Sabtu, 11 Jan 2025, 06:10 WIB

Museum Song Terus, Jejak Peradaban Manusia Prasejarah di Gunung Sewu

Foto: Dok. Museum dan Cagar Budaya

Pegunungan kapus Gunung Sewu yang berada di tiga Provinsi menyimpan jejak peradaban prasejarah. Museum Song Terus di Pacitan menawarkan berbagai bukti kehidupan ribuan hingga jutaan tahun lalu.

1736520984_37a9ab594ea637e29058.jpg

Indonesia kaya akan peninggalan arkeologis. Tidak heran pada masa kolonial Belanda banyak arkeolog Eropa datang untuk mengaguminya kekayaan yang dimiliki serta melakukan berbagai penelitian yang melahirkan banyak teori.

Salah satu museum yang menunjukkan kekayaan masa prasejarah adalah Museum Song Terus. Diresmikan pada 16 Mei 2024, oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim museum ini memamerkan koleksi jejak-jejak budaya dan perubahan prasejarah Indonesia di Kawasan Gunung Sewu.

Dibangun di atas lahan 2,5 hektar, berada di Dusun Weru, Desa Wareng, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Lokasi ini berada di terletak di Kawasan Cagar Budaya Gunung Sewu, sebuah kawasan karst yang kaya akan peninggalan kehidupan masa lampau.

Sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 3045 K/40/MEM/2014 Tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst Gunung Sewu, gugusan batuan kapur yang terangkat dari dasar laut jutaan tahun silam itu membentang seluas 1.100,17 km2 di empat kabupaten dalam tiga provinsi.

Mulai dari Kabupaten Bantul dengan luas 20,70 kilometer (km) persegi, Gunungkidul (757,13 km di Daerah Istimewa Yogyakarta persegi), Wonogiri (162,80 km persegi) di Jawa Tengah, serta Pacitan (159,54 km persegi) di Jawa Timur. Sejak 2015 (sampai sekarang), area berisi 40 ribuan bukit karst tersebut ditetapkan sebagai Global Geopark oleh UNESCO.

1736520995_dc9e0301ff7773fc31e5.jpg

Museum ini menjadi objek wisata baru di kawasan Gunung Sewu. Posisinya hanya sekitar 350 meter dari situs dan objek wisata Gua Tabuhan yang telah popular sebelumnya. Sedangkan jarak dari pusat kota Kabupaten Pacitan  sekitar 20,8 kilometer dengan waktu tempuh 37 menit.

Museum Song Terus adalah sebuah rumah bagi kehidupan prasejarah di bawah Badan Layanan Umum (BLU) Museum dan Cagar Budaya yang juga disebut dengan Indonesian Heritage Agency (IHA). Lembaga ini sekarang berada di bawah Kementrian Kebudayaan.

Nama museum yang terdiri dari tiga lantai dengan enam zona atau galeri ini bangunannya berdesain  indah dan futuristik.  PT Urbane Indonesia yang didirikan Ridwan Kamil yang merupakan pemenang sayembara perancangan museum ini.

Di sini ditampilkan berbagai koleksi pra sejarah dari masa Pleistosen Akhir menuju Holosen sebagai kesinambungan dari Situs Manusia Prasejarah Sangiran di Kabupaten Sragen. Di Gunung Sewu ada kehidupan dibagi dalam tiga lapisan peradaban.

Pertama Lapisan Terus dengan bukti peradaban pada 300.000-80.000 tahun lalu, Lapisan Tabuhan (60.000-18.000 tahun lalu), dan Lapisan Keplek (12.000-6.500 tahun lalu) menurut buku Jejak Langkah Setelah Sangiran karangan Harry Widianto (2011).

Ia menulis tiga lapisan itu menggambarkan tiga lapisan budaya, yaitu budaya paleolitik di dua lapisan pertama dan budaya praneolitik pada Lapisan Keplek. Alat-alat serpih, kapak perimbas, dan penetak dari batu rijang atau batu gamping tersebar di dua lapisan terbawah.

