Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Diplomatik l Presiden Turki Berencana ke Kawasan Teluk untuk Redakan Ketegangan

Negara Arab Ancam Asingkan Qatar

Foto : istimewa

Anwar al-Gargash

A   A   A   Pengaturan Font

Empat negara Arab bertekad untuk menghukum Qatar setelah tuntutan-tuntutan mereka ditolak. Kali ini mereka mengancam Qatar lewat langkah pengasingan dalam jangka panjang.

DUBAI - Kekhawatiran Amerika Serikat (AS) bahwa krisis diplomatik antara negara-negara Arab dengan Qatar bakal berlarut-larut sepertinya bakal terbukti. Pada Jumat (14/7), Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA), Anwar al-Gargash, menyatakan lewat media sosial Twitter bahwa sengketa diplomatik antara empat negara Arab, tak akan berakhir cepat, dan aksi boikot akan terus berlanjut.

"Kami sedang mempertimbangkan untuk mengucilkan (Qatar) dalam jangka waktu lama, karena solusi politik amat sulit untuk mengubah pendirian Qatar. Oleh karena itu kami telah mengambil opsi berbeda dari hubungan (dengan Qatar)," demikian cuit Menlu al-Gargash, Jumat kemarin.

Pernyataan Menlu al-Gargash itu semakin menegaskan bahwa kunjungan Menlu AS, Rex Tillerson, ke Timur Tengah yang ditujukan untuk meredakan ketegangan telah mengalami jalan buntu.

Sebelumnya negara Arab Saudi, UAE, Bahrain, dan Mesir, pada 5 Juni lalu memutuskan hubungan diplomatik dan mengisolasi Qatar, dengan alasan negara tersebut telah menyokong kelompok teroris Ikhwanul Muslimin (IM). IM merupakan tantangan terbesar bagi pemerintahan otokrat di Arab dan kelompok ini diduga telah menjadi pemain utama dalam fenomena politik revolusi Musim Semi Arab (Arab Spring) yang menjangkiti hampir sebagian besar Timur Tengah dan Afrika Utara beberapa tahun lalu.

Selain menuding telah menyokong IM, 4 negara Arab juga mengatakan bahwa Qatar telah menjalin hubungan erat dengan Iran yang merupakan musuh bebuyutan negara-negara Arab. Atas semua tudingan itu, pemerintahan di Doha telah membantahnya.

Sementara itu setelah pulang dengan tangan hampa pada Kamis (13/7), Menlu Tillerson mengusulkan agar segera digelar pertemuan tatap muka antara pihak-pihak yang berseteru untuk membahas solusi bagi mengakhiri sengketa diplomatik antara negara-negara Arab dengan Qatar.

"Setelah sejumlah pertemuan dilakukan, Menlu Tillerson meyakini bahwa perundingan tatap muka langsung antar pihak yang berseteru merupakan langkah penting yang patut dilakukan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert. "Kami berharap semua pihak itu sepaakat dengan usulan ini," imbuh dia.

Tak ingin misinya menghadapi jalan buntu, Menlu Tillerson mengatakan bahwa ia telah menyusun proposal yang diharapkan bisa mengakhiri krisis yang telah berlangsung selama lebih dari satu bulan itu.

"Kami telah menyusun sejumlah dokumen dari masing-masing pihak dan kami akan pelajari untuk sebuah kemajuan yang bisa menyelesaikan krisis ini," kata Menlu AS itu.

Dalam pernyataannya, Menlu Tillerson menegaskan pula bahwa misi kunjungannya ke Timur Tengah bukan berambisi sebagai pihak mediator utama bagi krisis diplomatik ini dan AS akan terus menyokong Kuwait sebagai mediator yang bisa menjembatani sengketa seerta mengakhiri krisis ini.

Rencana Erdogan

Terkait upaya meredakan ketegangan di kawasan Timur Tengah, diwartakan pula pada Jumat kemarin bahwa Presiden Turki, Tayyip Erdogan, berencana untuk berkunjung ke kawasan Teluk untuk membahas sengketa negara-negara Arab dengan Qatar.

"Presiden Erdogan akan segera melakukan kunjungan ke kawasan Teluk untuk membahas upaya mengakhiri krisis," kata Menlu Turki, Mevlut Cavusoglu, Jumat, setelah ia berbincang via telepon dengan Menlu Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani. "Seluruh upaya kami akan fokus bagi mencari solusi yang sesuai dengan aturan hukum di negara sahabat kita (Qatar)," imbuh dia.

Dalam krisis diplomatik ini, posisi Turki menyokong Qatar dan Turki memiliki pangkalan militer di Doha. Salah satu tuntutan yang diajukan 4 negara Arab terhadap Qatar dari total 13 tuntutan berisi agar ditutupnya pangkalan militer Turki di Qatar. Rtr/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top