Mundurnya George Washington Memaksa AS Melakukan Pemilu
Foto: afp/ SAUL LOEBSebelum 1976, Presiden AS dipilih melalui musyawarah. Tahun itu merupakan momen penting karena negara Paman Sam ini melakukan pemilihan presiden secara langsung untuk pertama kalinya.
Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) tahun 1796 merupakan pemilihan presiden pertama. John Adams, kandidat dari Partai Federalis, memenangkan kursi kepresidenan mengalahkan pesaingnya, Thomas Jefferson, kandidat dari Partai Demokrat-Republik. Namun sesuai protokol saat itu, Jefferson yang sebagai pemenang kedua ditunjuk sebagai wakil presiden.
Dalam dua pemilihan nasional sebelumnya, pemilihan presiden AS tahun 1789 dan 1792, George Washington telah dipilih dengan suara bulat untuk menjabat dan kursi kepresidenan tidak pernah diperebutkan secara serius. Setelah menjabat untuk kedua kalinya, ia menolak untuk menjabat ketiga.
Setelah penolakan Washington, masing-masing partai politik berebut untuk mendapatkan dukungan bagi kandidatnya. Adams, sebagai wakil presiden petahana, secara luas dipandang sebagai penerus Washington. Tetapi tetapi hubungannya dengan kaum Federalis yang sombong dan nasionalis telah menyebabkan tuduhan bahwa ia adalah seorang monarki pro-Inggris.
Jefferson juga diserang karena partainya mendukung Revolusi Prancis yang berdarah, dan pendapatnya tentang perbudakan dipertanyakan. Penggunaan surat kabar partisan untuk menyerang para kandidat menjadi lazim dalam pemilihan ini, yang mencerminkan meningkatnya faksionalisme dalam politik AS.
Pada saat itu, pemilihan presiden dilakukan dengan sangat berbeda dari sekarang. Para kandidat tidak mencalonkan diri dengan tiket bersama. Sebaliknya, setiap anggota electoral college (sekumpulan pemilih yang dipilih untuk memilih seorang calon untuk jabatan tertentu) memberikan dua suara untuk kandidat mana pun yang mereka inginkan.
Kandidat yang memperoleh suara terbanyak terpilih sebagai presiden, sedangkan kandidat dengan suara terbanyak kedua menjadi wakil presiden, terlepas dari partai politiknya. Karena alasan inilah, Adams akhirnya memenangkan kursi kepresidenan dengan Jefferson sebagai wakil presidennya.
Sebelumnya keduanya merupakan pesaing dalam pemilihan tersebut. Keberpihakan yang memicu pemilihan ini semakin memburuk empat tahun kemudian, ketika Adams dan Jefferson bertanding ulang dalam pemilihan presiden AS tahun 1800.
Kurang dari dua bulan sebelum pemilihan, pada tanggal 19 September 1796, pidato perpisahan Presiden Washington yang terkenal muncul di surat kabar Philadelphia American Daily Advisor. Isinya menegaskan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga.
Dalam pidatonya, Washington mengungkapkan bahwa ia awalnya berencana untuk pensiun setelah empat tahun pertama menjabat. Tetapi ia kemudian memutuskan untuk menjabat untuk masa jabatan kedua karena meningkatnya ketegangan dengan Inggris Raya.
Setelah krisis itu berhasil dihindari, Washington tidak melihat alasan untuk bertahan. Ia dengan senang hati menyerahkan tongkat estafet kepada penggantinya. Kepada penerusnya ia menekankan pentingnya persatuan, yang mengikat semua orang Amerika dan melindungi kebebasan mereka.
Presiden yang akan lengser itu punya memang banyak alasan untuk takut akan munculnya faksionalisme, karena untuk pertama kalinya partai-partai politik berkembang dalam politik Amerika. Dipelopori oleh mantan Menteri Keuangan Alexander Hamilton, gerakan Federalis lahir dari kontroversi seputar pembuatan konstitusi AS yang mempertanyakan apakah pemerintah nasional harus kuat dan tersentralisasi dengan kewenangan lebih besar atas negara bagian, sebagaimana yang diuraikan dalam konstitusi.
