Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Keuangan

Negara Bergantung Dollar Rentan Guncangan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Perusahaan pemeringkat utang internasional, Moody's memperingatkan industri perbankan di negara berkembang Amerika Latin dan Eropa paling rentan terpapar "dolarisasi" dalam menghadapi rencana normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). Rencana pengetatan moneter oleh bank sentral AS (The Fed) dikhawatirkan akan memicu penarikan dollar AS dalam jumlah besar sehingga menekan kinerja mata uang di negara berkembang.

Aliran modal keluar atau capital outflow dari negara berkembang bahkan dikhawatirkan dapat menganggu prospek pertumbuhan ekonomi setempat. Bahkan, kondisi tersebut dapat memicu risiko kredit macet di bank yang didominasi dollar AS.

"Bank dengan volume besar pinjaman dan simpanan mata uang asing di neraca mereka rentan terhadap lonjakan kerugian kredit dan tekanan pada profitabilitas dan likuiditas mereka ketika mata uang lokal turun tajam nilainya," tulis analis Moody's di New York, AS, Senin (7/2) waktu setempat.

Moody's menilai peminjam tanpa lindung nilai atau hedging bakal kesulitan untuk membayar kembali pinjaman mata uang asing, sementara deposan cenderung menarik dana. "Dolarisasi" yang tinggi juga mengancam stabilitas keuangan pada saat krisis jika bank sentral tidak memiliki cadangan mata uang asing (valas) yang cukup untuk menyelamatkan bank kekurangan dollar.

Hasil temuan Moody's menunjukkan simpanan dalam bentuk dollar AS terbesar di bank-bank di Amerika Latin, negara berkembang Eropa, dan negara-negara pecahan Uni Soviet. Sebaliknya, di Asia Pasifik dan di Afrika relatif lebih rendah dan moderat. Eksposur utang dalam bentuk dollar AS tertinggi di negara-negara Teluk.

Depresiasi peso lokal Uruguay yang terus-menerus dan inflasi yang tinggi telah mengangkat negara itu ke puncak daftar negara-negara yang didominasi dollar AS atau sekitar 74 persen deposito berdenominasi dollar AS. Di sisi lain, inflasi di Uruguay diperkirakan mencapai 55 persen pada akhir tahun, akan tetap tinggi pada 10 persen.

Simpanan Naik

Hal serupa juga terjadi di Turki. Simpanan masyarakat dalam bentuk dollar AS diprediksi naik menjadi 65 persen pada akhir 2022. Angka tersebut meningkat dari 2021 sebesar 63 persen dan pada 2020 sebesar 47 persen.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top