Negara-negara Produsen Mulai Melarang Ekspor Pangan
Dalam program kedaulatan pangan, petani berada pada posisi "high risk", sehingga akan mendapat keuntungan yang paling besar, bukan seperti sekarang risikonya paling besar, tapi paling kecil keuntungannya. "Kondisi itu tercipta karena tata niaga saat ini lebih ditentukan oleh aspek hilir, harga ditentukan oleh pihak yang dekat dengan konsumen, seperti tengkulak, penggilingam, distributor, dan lainnya," kata Ramdan.
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudisthira, meminta pemerintah untuk mengambil sejumlah langkah strategis terutama pada komoditas strategis seperti beras.
"Pasokan dan distribusi beras harus diawasi ketat. Jangan sampai ada yang memanfaatkan situasi dan melakukan penimbunan untuk mengambil untung saat harga naik," kata Bhima.
Begitu pula di daerah pabean perlu memperketat pengawasan agar tidak terjadi penyelundupan komoditas pangan yang dilarang untuk ekspor seperti kasus minyak goreng.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Katolik Atimajaya, Jakarta, Yohanes B. Suhartoko, mengatakan momentum kenaikan harga pangan dan komoditas primer sebenarnya menguntungkan bagi Indonesia karena kekuatan ekspor pada komoditas primer. Sayangnya, beberapa industri pengolahan juga berbahan baku komoditas primer yang harus diimpor sehingga kenaikan harga menyebabkan kenaikan biaya produksi yang signifikan.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya