikan sebuah pidato singkat untuk membakar semangat nasionalisme, yang kebetulan peringatan 1 tahun serangan teror di Kota Nice bertepatan dengan peringatan Hari Bastille Day.

Namun sebelum bertolak ke Nice, Macron dan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, akan lebih dulu menyaksikan parade militer di Champs Elysees, Paris, untuk memperingati 100 tahun terlibatnya tentara AS dalam Perang Dunia Pertama dan peringatan Hari Bastille.

Sehari sebelumnya, Trump dan Macron menggelar pertemuan guna membahas hubungan diplomatik dan militer. Macron sangat ingin, kunjungan Trump ke negaranya ini bisa mendorong posisi Prancis di level dunia.

Sebaliknya, permintah Prancis diharapkan bisa membantu Trump, yang sekarang kurang mendapat dukungan dari dunia internasional akibat posisinya terhadap perdagangan bebas dan perubahan iklim.

Selain isu-isu di atas, kedua pemimpin negara juga membahas isu memperkuat kerja sama pertahanan dan keamanan terutama dalam menghadapi ancaman dari negara-negara pembangkang seperti Korea Utara, Iran dan Suriah, serta jaringan kelompok-kelompok teroris. suci sekar/Rtr/France24/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top