Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pelestarian Lingkungan

Negara-negara Miskin di Afrika Butuh Dukungan Dana untuk Atasi Polusi Udara

Foto : ISTIMEWA

Hanya 51 dari 170 responden yang dianalisis menyebutkan dampak polusi udara terhadap kesehatan dalam rencana aksi iklim mereka.

A   A   A   Pengaturan Font

LAGOS - Sebuah laporan terbaru menyebutkan negara-negara miskin di Afrika lebih maju dibandingkan negara-negara kaya dalam hal mengakui udara bersih dan manfaat kesehatannya dalam rencana iklim nasional mereka, namun tujuan mereka perlu didukung dengan kebijakan, tindakan, dan pendanaan yang jelas.

Para peneliti mengatakan Nigeria, Pantai Gading, Mali, Togo, dan Ghana merupakan negara-negara terkemuka yang telah memasukkan permasalahan kualitas udara dalam rencana aksi iklim mereka yang diajukan ke PBB, yang dikenal sebagai kontribusi yang ditentukan secara nasional atau nationally determined contributions (NDC).

Dikutip dari The Straits Times, Rabu (18/10), penilaian yang dirilis Aliansi Iklim dan Kesehatan Global atau Global Climate and Health Alliance (GCHA) tersebut menemukan 14 dari 15 negara teratas adalah negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, dipimpin oleh Kolombia dan Mali, serta Cile sebagai satu-satunya negara berpendapatan tinggi.

Namun secara keseluruhan, laporan tersebut menyebutkan, hanya 51 dari 170 NDC, atau 30 persen NDC yang dianalisis, yang merujuk pada dampak polusi udara terhadap kesehatan.

"Itu berarti enam miliar orang tinggal di negara-negara yang sinergi antara udara dan iklim yang sehat belum diakui dalam NDC. Beberapa negara yang memiliki kinerja baik dalam scorecard juga mempunyai angka kematian yang tinggi akibat polusi udara," tambahnya.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu di jurnal Lancet Planetary Health, polusi udara yang sebagian besar disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, menyebabkan lebih dari 6,5 juta kematian setiap tahunnya secara global, sebuah angka yang terus meningkat,

"Menghilangkan pertimbangan polusi udara dari NDC adalah hilangnya peluang bagi planet ini, bagi manusia, dan bagi perekonomian," kata Jessica Beagley, pemimpin kebijakan di GCHA, sebuah koalisi organisasi non-pemerintah (LSM) kesehatan dan lingkungan hidup serta organisasi profesional kesehatan.

Peningkatan Panas

Pada awal Desember, KTT iklim PBB Conference of the Parties 28 (COP-28) di Dubai akan menjadi pertemuan pertama yang mendedikasikan satu hari untuk kesehatan, karena semakin banyak negara yang menyadari dan berupaya mengatasi risiko kesehatan yang terkait dengan perubahan iklim, seperti peningkatan tekanan panas dan malaria.

Konferensi tahunan ini juga akan menjadi tuan rumah dialog tingkat menteri untuk mengatasi masalah-masalah yang saling terkait.

Namun, para aktivis masyarakat sipil menyatakan keprihatinannya karena rancangan pertama deklarasi COP-28 mengenai iklim dan kesehatan, yang versi finalnya akan diminta untuk ditandatangani oleh pemerintah, tidak secara spesifik merujuk pada polusi udara.

Laporan GCHA mengatakan kebijakan udara bersih, seperti peralihan ke energi terbarukan dan penggunaan bahan bakar memasak yang lebih bersih di dalam ruangan, berpotensi mengurangi dampak kesehatan dan biaya akibat masalah seperti asma dan penyakit jantung.

"Saat Anda dapat mulai menyusun aksi iklim dalam kaitannya dengan kesehatan dan dana, hal ini jelas akan menghasilkan lebih banyak dukungan," kata Beagley.

Dia mengatakan bahwa NDC memberikan "potret" prioritas iklim nasional dan kartu skor memberikan poin untuk hal-hal seperti mengenali dampak polusi udara terhadap kesehatan, mengidentifikasi tindakan untuk mengatasinya dan mempertimbangkan potensi manfaatnya.

NDC terbaru di Nigeria, misalnya, menjabarkan langkah-langkah untuk mendorong kegiatan memasak dengan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan kayu bakar, yang menurut pemerintah dapat menyelamatkan hutan dan emisi gas rumah kaca sekaligus menghindari 30.000 kematian dini pada tahun 2030.

Sekretaris Eksekutif Nigerian Academy of Science, Oladoyin Odubanjo, mengatakan NDC lebih merupakan "deklarasi niat" daripada kebijakan konkrit, dan meminta pemerintah untuk mewujudkan komitmen tersebut.

Menurut Odubanjo, asap dari kegiatan memasak di udara terbuka dan emisi yang dihasilkan oleh kendaraan di daerah perkotaan seperti Lagos, kota terbesar dan pusat komersial di Nigeria, merupakan sumber utama polusi, yang menyebabkan banyak orang mengalami komplikasi pernapasan.

Meskipun terdapat permasalahan kesehatan yang signifikan, langkah-langkah regulasi untuk membatasi sumber polutan masih belum cukup.

"Kami melihat kendaraan yang mengeluarkan asap seperti cerobong asap, sehingga terkadang jika tidak hati-hati mengemudi di belakangnya, jalan tidak terlihat," ujarnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top