Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Kepala Museum Nasional, Sri Hartini, M.Si

Museum Jadi Rumah Peradaban

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Museum Nasional yang telah berstatus Badan Layanan Umum tengah melakukan berbagai transformasi untuk meningkatkan layanan. Untuk mengetahui berbagai perkembangan Museum Nasional, wartawan Koran Jakarta, Muhamad Ma'rup, mewawancarai Kepala Museum Nasional, Sri Hartini, M.Si. Berikut petikannya.

Bisa dijelaskan transformasi Museum Nasional? Ada satu perubahan di Museum Nasional terkait Badan Layanan Umum (BLU) untuk pengelolaan keuangannya. BLU sendiri adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan atau mencari keuntungan. Dalam kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Nah, ini ditetapkan Menteri Keuangan, Maret 2021.

Setahun lebih ini, apa saja dampak Museum Nasional menjadi BLU? Ya, saat ini sudah satu tahun lebih Museum Nasional ditetapkan sebagai BLU. Kalau berbicara soal BLU ini juga saya kira baru lahir tentu masih harus banyak yang dilakukan. Ada dua target setelah menjadi BLU. Pertama, bagaimana Museum Nasional meningkatkan pelayanan publik. Kedua, tentu kaitannya dengan pengelolaan keuangan. Kita juga sudah punya Rencana Strategis (Renstra) dan sudah dalam satu tahun program tersebut. Ada juga Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) dan seterusnya.

Artinya, ketika BLU, di situlah justru bagaimana Museum Nasional punya keleluasaan karena dua hal tadi. Maka fleksibilitas di sini punya ruang yang bisa dilakukan dengan tata cara sesuai dengan perundang-undangan. Kalau kerja sama dengan siapa pun, tentu ini kita pikirkan betul-betul. Artinya, ketika berbicara tadi di samping meningkatkan juga untuk keuangannya, maka kerja sama inilah yang tentu kita akan mendapatkan target-target yang sudah satu tahun ini ada dalam kontrak kinerja antara Museum Nasional dan Kementerian Keuangan.

Apakah BLU mendorong fleksibilitas pengelolaan Museum Nasional? Kalau dibilang sebetulnya ketika ditetapkan sebagai BLU, ini harus punya kreativitas, inovasi, lalu juga imajinasi, tapi tetap kita harus kerja keras. Kita tidak bisa sendirian, maka fleksibilitas dalam rangka untuk mencapai target-target yang sudah menjadi kontrak kinerja kepala Museum Nasional dengan Menteri Keuangan mesti tercapai.

Tadi disebutkan target atau kontrak kinerja. Apa saja target tersebut? Kita sudah ada sasaran strategisnya. Ini harus sama-sama nanti diimplementasikan dengan menunjukkan Indikator Kinerja Utama (IKU). Jadi, sudah ada di sana. Lalu targetnya apa, juga sudah sangat jelas. Mungkin perlu disampaikan di sini, ada sasaran strategis nomor satu adalah kinerja pengelolaan keuangan BLU yang efektif, efisien, akuntabel, dan modern. Nah ini sudah ditetapkan IKU-nya. Kepala Museum Nasional tidak bekerja sendiri. Jadi, seluruh komponen dari seluruh sumber daya manusia bersama-sama mencapainya. IKU dalam rangka kinerja pengelolaan keuangan BLU yang efektif, efisien, akuntabel, dan modern ini, salah satunya adalah Realisasi Pendapatan layanan BLU.

Targetnya?Jadi, target untuk Realisasi Pendapatan BLU luar biasa, sebesar 14 miliar rupiah lebih tahun 2022. Lalu, rasio pendapatan operasional terhadap biaya operasional sudah ada persentasenya, 20 persen. Bayangkan kalau ini kita tidak kerja keras, ya mustahil dicapai dengan optimal gitu ya. Realisasi Pendapatan dan dari optimalisasi aset ini pun juga menjadi IKU sebesar 1,37 miliar rupiah. Lalu, persentase penyelesaian modernisasi yang pengelolaan BLU itu harus 100 persen.

Selain keuangan, apa sasaran strategis lainnya? Sasaran strategis kedua adalah layanan prima BLU. IKU-nya yaitu realisasi jumlah pengunjung 29.000 orang dalam satu tahun. Lalu, realisasi peserta layanan digital 20.000 orang. Indeks kepuasan pengguna layanan ini 3,2 dengan skala satu sampai empat. Lalu realisasi jumlah koleksi museum yang dikelola 36.400 koleksi.

