Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Seoul International Seafood Show 2018

Negeri Ginseng Lirik Ikan Indonesia

Foto : Dok. KBRI Seoul ; mambang yazid
A   A   A   Pengaturan Font

Siapapun yang singgah di Negeri Ginseng (Korea Selatan-Korsel), pasti mengenal odeng. Penganan berbahan ikan yang ditusuk layaknya sate dan disajikan menggunakan kaldu kuah panas ini dapat ditemukan baik di toko-toko makanan, kedai pinggir jalan, hingga restoran berbintang. Namun siapa sangka bahwa odeng yang disajikan kemungkinan dibuat dari ikan hasil laut Nusantara.

Aneka produk perikanan dan olahan ikan Indonesia kini mulai dikenal di Korsel. Indonesia terus membidik pasar perikanan Korsel yang memiliki potensi cukup besar dan diproyeksikan terus berkembang. Apalagi tren masyarakat Korsel yang gemar mengonsumsi produk perikanan secara fresh cooking dengan direbus, digoreng, dikukus maupun dihidangkan mentah ala shusi dan sashimi.

Hal inilah yang dibidik Indonesia melalui ajang "Seoul International Seafood Show 2018" di Convention and Exhibition Center (COEX), Seoul, Korsel yang berlangsung pada 9-11 Mei 2018. Menempati area seluas 63 meter persegi, Paviliun Indonesia menjajakan berbagai produk perikanan seperti Cattle Fish, Shrimps, Octopus dan berbagai olahan hasil laut lainnya

Pelaku usaha ikan segar Korsel menyambut baik keikutsertaan Indonesia kali ini. Pada pelaksanaan hari pertama, Pavilion Indonesia berhasil meneken MoU transaksi pembelian senilai 1,12 Juta dollar AS atau 15,5 miliar rupiah. Ikan yang berhasil terjual antara lain Frozen Muroaji, Frozen Ribbon Fish, Frozen Pacific Mackarel dan beberapa jenis produk olahan ikan lainnya.

Transaksi ini diyakini akan bertambah dikarenakan masih ada potensi prospektif dari hasil bisnis matching yang dilakukan. Dari hasil pandangan mata, masih banyak pelaku usaha ikan Korsel yang menunjukkan minatnya terhadap produk ikan Indonesia yang sangat beragam serta dikemas dengan teknik kemasan yang baik.

Hal ini sejalan dengan apa yang telah diantisipasi KBRI Seoul sebagai koordinator Paviliun Indonesia. "Pemanfaatan teknologi pengolahan produk hasil perikanan termasuk teknik proses produksi hingga teknik kemasan dapat menghasilkan produk olahan ikan yang bervariasi dan berdaya saing tinggi. Hal ini tentunya akan meningkatkan nilai tambah dari produk ikan Indonesia yang dijual," tutur Umar Hadi, Dubes RI untuk Korsel yang turut menjadi saksi penandatanganan MoU.

Umar menjelaskan maksud keikutsertaan Indonesia pada ajang pameran ikan terbesar di Korsel tersebut, diharapkan pelaku usaha Indonesia makin memahami kondisi pasar dan selera konsumen di Korea Selatan. "Hal ini sangat penting dalam meningkatkan kualitas produk hasil kelautan Indonesia" tukasnya.

Dalam perdagangan produk perikanan dunia, Korsel menempati peringkat ke-8 negara pengimpor produk perikanan, dan peringkat ke-3 terbesar di kawasan Asia setelah Jepang dan Tiongkok. Pada 2017 impor ikan Korsel mencapai 4,33 miliar dollar AS dengan tren perkembangan sebesar 7,94 persen selama 3 tahun terakhir.

Indonesia selama ini baru menempati urutan ke-15 sebagai pemasok ikan di Korsel, di bawah Vietnam dan Thailand. Namun, potensi peningkatan volume ekspor ikan Indonesia ke Korsel semakin terbuka lebar. Hal ini seiring dengan semakin besarnya permintaan produk perikanan dari Indonesia setiap tahunnya. purno widodo/R-1

[Purno Widodo adalah Sekretaris Pertama KBRI Seoul Bidang Penerangan Sosial Budaya dan Diplomasi Publik.]

