Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesehatan Masyarakat | Menghirup Lem Dapat Menimbulkan Halusinasi

"Ngelem" Juga Dilakukan Para Pelajar di Surabaya

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

SURABAYA - Perilaku menghirup aroma lem atau "ngelem" sudah banyak dilakukan oleh kalangan remaja di Kota Surabaya, Jawa Timur. Bahkan, kalangan pelajar pun sudah banyak yang melakukan penyalahgunaan narkoba, salah satunya "ngelem".

"Lima anak remaja yang kedapatan "ngelem" beberapa hari itu hanya sebagian kecil. Sebetulnya perilaku "ngelem" ini sudah banyak dilakukan di masyarakat," kata Ketua Generasi Peduli Anti Narkoba (GPAN) Surabaya, Sukma Sahadewa, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (21/11).

Sukma mengaku sudah beberapa kali turun ke sejumlah sekolah di Surabaya dan menemukan banyak pelajar yang melakukan penyalahgunaan narkoba, salah satunya kasus "ngelem".

Ia mengatakan beberapa bulan lalu sempat diundang Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Surabaya untuk menanggapi adanya penemuan obat Carisopodrol yang disalahgunakan. "Harga obat itu murah, namun bisa disalahgunakan. Jadi bisa dikategorikan sebagai penyalahgunaan narkoba," katanya.

Namun, kata dia, bagi mereka yang tidak punya uang kebanyakan menyalahgunakan narkoba, salah satunya "ngelem" yang sifatnya adiktif. Bahkan, bisa penyalahgunaan yang lain seperti inhalasi (menghirup) bensin, penghilang cat kuku (kutek), dan tiner untuk cat.

"Yang salah bukan alat-alat tersebut, namun SDM kita yang harus diberikan langkah preventif. Masalah narkoba itu masalah kita semua," kata dokter yang memiliki sejumlah klinik kesehatan di Surabaya ini.

Untuk itu, kata dia, langka preventif selain berupa pendidikan nonformal di lingkungan keluarga, juga harus masuk ke kurikulum formal. "Kekuatan siswa dan mahasiswa sekarang hanya membentuk komunitas dan ekstra kurikuler, juga harus ada pendidikan formal supaya memahami efek penyalahgunaan ini," katanya.

Dia menilai banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan remaja di Surabaya ini, karena ketidaktahuan mereka akan efeknya dan hanya ikut-ikutan teman-teman dekatnya. "Kalau para remaja paham akan efeknya pasti tidak 'ngelem'," katanya.

Fenomena anak dan remaja menghirup aroma lem sebelumnya terjadi di Kelurahan Kutisari, Tenggilis, Surabaya, Minggu (11/11). Petugas Polsek Tenggilis berhasil menangkap 10 anak, dua di antaranya perempuan. Mereka diketahui berumur 10-18 tahun.

Kejadian serupa kembali terjadi di Jalan Banyu Urip, Surabaya pada Senin, (19/11). Tim Odong-Odong Satpol Polisi Pamong Praja (PP) Surabaya berhasil menangkap lima anak yang saat itu kedapatan mabuk saat menghirup lem. Mereka diketahui berumur sekitar 15-16 tahun.

Banyak Faktor

Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, mengatakan kebanyakan permasalahan anak terjadi karena beberapa faktor, di antaranya pengaruh lingkungan, faktor pergaulan, dan adanya masalah dengan pihak keluarga.

"Biasanya terjadi pada anak-anak putus sekolah sehingga anak-anak tersebut tidak mempunyai kesibukan dan kemudian terpengaruh dengan hal-hal negatif," katanya.

Kendati demikian, Risma tetap mencoba menggali informasi dan latar belakang keluarga kelima anak tersebut. Tujuannya agar bisa menentukan cara penanganan anak-anak yang gemar menghirup lem itu.

Salah satu Tim Petugas Kesehatan Pemkot Surabaya, Tanti Melani, mengungkapkan lem yang dihirup lima remaja tersebut mengandung zat adiktif berupa Lysergic Acid Diethylamide (LSD) yang dapat menimbulkan halusinasi. SB/E-3

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top