Sasaran strategis ketiga terwujudnya tata kelola Museum Nasional yang baik. IKU-nya adalah persentase penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) harus 100 persen. Di sini PR banyak. Harus segera disusun SOP-nya yang belum ada. Ini terutama terkait layanan BLU baik peningkatan layanan masyarakat umum maupun target-target uang. Harus 100 persen. Lalu pertanggungjawaban pengelolaan dana-dana masukan agar akuntabel.

Ada lainnya?

Ada. Target keempat IKU penyelesaian rekomendasi-rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi. Ini juga sudah 80 persen. Jadi, luar biasa. Ini semua harus dipahami oleh seluruh kawan-kawan di Museum Nasional dan stakeholder. Tetapi, ketika kita bersama kolaborasi membangun ekosistem yang baik, termasuk tata kelola tadi, saya kira akan ada jalan. Yang penting, kita harus menyusun strategi terobosan-terobosan yang harus dilakukan dalam rangka mencapai target tersebut.

Apa pengelolaan layanan langsung ke masyarakat? Kalau berbicara penetapan BLU untuk meningkatkan layanan publik, mungkin saya sampaikan dulu bahwa Museum Nasional memiliki layanan utama dan penunjang. Jadi, layanan utama sudah pasti pameran-pameran tetap, lalu ada layanan temporer dan virtual. Layanan penunjang banyak sekali. Kita sudah punya ruang imersif, lalu juga punya ruang teater. Itu penunjang, belum layanan-layanan lain, termasuk layanan penyewaan. Ada restorasi, konservasi, dan otoritas validasi. Ada juga yang namanya layanan perpustakaan. Ada replikasi cagar budaya.

Bisa dijelaskan ruang imersif yang viral dan menjadi salah satu wahana wajib pengunjung Museum Nasional? Saya kira ada salah satu karya anak bangsa yang memang belum pernah ada. Bahkan saat Museum Nasional sudah 44 tahun yaitu ruang imersif. Pameran imersif ini sebuah wahana yang sesungguhnya memberikan imajinasi langsung kepada pengunjung. Mereka juga bisa mengeksplorasi lalu menambah energi pribadi untuk bisa melihat masa lalu, sekarang, dan masa depan. Ini tentu kaitanya dengan sebuah peradaban Nusantara Museum Nasional. Jadi, ruang imersif juga sudah sangat viral. Terima kasih kepada seluruh pengunjung melihat pameran imersif.

Imersif ini sudah ada tarif karena kita harus memberikan penghargaan. Ini semua ada benang merahnya antara untuk meningkatkan layanan publik dan mendapat masukan dari masyarakat. Nah, inilah yang akan kita kembalikan lagi kepada masyarakat melalui layanan-layanan lain.

Bagaimana tren pengunjung Museum Nasional? Jadi, syukur kalau dilihat dari grafik pengunjung ada kenaikan luar biasa. Tahun ini sampai bulan April kemarin saja sudah 43.000 pengunjung. Makanya kepada seluruh stakeholder mari sama-sama menanamkan, investasi ke Museum Nasional, siapa pun, entah lembaga atau swasta. Saya sangat percaya bahwa mereka sangat konsen dan sepakat dengan kami untuk memajukan kebudayaan melalui konten koleksi Museum Nasional.

Bisa diungkapkan berapa koleksi dan penanganannya? Kita memiliki hampir 200.000 koleksi yang terdiri atas koleksi arkeologi prasejarah, sejarah itu sendiri, numismatic, dan etnografi. Ada juga keramik, negatif kaca, dan wastra yang masuk dalam etnografi. Ini koleksi kita. Itu masih ada lagi yang belum kita daftarkan. Inilah kekayaan warisan-warisan leluhur, benda-benda budaya yang sangat tinggi nilainya. Mereka punya nilai-nilai, simbol, makna yang sesungguhnya. Kalau kita kupas narasi dengan benar, ada satu rujukan untuk mengisi masa depan bangsa dan negara.

Tahun ini sudah penuh untuk pameran temporer. Sampai bulan Desember sudah full di ruang temporer. Museum Nasional punya program pameran juga pameran koleksi hibah. Intinya, kita meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga kita utamakan dulu masyarakat. Tuan rumah bisa di belakang.

Apa saja layanan edukasi untuk menanamkan kecintaan generasi muda terhadap kebudayaan?

Ada gamelan dan karawitan. Gamelan juga sudah ditetapkan sebagai warisan benda dunia oleh UNESCO. Lalu wayang juga. Nah, setiap pekan silakan pengunjung datang karena bisa belajar bersama, lalu ada sanggar tari. Saya minta setiap pekan mereka mengadakan pergelaran. Antusiasme luar biasa. Pandemi saja setiap latihan kalau tidak kita batasi pasti sampai 100 orang. Mereka dari segala usia. Kami memberikan kesempatan bahwa Museum Nasional ruang-ruang ekspresif. Ada juga waktu belajar membatik, meronce, dan menganyam.

