Myanmar: Pemulangan Warga Rohingya dari Bangladesh Tertunda
Arsip - Muslim Rohingya, yang menyelamatkan diri dari penindasan dalam operasi militer di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, menunggu pemindahan mereka ke kamp pengungsi di Cox's Bazar, Bangladesh, pada Desember 2017.
Foto: ANTARA/Anadolu/Firat YurdakulDHAKA - Pemulangan pengungsi Rohingya dari Bangladesh tertunda karena gencatan senjata antara junta dan pemberontak di Myanmar gagal, kata Duta Besar Myanmar untuk Bangladesh U Kyaw Soe Moe pada Rabu (16/10).
"Upaya pemulangan pengungsi telah tertunda karena gencatan senjata dilanggar oleh Tentara Arakan pada November 2023," kata Soe Moe kepada Penasihat Urusan Luar Negeri Bangladesh Md. Touhid Hossain di Dhaka.
Hossain menegaskan perlunya pemulangan yang aman dan berkelanjutan bagi pengungsi dan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Myanmar.
"Stabilitas kawasan sangat penting bagi kedua negara," kata Hossain kepada SoeMoe.
Hossain juga menyatakan keprihatinan yang mendalam atas masuknya 40 ribu lebih pengungsiMyanmar ke Bangladesh baru-baru ini untuk melarikan diri dari konflik di negara-negara yang berbatasan, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Bangladesh.
Bangladesh menampung sekitar 1,2 juta pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari tindakan keras militer di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, pada 2017.
Sebagian besar pengungsi tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak di Cox's Bazar dan sekitar 35 ribu orang telah direlokasi ke Pulau Bhasan Char sejak 2020.
Kepala pemerintahan transisi Bangladesh, Muhammad Yunus, pada Senin (14/10) mengusulkan pembentukan "zona aman" yang dijamin oleh PBB di Rakhineuntuk membantu pengungsi dan mengatasi krisis kemanusiaan.
Myanmar berada di bawah kendali junta militer sejak Februari 2021. Militer Myanmar, yang secara lokal dikenal sebagai Tatmadaw, menghadapi perlawanan sengit dari kelompok-kelompok etnis.
Sedikitnya tiga kelompok etnis bersenjata dalam "Aliansi Persaudaraan" (Brotherhood Alliance) berperang melawan junta sejak akhir Oktober untuk menguasai wilayah utara Myanmar.
Mereka menyerang tentara serta merebut banyak kota dan pos-pos militer. Banyak orang dilaporkan tewas dalam serangan-serangan itu.
Gencatan senjata antara junta dan pemberontak, yang dimediasi oleh Tiongkok, telah dilanggar beberapa kali.
Berita Trending
- 1 Regulasi Baru, Australia Wajibkan Perusahaan Teknologi Bayar Media Atas Konten Berita
- 2 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 3 RI Harus Antisipasi Tren Penguatan Dollar dan Perubahan Kebijakan Perdagangan AS
- 4 Segera diajukan ke Presiden, Penyederhanaan Regulasi Pupuk Subsidi Masuk Tahap Final
- 5 Terapkan SDGs, Perusahaan Ini Konsisten Wujudkan Sustainability Action Plan
Berita Terkini
- Guna Menghindari Rob Tanggul Laut Amat Dinanti
- Badan PBB Terima Dana Rp1,9 Triliun untuk Atasi Pengungsi di Afrika
- Ini Empat Langkah untuk Cegah dan Tangani Kasus TPPO terhadap WNI
- Natal Membangun Persaudaraan
- Ini Francois Bayrou yang Dipilih Jadi PM Baru Sekaligus Akhiri Kebuntuan Politik di Prancis