Pilihan lainnya apakah negara bagian harus tetap lemah dan longgar, sehingga negara bagian memiliki lebih banyak otonomi, sebagaimana yang terjadi di bawah Articles of Confederation lama. Berkat upaya orang-orang seperti Hamilton yang menulis sebagian besar dokumen Federalis yang mendukung konstitusi diratifikasi oleh sembilan negara bagian yang diperlukan dan mulai berlaku pada tahun 1789.
Sejak saat itu, Partai Federalis telah menjadi partai nasionalis yang peduli dengan perluasan kekuasaan pemerintah federal lebih jauh lagi. Hamilton dan kaum Federalis sendiri cenderung memiliki pandangan yang dapat dianggap aristokratis, percaya bahwa pemerintah harus dijalankan oleh orang-orang terpelajar yang memiliki status dan pengaruh, bukan oleh rakyat jelata.
Pada tahun 1794, faksi politik lain bangkit untuk menentang kaum Federalis. Partai Republik-Demokrat (juga dikenal sebagai Republikan atau Demokrat Jeffersonian) percaya pada pemerintahan nasional yang kecil dan terbatas, dan berpikir bahwa sebagian besar negara bagian harus dibiarkan memerintah diri mereka sendiri.
Dipimpin oleh Thomas Jefferson dan James Madison, kaum Republik-Demokrat muak dengan sikap kaum Federalis terhadap rakyat jelata. Mereka mengecam kaum Federalis sebagai bangsawan dan monarki, dan mendorong perluasan republikanisme.
Perbedaan mencolok antara sudut pandang kedua partai sering kali menimbulkan perdebatan sengit, terutama setelah surat kabar partisan mulai bermunculan di kota-kota besar untuk menyebarkan pesan dari satu partai atau partai lain.
Pertarungan Besar
Pada saat pidato perpisahan presiden, keretakan semakin melebar dengan pemilihan presiden mendatang yang menjanjikan akan menjadi pertarungan besar pertama antara kedua partai.
"Publikasi pidato perpisahan Washington, menurut anggota kongres Massachusetts Fisher Ames, merupakan isyarat bagi partai untuk memulai lomba," kata Jon Meacham dalam buku berjudul Thomas Jefferson: The Art of Power.
Untuk pertama kalinya, hasil pemilihan presiden tidak pasti meskipun masing-masing partai telah memiliki kandidat utamanya. John Adams adalah pilihan yang jelas untuk tiket Federalis. Sebagai wakil presiden petahana, ia dianggap oleh banyak orang Amerika sebagai ahli waris Washington.
"Adams memandang dirinya sendiri dalam hal tersebut seperti yang ia katakan secara pribadi kepada teman-temannya bahwa suksesinya tampaknya mungkin," tulis Gordon Wood dalam buku Empire of Liberty.
Untuk tiket Demokrat-Republik, tidak ada yang tampak lebih memenuhi syarat daripada Thomas Jefferson. Ia secara informal memimpin gerakan Republik pada hari-hari pembentukannya selama pemerintahan Washington.
Tentu saja, tidak ada orang yang mengumumkan secara terbuka bahwa ia mencalonkan diri sebagai presiden, dan mereka juga tidak dicalonkan secara resmi oleh partai masing-masing. Pada masa itu, orang-orang yang secara aktif mencalonkan diri sebagai pejabat politik diperlakukan dengan kecurigaan. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Retno Marsudi Diangkat Jadi Dewan Direksi Perusahaan Energi Terbarukan Singapura
- CEO Nvidia Jensen Huang Sebut 'Era AI telah Dimulai'
- Messe Duesseldorf Ajak Industri Plastik dan Karet Indonesia Akselerasi Penerapan Industri Hijau Melalui Pameran K
- Edukasi Pentingnya Nutrisi Toko Susu Hadirkan Area Permainan
- Survei Indikator: Pemilih KIM Plus Banyak Menyeberang ke Andika-Hendi di Pilgub Jateng