Kekhasan Budaya

Lewat invasi budaya K-Pop, Korsel tampaknya berhasil memberi pengaruh ke seluruh dunia. Berikutkekhasan budaya Korselyang menarik untuk disimak.

1.Public Sauna Unik


Korsel memiliki tempat pemandian umum dan sauna yang buka 24 jam dan memunyai area cukup untuk tidur. Sehingga banyak orang yang apabila terlalu malam dan tidak dapat jadwal transportasi publik di malam hari, mereka akan mencari tempat tidur semacam ini. Mereka menyebutnya Jjimjilbangs.

2.Jajan Street-Food Jam 04 Pagi
Karena orang Korsel kerap hang-out hingga dini hari, mereka menjadi lapar. Adalah jajanan di pinggir jalan jadi tujuan mereka. Jajanan pinggir jalan biasanya dijual di mobil-mobil terbuka dan mereka menyediakan meja dan kursi atau dijual di tenda-tenda.

3.Anniversary Setiap 100 Hari
Pasangan muda di Korsel selalu merayakan hari jadian mereka setiap 100 hari sekali. Biasanya mereka mengenakan atribut yang sama.

4.Festival Lumpur


Masyarakat di sana percaya lumpur bagus untuk kulit. Tidak mengherankan, orang-orang di sana membikin festival untuk memeriahkannya.

5.Budaya Perkawinan
Garis keluarga di Korsel berdasarkan sistem Patrilinial. Budaya perkawinan Korsel sangat menghormati kesetiaan. Para janda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya untuk melayani orang tua dari suaminya. Begitu juga sebaliknya.

6.Budaya Makanan
Di setiap sesi makan, ketidakberadaan kimchi akan memberikan kesan tidak lengkap. Kimchi adalah sayuran rendah kalori dengan kadar serat tinggi yang dimasak sedemikian rupa dengan bumbu dan rempah-rempah sehingga menghasilkan rasa unik dan pedas. pur/R-1

Toppoki sebagai Menu Andalan

Sementara di Indonesia, seiring bertambahnya minat masyarakat terhadap dunia kuliner, sebuah restoran yang menyajikan makanan khas Korea kini telah dibuka, di bilangan Senopati, Jakarta Selatan, belum lama ini. Restoran Korea yang bernama Young Dabang ini menyajikan makanan terbaik khas Korea, dengan masakan andalannya Toppoki.

Young Dabang akan memanjakan penikmat kuliner Korea dengan sederet menu ala Negeri Gingseng lainnya yang sangat khas. "Ini yang pertama di Indonesia. Kami hadir di Jakarta bagi pecinta masakan Korea," ujar Alexandro Wibowo, Marketing Officer Young Dabang.

Alexandro mengatakan makanan Toppoki di Korea sendiri memang sudah menjadi idola. Baru di Jakarta disediakan Young Dabang bagi penikmat kuliner Korea. Dari sisi harga, restoran Young Dabang terbilang cukup terjangkau. Dari menu di bawah Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu tersedia di restoran tersebut. Itulah sebabnya sejak diresmikan, restoran Young Dabang cukup diminati masyarakat Jakarta yang cinta makanan Korea.

Sejumlah menu hidangan yang lezat, seperti Toppoki, Api Ramyeon dan ayam goring, dan beragam jajanan khas Korea. " Kami satu-satunya Toppoki yang otentik dan lezat di Jakarta ini. Kami ingin menjadi tempat yang tepat bagi orang-orang yang ingin merasakan makanan Korea yang sesungguhnya," paparnya.

Lebih jauh, Alexandro menjelaskan Toppoki itu hampir mirip dengan makanan empek-empek di Indonesia. "Cuma ini bentuknya bulat panjang dan rasanya netral karena nggak pakai ikan, karena benar-benar dari beras. Makannya ditambah saos sendiri, ditambah topping seperti sosis dan macam-macam juga," jelasnya.

Menurutnya, antusias masyarakat Indonesia dengan makanan Toppoki ini cukup besar. "Tantangan kita paling memberi penjelasan tentang Toppoki ini. Karena bisa ditambahkan macam-macam, seperti daging, keju, sayuran, dan lainnya. Kita berharap makanan ini juga bisa jadi favorit di lidah orang kita," pungkasnya.

yzd/R-1

Komentar

Komentar
()

Top