Jadi, memang sesuai fungsinya Museum Nasional bukanlah tempat hanya menyimpan benda-benda kuno. Tapi, di sinilah sesungguhnya tempat untuk belajar, edukasi, dan rekreasi. Jadi, koleksi museum begitu kaya nilai. Jadi Museum Nasional ini luar biasa. Kita harus bangga dengan Museum Nasional. Kita sudah punya perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang. Setiap tahun kita sudah punya program, juga untuk lima tahun sudah ada Renstra.

Kembali lagi, saya ingin sampaikan kepada seluruh masyarakat bahwa Museum Nasional adalah rumah peradaban. Di sinilah sebetulnya rumah keajaiban-keajaiban peninggalan dalam sejarah masa lalu. Bahkan sampai sekarang pun juga masih masih terus berdatangan karena memang banyak temuan baru.

Bagaimana Museum Nasional merespons kebijakan-kebijakan Kemendikbudristek? Selain program kebudayaan, kami ingin juga ini menjadi museum di hati, khususnya dari mahasiswa. Ada pemikiran dengan inovasi agar Museum Nasional ada di genggaman para milenial. Kami juga melayani salah satunya bagaimana memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk magang. Nanti, kami keluarkan sertifikat untuk mahasiswa yang berminat. Kita bekerja sama untuk menyukseskan program Kampus Merdeka. Mudah-mudahan nanti semakin banyak kampus bekerja sama untuk menyukseskan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Bagaimana cara agar mendekatkan museum kepada masyarakat? Saya kira menjadi kewajiban orang tua juga untuk memberi pemahaman kepada anak cucu kita. Misalnya, piknik tidak harus ke alam, tidak harus ke laut, tidak harus juga ke kebun binatang, tapibisa ke Museum Nasional. Sebetulnya pilihan yang sangat tepat untuk memberikan energi, memberikan pengetahuan, memberikan pemahaman kepada anak-cucu kita bahwa di sini banyak pengetahuan yang bisa digali. Karena kalau enggak dikenalkan, tidak mungkin akan mengerti. Kita punya satu ruang sangat luar biasa.

Lalu, para guru juga menjadi kunci penting untuk menyampaikan kepada anak didik. Tolong Museum di Hatiku, jadi tagline yang sudah beberapa tahun itu betul-betul digencarkan. Harus datang karena tidak mungkin di hatiku kalau tidak dilihat dulu. Sudah banyak sosialisasi Museum Nasional dan akan terus digenjarkan. Saya punya keyakinan bahwa masyarakat akan berbondong-bondong ke museum, suatu saat nanti. Indonesia memeiliki hampir 500 museum.

Bayangkan kalau seluruh anak-anak dan masyarakat bisa hadir, pasti akan membuka wacana, mata kita, dan hati kita bahwa negeri ini kaya warisan benda-benda budaya. Di situ ada roh yang bisa memberi energi, imajinasi, pikiran, gagasan, dan ide. Lalu, inovasi yang sangat luar biasa untuk kemajuan bangsa.

Jadi, berbondong-bondonglah ke museum. Museum Nasional sendiri tempatnya sangat strategis. Kalau mau datang ke monumen nasional, sangat dekat. Banyak tempat yang bisa menyambungkan ketika datang ke Museum Nasional, mau ke mana saja sangat mudah transportasinya.

Ada pesan? Museum Nasional sudah hampir dua setengah abad usianya. Dulu, cikal bakalnya himpunan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen tanggal 24 April tahun 1778. Nah, tentu dalam perjalanan, Museum Nasional sudah panjang. Maka sewajarnya terjadi perubahan-perubahan, baik nama struktur organisasi, perluasan bangunan, jumlah koleksi, maupun perkembangan arsitektur. Saat ini, Museum Nasional telah berstatus sebagai salah satu instansi pemerintah bidang pengelolaan keuangannya dengan menjadi BLU. Tentu cita-cita utama kita adalah meningkatkan layanan kepada publik.

Riwayat Hidup*

Nama : Sri Hartini, M.Si.

Tempat, tanggal lahir : Magetan, Jawa Timur, 1 Oktober 1958

Pendidikan:

  • S1 Arkeologi di Universitas Gajah Mada
  • S2 Antropologi Sosial di Universitas Negeri Medan

Karier:

  • Staf Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan Sumut Bidang Sejarah Purbakala
  • Kepala Museum Sumatera Utara
  • Ketua Asosiasi Museum Indonesia Daerah
  • Sekretaris Jenderal Direktorat Jenderal Kebudayaan
  • Plt. Kepala Museum Nasional

*BERBAGAI SUMBER/LITBANG KORAN JAKARTA/AND


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top