Saat memasuki ruangan museum pengunjung akan disuguhkan dengan ketiga lapisan itu. Di samping itu ditampilkan berbagai koleksi prasejarah seperti kerangka manusia purba, hewan, hingga alat-alat yang digunakan sesuai dengan lapisan yang ada.

Ada juga banyak penjelasan tentang situs penemuan di Gunung Sewu. Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa melihat bukti sejarah masa lalu hingga masa kini. Tidak lupa juga banyak sketsa dan ilustrasi tentang kehidupan purba pada periode kehidupan masa lampau.

1736521003_6df29148b8fd4e75a88a.jpg

Museum ini menyajikan tinggalan kebudayaan prasejarah yang ada di Kawasan Cagar Budaya Gunung Sewu sejak pleistosen tengah hingga holosen atau lebih kurang 350.000 hingga 5.000 tahun yang lalu. Ada lebih dari 4.627 koleksi yang mencakup artefak dari zaman prasejarah hingga kehidupan tradisional masa kini dipamerkan dalam museum.

Koleksi disimpan di ruangan khusus dan di enam ruangan atau zona yang terbagi sesuai kronologi kejadian.  Zona 1 adalah Introduksi memuat informasi umum terkait Museum Song Terus dan kawasan karst Gunung Sewu. Di sini dijelaskan peran umum museum sebagai salah satu tempat interpretasi kehidupan prasejarah, ceruk alam, dan kondisi aliran sungai bawah tanah Gunung Sewu.

Zona 2 berupa Lingkungan Alam Gunung Sewu. Galeri-galerinya menyajikan informasi tentang proses alam pembentukan bukit-bukit kerucut karst Gunung Sewu, serta keanekaragaman hayati yang telah ada sejak lama sampai akhirnya mulai dihuni manusia.

Zona 3 berupa Perjalanan Kehidupan Manusia Prasejarah Gunung Sewu. Di sini pengunjung akan menemukan kehidupan yang berlangsung di Gunung Sewu dari masa paling tua sampai paling muda di era prasejarah.

Zona tersebut juga menceritakan pertemuan dua ras manusia modern terbesar, yaitu Australomelanesoid dan Mongoloid. Di Gunung Sewu mereka mereka bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya serta menghasilkan corak kebudayaan yang beragam.

1736521115_622182c33a18c69f682d.jpg

Sedangkan Zona 4 berisi Capaian Peradaban Manusia Prasejarah Gunung Sewu. Di sini ditampilkan ragam produk budaya manusia penghuni kawasan tersebut. Ada berbagai alat-alat batu, seperti calon-calon beliung (perkakas serupa mata kapak untuk memotong kayu dan bercocok tanam), serpih (limbah batu untuk menguliti, memotong, dan mengiris binatang buruan), bahan baku alat baik dari batu-batuan atau artefak kerang, perhiasan, dan sistem penguburan yang pernah eksis di kawasan karst tersebut.

Adapun Zona 5 diberi nama Gunung Sewu Masa Sekarang. Diperlihatkan kepada pengunjung koleksi-koleksi tradisi prasejarah yang diadaptasi dan berlangsung hingga saat ini. Di sini terdapat beberapa contoh peralatan seperti pandai besi.

Beberapa peralatan pandai besi dimaksud adalah ububan (sejenis alat penghembus api pada tungku), palu, sabit, gantol, dan tatakan. Peralatan lainnya adala Pun alat-alat dapur, seperti kendi, kendil, tungku, lemper, alu, lumbu, teko, kuali, dan gentong.

Terakhir di Zona 6 adalah Kesimpulan. Ruangan ini merupakan galeri penutup yang mengajak pengunjung merenungkan dan memahami kembali jejak sejarah, apa pun itu, yang telah terjadi di pegunungan kapur ini dari periode lampau sampai sekarang. Perjalanan panjang tersebut diharapkan memberi pelajaran berarti bagi masyarakat yang hidup saat ini.  hay

Redaktur: Haryo Brono

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan: